Foto: dailymail.co.uk
Teknologi.id - Ilmuwan dari China telah berhasil merekayasa virus yang mengandung Ebola. Virus ini memiliki kemampuan untuk menyebabkan kematian pada hamster dalam waktu dua hingga tiga hari setelah terinfeksi.
Sebuah tim peneliti dari Universitas Kedokteran, Hebei, menggunakan penyakit ternak yang dapat menular dan menambahkan protein yang ditemukan dalam virus Ebola. Hal ini memungkinkan virus untuk menginfeksi sel dan menyebar ke seluruh tubuh manusia.
Menurut penelitian tersebut, kelompok hamster yang disuntik dengan virus tersebut mengalami penyakit sistemik parah yang mirip dengan yang terjadi pada pasien Ebola pada manusia, termasuk kegagalan multi-organ.
Salah satu gejala yang sangat mencemaskan adalah hamster yang terinfeksi mengeluarkan cairan di matanya, yang mengganggu penglihatannya dan menyebabkan pembentukan keropeng di permukaan bola mata.
Dikutip dari dailymail.co.uk, meskipun eksperimen ini mungkin menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya kebocoran laboratorium kembali, para peneliti menyatakan bahwa tujuan mereka adalah menemukan model hewan yang cocok yang dapat dengan aman meniru gejala Ebola di laboratorium.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa hamster yang terinfeksi dapat menjadi model yang berguna untuk mempelajari penyebaran dan pengobatan Ebola di masa mendatang.
Para ilmuwan menggunakan virus yang berbeda yang disebut virus stomatitis vesikuler (VSV), yang telah dimodifikasi untuk membawa sebagian dari virus Ebola yang disebut glikoprotein (GP) yang memiliki peran penting dalam membantu virus memasuki sel inangnya. Virus ini tidak memerlukan fasilitas laboratorium khusus dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Baca juga: Terhubung ke Smartphone, BRIN Ciptakan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus
Foto: dailymail.co.uk
Dalam percobaan ini, para peneliti menggunakan lima hamster betina dan lima hamster jantan yang semuanya berusia tiga minggu.
Hasilnya, semua hamster betina Suriah menunjukkan penurunan suhu tubuh dan berat badan hingga 18 persen, dan semuanya meninggal antara dua hingga tiga hari. Sementara itu, kelima hamster jantan kehilangan 15 persen berat badannya dan meninggal karena penyakit dalam waktu tidak lebih dari tiga setengah hari. Namun, dua hamster jantan bertahan hidup dan mengalami peningkatan berat badan lebih dari 20 persen dibandingkan sebelum terinfeksi.
Para peneliti juga melakukan autopsi pada hewan yang mati dan menemukan virus terakumulasi di berbagai organ seperti jantung, hati, limpa, paru-paru, ginjal, lambung, usus, dan otak. Kadar tertinggi virus ditemukan di hati, sedangkan kadar terendah di otak.
"Ini adalah tanda bahwa hamster Suriah berusia 3 minggu yang terinfeksi VSV-EBOV/GP memiliki kemungkinan berperan dalam penelitian gangguan saraf optik yang disebabkan oleh EVD," Ungkap tim dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Tiongkok Virologica Sinica, sebagaimana dikutip dari laman Dailymail, Senin (06/05/2023).
Mereka juga mencatat bahwa percobaan tersebut memberikan penilaian praklinis yang cepat terhadap tindakan medis terhadap Ebola, membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang virus yang mematikan ini, serta pengembangan strategi pengobatan yang efektif.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ny)
Tinggalkan Komentar