Mengenal STSS, Bakteri "Pemakan Daging" yang Menyebabkan Kematian di Jepang

Ayu Puspita Lestari . June 25, 2024

Source : bloomberg.com

Teknologi.id - Selama dua tahun berturut-turut, Jepang melaporkan jumlah infeksi bakteri yang mengancam jiwa.  Bakteri pemakan daging yang langka dan mematikan saat ini tengah  meningkat di Jepang. Apa itu bakteri pemakan daging di Jepang yang disebut telah menginfeksi ribuan orang ?

Sejak awal 2024, Jepang telah menghadapi lebih dari 1.000 kasus Infeksi bakteri yang dikenal dengan nama Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS). Angka ini bahkan telah melampaui jumlah infeksi yang tercatat di tahun sebelumnya. 

STSS bisa berakibat fatal, Jepang sendiri hingga saat ini telah mencatat 77 kematian akibat STSS. Lantas, apa yang dimaksud dengan pemakan daging di Jepang ?

Baca juga : Ilmuwan Asal China Berhasil Ciptakan Virus Mutan Ebola, Kenali Gejalanya

Apa itu STSS ??

Sindrom Syok Toksik Streptokokus adalah penyakit parah yang disebabkan oleh penyebaran bakteri Streptokokus Grup A ke dalam darah dan jaringan dalam, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.  

Menurut Columbiadoctors.org, Necrotizing fasciitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi penyakit ini disebut sering disebut "Virus Pemakan Daging". Luka terbuka atau luka, diabetes dan penggunaan alkohol adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko tertular STSS. Penyakit ini paling sering terjadi ada usia di atas 65 tahun. Gejala STSS meliputi demam, menggigil, nyeri otot, mual dan muntah, menurut CDC. Penyakit ini bisa menjadi lebih serius, jika terjadi dengan necrotizing fasciitis, suatu bentuk pemakan daging dari bakteri Strep Grup A yang " sangat terkait dengan STSS", dan menghancurkan otot, kulit, dan jaringan di bawahnya, menurut Penn Medicine.

Bagaimana Gejala Infeksi Bakteri 

Gejala dimulai dengan damam, menggigil, nyeri otot, mual hingga muntah. Semua ini bisa berlangsung dalam kurun waktu 24-48 jam. Gejala gejala yang muncul bisa membuat penderitanya mengalami tekanan darah rendah, kegagalan organ, detak jantung cepat dan pernapasan yang cepat.

Selain itu, penyakit ini juga bisa menyebabkan radang tenggorokan pada anak-anak. Sementara orang dewasa bisa mengalami gejala serluas seperti nyeri di beberaa anggota badan, bengkak, demam hingga tekanan darah rendah.

Institut Penyakit Menular Nasional Jepang (NIID) melaporkan, dari 941 kasus, 97 di anataranya meninggal dunia akibat STSS pada 2023. Dilansir dari Japan Times, profesor penyakit menular di Tokyo Women's Medical University, Ken Kukichi memprediksi, pasien yang terjangkit STSS dapat mencapai 2.500 orang pada 2024.

Dikutip dari The Guardian, meskipun sudah merebak di Jepang, NIID menuturkan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang mekanisme penularan dan kerja infeksi tersebut dalam tubuh.

"Masih banyak faktor yang tidak diketahui mengenai mekanisme di balik bentuk streptococcus fulminan (parah dan tiba-tiba), dan kami belum berada pada tahap untuk menjelaskan, "ungkap NIID.

Walaupun demikian, Kukichi berpendapat bahwa merebaknya STSS di Jepang kemungkinan disebabkan karena melemahnya sistem kekabalan tubuh pasca-Covid 19.

Cara Mengidentifikasi dan Mengobati STSS

Infeksi GAS pertama kali akan muncul dengan gejala yang meliputi menggil, demam dan sakit kepala. Jika Kamu mengalami radang tenggorokan, ada juga tanda-tanda yang terlihat, terutama amandel dan tengorokan yang merah dan bengkak. Bercak putih, nanah dan bintik-bintik merah, yang dikenal sebagai petechiae juga dapat muncul di mulut dan tenggorokan.

Dokter mengobati infeksi GAS yang umum terjadi, seperti radang tenggorokan dengan antibiotik seperti penisilin dan amoksisilin. Namun, jika infeksi berkembang menjadi STSS, pasien akan memerlukan perawatan darurat dan sering kali perawatan intensif. Infeksi STSS dapat berkembang dengan sangat cepat. Dalam beberapa kasus, infeksi dapat berkembang dalam hitungan jam hingga menyebabkan tekanan dara rendah yang mengancam jika

Infeksi strep telah berkembang menjadi STSS jika Kamu melihat gejala serius lainnya, termasuk: 

  • Denyut jantung yang cepat (takikardia)
  • Perubahan mental atau kesulitan berpikir
  • Pernapasan cepat
  • Tidak ada air seni
  • Pendarahan dan memar 
  • Mata menguning
  • Tekanan dara rendah

Infeksi ini diobati terutama dengan antibiotik klindamisin, tetapi perawatan tambahan juga diperlukan untuk mengobati syok.

"Antibiotik benar-benar bekerja untuk membunuh streptokokus dengan cepat, tetapi respons inflamasi yang mereka mulai, itulah bagian dari sindrom syok toksik dan itu bisa bertahan lama. Anda membunuh semua streptokkus tersebut dalam waktu 12 hingga 24 jam, tetapi Anda masih memiliki sisa peradangan yang sudah dimulai, "kata Schaffner.  Sedangkan dalam beberapa kasus, pasien akan memeperlukan pembedahan untuk mengangkat jaringan mati akbiat infeksi.

The Botton Line

Jepang mengalami jumlah kasus sindrom syok toksik streptokoku (STSS) yang memecahkan rekor. STSS adalah komplikasi yang jarang terjadi namun parah dari infeksi Streptococcus Grup A, Bakteri yang sama sehingga menyebabkan radang tengggorokan. Sejauh ini, STSS yebabkan 77 kematian di Jepang tahun ini; kondisi ini menyebabkan kemaian pada lebih dari 30% kasus.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(ay)

Share :