Foto: laragione.eu
Teknologi.id - Elon Musk dan
eksplorasi angkasa memang sudah menjadi satu 'trade-mark' tersendiri di beberapa tahun belakangan ini. Laki-laki yang selalu menjabarkan dirinya sebagai workaholik ini
dikenal sebagai pendiri salah satu perusahaan pembayaran pertama dan paling
terkenal di dunia maya, PayPal, sekaligus sebagai pendiri dan pemimpin
perusahaan aero-technologi SpaceX, juragan kreatif desain untuk salah satu
perusahaan mobil paling inovatif di dunia, Tesla Motor, serta pimpinan
perusahaan penyedia energi panas matahari paling besar di Amerika Serikat,
Solarcity.
Elon Musk menjadi salah
satu pengusaha tersukses di dunia, bahkan menduduki posisi pertama sebagai
orang terkaya di dunia menurut Forbes.
Bisnisnya menggurita di berbagai sektor. Mulai dari satelit dan pesawat luar angkasa, mobil listrik, hingga media sosial.
Namun, Musk juga menjadi figur publik yang kontroversial. Penggunaan obat-obatan psikedelik seperti ketamine oleh Elon Musk untuk mengobati depresi memang sempat mencuat beberapa tahun lalu.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa anggota dewan direksi Tesla dan SpaceX mengungkapkan kekhawatiran atas penggunaan obat-obatan yang masih berlangsung dapat berdampak besar bagi kesehatan Elon Musk dan kerajaan bisnis besar yang Ia awasi.
Baca Juga: Valkyrie, Robot Masa Depan NASA yang Siap Menghuni Planet Mars
Dilansir The Wall Street Journal, orang-orang di sekitar Musk yang mengetahui penggunaan narkoba oleh orang terkaya di dunia itu mengklaim bahwa Musk sering menggunakan LSD, kokain, ekstasi, dan jamur psikedelik di pesta-pesta swasta di seluruh dunia.
Masalahnya, banyak eksekutif dari beberapa perusahaan Musk yang khawatir kecanduan bosnya akan berdampak pada bisnis. Sebab, dalam suatu insiden, Musk benar-benar muncul ke kantor dalam keadaan 'tak sadar'.
Laporan Business
Insider menceritakan kejadian baru-baru ini, ketika Musk terlambat 1 jam
menghadiri rapat SpaceX.
Saat tiba, Musk malah
bicara tidak jelas selama 15 menit. Akhirnya, Presiden Gwyne Shotwell terpaksa
mengambil alih pertemuan penting dengan karyawan tersebut, menurut laporan The
Journal.
Insiden tersebut
membuat jajaran eksekutif mencurigai Musk sedang dalam pengaruh obat terlarang.
Sebab, tak biasanya Musk memimpin rapat SpaceX dengan kondisi tak layak.
Menurut peserta rapat,
Musk membuat rapat tersebut berlangsung dengan "tak masuk akal",
"tak jelas", dan "menyebalkan", dikutip Senin (8/1/2024).
The Journal mengatakan jejeran eksekutif di beberapa perusahaan Musk sudah tahu bahwa bosnya memiliki kecanduan terhadap beberapa jenis narkoba. Mereka selama ini kesulitan mengendalikan kecanduan Musk tersebut.
Baca Juga: India Luncurkan Satelit untuk Misi Mempelajari Lubang Hitam
Di SpaceX, penggunaan
obat-obatan terlarang dapat membahayakan kontrak pemerintah senilai miliaran
dolar. Menurut The Journal, penggunaan obat-obatan terlarang oleh Musk
menimbulkan risiko kerugian hampir $1 triliun pada aset yang dimiliki oleh
investor, sekitar 13.000 pekerjaan, dan masa depan program luar angkasa AS.
SpaceX juga diminta
membayar US$ 5 juta untuk memberikan pelatihan ke para karyawan SpaceX, menurut
laporan The Journal.
Menurut sumber dalam,
SpaceX juga mulai ketat mengawasi obat terlarang di perusahaan. Salah satunya
dengan membawa anjing pelacak.
Penggunaan narkoba Musk dikatakan juga membuat mantan Direktur Tesla, Linda Johnson Rice, frustasi. Bahkan, itu menjadi alasan Rice tak mengajukan diri kembali sebagai direktur dalam pemilihan di perusahaan.