Foto: Unsplash
Teknologi.id – Ada ketidaksepakatan tentang apakah sebuah mesin robot dapat memiliki sebuah “kesadaran”. Jika perasaan subjektif dari kesadaran adalah ilusi yang diciptakan oleh proses otak, maka mesin yang mereplikasi proses tersebut akan sadar seperti manusia.
Daniel Dennett dari Tufts University Massachusetts berpendapat bahwa tes Turing, di mana sebuah mesin harus meyakinkan seorang interogator manusia bahwa ia sadar, seharusnya dilakukan dengan kekuatan dan agresi dan kepintaran yang sesuai.
Michael Graziano di Universitas Princeton berpikir manusia dapat mengambil pendekatan yang lebih langsung akan hal ini. Hipotesis skema perhatiannya melihat kesadaran sebagai model otak yang disederhanakan dari cara kerjanya sendiri yang menjadi representasi bagaimana ia mewakili sesuatu.
Ia percaya bahwa mungkin saja ada sebuah inovasi untuk membangun mesin yang memiliki model refleksi diri yang mandiri.
Baca juga: Vacuum Cleaner Robotic Ini Mampu Hindari Kotoran Anjing
“Jika kita bisa membangunnya dengan cara yang kita dapat melihat ke dalamnya, maka kita akan tahu ini adalah mesin yang memiliki deskripsi diri yang kaya. Ini adalah mesin yang berpikir dan percaya bahwa ia memiliki kesadaran. Dan itu dapat dipastikan karena Anda dapat memahami, pada prinsipnya, bagaimana mesin memproses informasi,” ucapnya.
Bagi Graziano, kesadaran dapat muncul di model mesin apapun. Apakah itu murni dalam perangkat lunak atau terbuat dari materi, biologis atau lainnya.
Anil Seth di University of Sussex, Inggris, tidak begitu yakin akan hal ini. Ia berpikir bahwa hal ini masih belum diketahui apakah kesadaran sebuah mesin bergantung pada substrat atau tidak.
Baginya, menentukan apakah sebuah mesin sadar memerlukan sebuah penilaian yang berdasarkan informasi yang kuat. Seperti apakah, sebuah mesin memiliki analog dengan struktur otak yang penting untuk kesadaran pada manusia, dan terbuat dari apa hal teknologi tersebut, apakah sebuah organoid otak, misalnya, atau terbuat dari bahan biologis lainnya.
Mengidentifikasi kesadaran dalam mesin mungkin lebih mudah jika kita merujuk pada teori informasi kesadaran terintegrasi. Pada prinsipnya, ini hanya perlu memastikan bahwa phi, kuantitas yang menunjukkan tingkat integrasi informasi dalam sistem, lebih besar dari nol.
Dalam praktiknya, menghitung phi secara komputasi sulit untuk apapun kecuali sistem yang paling sederhana. Jadi, bahkan jika sebuah mesin dirancang untuk mengintegrasikan informasi, akan jauh di luar kemampuan kita untuk mengetahui apakah mesin itu sadar atau tidak.
Phil Maguire dari Universitas Nasional Irlandia, Maynooth, membuat sebuah analisis yang lebih dalam. Ia mencatat bahwa, menurut definisi, sistem terintegrasi tidak dapat dipahami dengan melihat bagian-bagiannya.
“Mesin terdiri dari komponen yang dapat dianalisis secara independent. Mereka hancur. Sistem yang hancur dapat dipahami tanpa menggunakan interpretasi kesadaran,” ucapnya.
Selmer Bringsjord di Rensselaer Polytechnic Institute di Troy, New York, setuju akan hal itu. Tetapi untuk alasan yang berbeda, dia berpikir perasaan subjektif dari kesadaran adalah hasil dari beberapa hal non-materi, dan ini sangat penting untuk beberapa perilaku cerdas.
Baginya, mesin tidak akan pernah memiliki esensi ini, jadi tidak akan pernah sadar atau cerdas seperti layaknya manusia.
(MIM)