Foto: Patreon
Teknologi.id - Situs crowdfunding untuk seniman dan kreator, Patreon, resmi memperbarui kebijakannya. Dalam laman blog resminya, Patreon memutuskan untuk tidak lagi memberi dukungan pada akun-akun kreator pada platform mereka yang mempromosikan teori konspirasi QAnon.
Baca Juga: ClipDrop, Aplikasi Praktis untuk Penggemar Augmented Reality
Dilansir dari The Verge, Patreon mensinyalir ada sejumlah kecil kreator yang hasil karyanya menunjukkan dukungan terhadap QAnon. Pihak Patreon merasa harus mengambil sikap atas hal itu karena banyak platfrom online lainnya yang menjadi tempat penyebaran disinformasi QAnon melalui laman dan grup.
Laman blog Patreon menambahkan, kreator yang teridentifikasi mendukung QAnon akan dikenakan sanksi berdasarkan kebijakan dan keputusan dari tim trust and safety Patreon, yaitu akan dihapus akunnya. Sanksi tersebut hanya akan dikenakan apabila kreator terbukti keterlibatannya dalam penyebaran disinformasi QAnon.
Sedangkan, jika hanya menyebutkan (mentioning), menghibur (entertaining), melaporkan (reporting on), atau membongkar (debunking) QAnon, dianggap tidak melanggar peraturan.
QAnon itu sendiri merupakan teori konspirasi palsu yang mengklaim Presiden Trump diam-diam berencana menangkap politisi Demokrat dan selebriti kelas atas dengan tuduhan pedofilia atau kanibalisme, sehingga ia mengirimi mereka pesan-pesan berkode. Teori konspirasi ini menyebar luas di berbagai platform sosial media, dan beberapa yang mempercayai teori QAnon ini telah didakwa atas kekerasan (violence).
Tidak hanya Patreon, terdapat platform media sosial lain yang juga berupaya mencegah penyebaran konten QAnon. Di antaranya, Facebook yang pada awal bulan ini berhasil melarang konten berbau QAnon berada di platform mereka dan melabeli konten tersebut dengan "militarized social movement". Etsy turut melarang peredaran merchandise berbau QAnon, karena melanggar kebijakan platform yang melawan ujaran kebencian dan kekerasan.
Baca Juga: Bos Samsung Lee Kun-hee Meninggal Dunia
Twitter juga telah menerbitkan larangan untuk akun-akun yang berkaitan dengan QAnon dan telah berupaya untuk mencegah penyebaran konten tersebut. Bahkan, platform olahraga online, Peloton, mengambil langkah untuk memperketat aturan di platform mereka setelah tagar terkait QAnon mulai bermunculan di kelas-kelasnya.
(rf)