Teknologi.id - Pulau Kalimantan yang selama ini disebut-sebut sebagai wilayah teraman dari gempa bumi, termasuk yang bersumber dari megathrust, nyatanya menyimpan potensi ancaman dari sejumlah sesar yang terdeteksi ada di dekatnya, termasuk wilayah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan di situs BMKG pada 2019, menyebut Pulau Kalimantan sebagai satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas gempa yang rendah meskipun terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi.
"Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar," jelasnya.
Menurutnya, Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia. Lokasi Kalimantan dinilai juga cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust).
"Sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng," tambahnya.
Baca juga: Kepala BMKG Ungkap Fakta-Fakta di Balik Kabar Megathrust yang Mengancam Indonesia
Selain itu, beberapa struktur sesar di Kalimantan sudah berumur tersier, itu berarti segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi untuk memicu terjadinya gempa.
Meski begitu, Dwikorita tetap mengantisipasi potensi bencana di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan yang berhadapan dengan sumber gempa.
"Tata ruang pemanfaatan daerah pesisir harus berbasis mitigasi bencana, Ini penting guna mengantisipasi bencana tsunami di pantai rawan tsunami dan tangguh menghadapi tsunami," ungkapnya.
Peta megathrust di Indonesia
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, zona megathrust terdekat dari IKN adalah Megathrust Northern Sulawesi. Letaknya ada di sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang vertikal.
Thrust ini punya dimenasi 480 x 120 km, dengan slip-rate belum terdeteksi, serta memiliki magnitudo maksimum 8,5.
Area ini terdiri dari subduksi ganda Sangihe, yakni subduksi lempeng Laut Sulawesi (subduksi Minahasa) dan subduksi Sangihe; serta North Sulawesi Trench atau Minahasa Trench.
Baca juga: Indonesia Dikepung Zona Megathrust Berpotensi Gempa Dahsyat, di Sini Letaknya
Megathrust ini tercatat banyak menghasilkan gempa besar dengan tsunami. Sejumlah ahli dari China, dalam studi bertajuk Raised potential earthquake and tsunami hazards at the North Sulawesi subduction zone after a flurry of major seismicity, 2023, menyebut zona subduksi di wilayah ini, yakni Zona subduksi Sulawesi Utara (NSSZ), memang aktif.
Dari berbagai pemodelan tsunami dengan beberapa kekuatan gempa, para peneliti mewanti-wanti wilayah yang berada di pesisir utara Sulawesi, yakni Tolotoli, Boeol, Tolau, Genluma, Boroko, dan Manado.
Sejauh ini belum terlacak potensi ke IKN dan wilayah Kalimantan lainnya.
Peta sesar di Kalimantan
Wilayah Kalimantan sendiri tercatat memiliki beberapa sesar aktif yang masih berpotensi gempa kuat dan dangkal. Dikutip dari jurnal 'Study Seismotectonic Around Kalimantan Island Using Likelihood Method' dari para peneliti di Jurusan Ilmu Bumi Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran, 2021, Borneo atau Kalimantan memiliki setidaknya tiga sesar aktif.
Ketiga sesar aktif tersebut yakni Sesar Meratus di Kalimantan Selatan, Sesar Mangkalihat di Kalimantan Timur, dan Sesar Tarakan di Kalimantan Utara.
Beberapa peneliti sebelumnya (Hamilton, 1979; Moss dan Chamber, 1999; Aula dan Nichols, 2002; Simons, dkk. 2007; Hutchison, 2007), mengungkap beberapa sesar lain di Kalimantan, seperti Sesar Adang di Kalbar, Sesar Tinjia di Sarawak, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, dan Patahan Paternoster di Selat Makassar.
"Namun, beberapa daerah yang dekat dengan zona sesar utama di Kalimantan masih perlu diwaspadai karena ada kemungkinan gempa besar untuk terjadi di daerah tersebut," kata para peneliti.
Baca juga: IKN Hanya untuk Kendaraan Listrik, Ridwal Kamil Janjikan Kota dengan Emisi Nol!
Beberapa gempa bumi berkekuatan besar pun pernah terjadi, termasuk gempa di Ranau, Sabah, dengan M 6 pada 5 Juni 2015. Gempa ini mengakibatkan 19 orang tewas, longsor di Gunung Kinabalu, dan kerusakan bangunan di Ranau.
Gempa lain juga terjadi di Tarakan berkekuatan M 6,1 pada 21 Desember 2015; gempa M 5,7 di timur laut Tarakan pada 25 Februari 2015, dan gempa M 4,2 di Katingan 12 Juli 2018.
Belakangan, Kalimantan Timur sempat diguncang gempa M 4,6 yang dengan pusat di 97 km barat laut Kutai Barat, Selasa (20/6/2023) pukul 12.43.37 WIB. Gempa ini termasuk gempa dangkal lantaran kedalamannya hanya 10 km.
Berdasarkan keterangan di Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 tersebut mengindikasikan bahwa wilayah Kalimantan tidak sepenuhnya aman dari gempa dan masih menyimpan ancaman termasuk di wilayah IKN.
(dwk)