Jepang Dorong Pekerja untuk Bekerja Empat Hari dalam Seminggu

Teknologi.id . September 23, 2024
Foto: NewsBytes


Teknologi.id - Jepang sedang berusaha untuk mendorong lebih banyak pekerja dan perusahaan menerapkan sistem kerja empat hari dalam seminggu. Langkah ini diambil untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja yang semakin meningkat di negara yang terkenal dengan etos kerja tinggi dan istilah "karoshi" (kematian karena bekerja terlalu keras).

Sejak tahun 2021, pemerintah Jepang mulai mendukung ide kerja empat hari seminggu setelah mendapat dukungan dari anggota parlemen. Namun, adopsi konsep ini masih terbilang lambat. Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, hanya sekitar 8% perusahaan di Jepang yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil cuti tiga hari atau lebih dalam seminggu.

Baca juga: Jepang Hadirkan Fugaku Next: Superkomputer Terkuat di Dunia

Sebagai bagian dari kampanye "reformasi gaya kerja", pemerintah Jepang mempromosikan jam kerja yang lebih pendek dan pengaturan kerja yang lebih fleksibel. Tujuannya adalah menarik perhatian, terutama dari usaha kecil dan menengah. Kementerian Tenaga Kerja juga mulai menawarkan konsultasi gratis dan hibah untuk mendukung inisiatif ini.

"Dengan menciptakan lingkungan di mana pekerja bisa memilih gaya kerja sesuai dengan kondisi mereka, kami ingin membangun siklus pertumbuhan yang baik dan memberikan pandangan positif bagi masa depan setiap pekerja," ungkap kementerian.

Meski Didukung Pemerintah, Penerapan Konsep 4 Hari Kerja Seminggu masih Minim

Salah satu contoh nyata adalah Panasonic Holdings Corp., di mana dari 63.000 karyawan yang memenuhi syarat, hanya 150 yang memanfaatkan kebijakan kerja empat hari. Ini menunjukkan bahwa meski ada dukungan pemerintah, penerimaan konsep ini masih minim.

Perubahan ini juga mencerminkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan hidup. Dengan angka kelahiran yang terus menurun, penting bagi Jepang untuk mempertahankan angkatan kerja yang produktif. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah populasi usia kerja dapat berkurang hingga 40% pada tahun 2065 jika kondisi saat ini berlanjut.

Baca juga: Kakeibo: Seni Mengatur Keuangan dari Jepang dengan Cara Paling “Mindful”

Akiko Yokohama, karyawan di Spelldata, perusahaan teknologi di Tokyo, merasa manfaat dari jadwal empat hari kerjanya. Ia menggunakan hari libur tambahan untuk beristirahat dan mengurangi stres. Perusahaan-perusahaan besar seperti Fast Retailing (pemilik Uniqlo), Shionogi & Co., serta beberapa perusahaan elektronik juga mulai menerapkan sistem kerja ini.

Meskipun ada perubahan, budaya kerja keras di Jepang masih sangat kuat. Jam kerja panjang masih menjadi hal biasa, meskipun sebagian besar perusahaan memberikan dua hari libur dalam seminggu. Namun, banyak pekerja yang tetap melakukan lembur tanpa kompensasi, yang berisiko pada kesehatan mereka.

Menurut laporan pemerintah, ada setidaknya 54 kasus kematian akibat terlalu banyak bekerja setiap tahunnya. Para ahli mengingatkan bahwa penting untuk mengubah cara pandang terhadap kerja, di mana pekerjaan bukan hanya sekadar sumber penghasilan, tetapi juga bagian integral dari identitas individu.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

Share :