Teknologi.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 2020 bisa terulang kembali.
Lembaga tersebut telah mengumumkan potensi cuaca ekstrem yang akan masuk ke Indonesia melalui siaran pers pada Sabtu (23/11).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terjadi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
Dwikorita menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah fenomena La Nina, yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 20-40 persen, dan diperkirakan akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.
Selain itu, Dwikorita juga menyebutkan adanya dinamika atmosfer lain yang diprediksi akan aktif bersamaan selama periode Nataru, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan seruak dingin (Cold Surge).
Seruak dingin yang bergerak dari daratan tinggi Siberia menuju wilayah barat Indonesia dapat menyebabkan angin kencang dan gelombang tinggi, serta berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia.
Baca juga: BMKG Sebut Gempa M 5,5 Gunungkidul Berhubungan dengan Zona Megathrust
Pergerakan seruak dingin ini diprediksi akan mencapai wilayah Indonesia pada pertengahan pertengahan hingga akhir Desember mendatang.
Prediksi ini kemudian kembali dipaparkan oleh Dwikorita dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR di di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Dwikorita menjelaskan bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki musim hujan, dengan puncak musim hujan di sebagian wilayah Sumatera dan Jawa diperkirakan terjadi pada akhir bulan Desember. Sementara itu, di sebagian wilayah lainnya, puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada bulan Januari.
Dwikorita menjelaskan bahwa ketika fenomena cuaca ekstrem tersebut sampai di Indonesia bagian barat, seperti Jawa Barat, Lampung, Banten, dan DKI Jakarta, peristiwa yang terjadi bisa mirip dengan yang telah diprediksi.
Meski begitu, ia berharap skenario terburuk tidak akan terjadi.
"Insya Allah tidak akan buruk, tetapi skenario terburuk itu dapat meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem," ujar Dwikorita.
Prediksi Terulangnya Banjir Jakarta Tahun 2020
Dwikorita menjelaskan bahwa skenario terburuk dapat meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem dan menyebabkan terjadinya kembali banjir Jakarta tahun 2020.
"Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020, di bulan Januari, kondisi terparah adalah banjir Jabodetabek saat itu. Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi," jelasnya.
Melansir CNN, Pada Januari 2020, Jakarta mengalami banjir besar yang menggenangi ratusan wilayah dengan kedalaman mencapai 350 cm.
Curah hujan yang ekstrem, yaitu mencapai 377 mm/hari, menjadi penyebab utama bencana ini.
Akibatnya, 390 RW di 151 kelurahan dari 35 kecamatan di Jakarta terendam banjir, yang berlangsung selama empat hari hingga air benar-benar surut.
Sebanyak 83.406 orang terdampak, sementara 36.445 warga terpaksa mengungsi di 269 titik. Selain itu, banjir tersebut juga menyebabkan 19 orang meninggal dunia.
Baca juga: Waspada Ancaman Megathrust, BMKG Pasang 530 Sensor Gempa untuk Antisipasi
Sementara itu, Dwikorita menjelaskan bahwa skenario teringan dari fenomena cuaca ekstrem ini adalah gangguan pada aktivitas pelayaran.
Ia mencontohkan kejadian serupa yang pernah terjadi pada tahun 2022, ketika kapal yang berlabuh di Merak sempat oleng akibat seruak angin. Akibatnya, kendaraan yang berada di kapal tersebut jatuh ke laut.
"Skenario teringan yang terjadi adalah dua tahun lalu saat penyeberangan di Merak Bakaheuni, tiba-tiba kapal yang sedang parkir oleng. Karena seruak angin itu, kapalnya oleng, sementara ada yang menyebrang. Saat itu satu truk dan satu mobil masuk ke laut," imbuh Dwikorita.
“Semoga tidak terjadi, tetapi secara deteksi ada peluang terjadi dan kami terus memantau,” ujar Dwikorita menutup penjelasannya.
Kristian Gottam Sihombing, Kasatlak Pengelolaan Data dan Informasi Pusdatin BPBD DKI Jakarta, menyampaikan bahwa penanganan banjir tahun ini berbeda dengan sebelumnya.
BPBD DKI bersama instansi terkait meningkatkan kapasitas pompa air, memperluas drainase, serta merevitalisasi sungai dan saluran air.
Selain itu, Pemprov DKI juga menambah kapasitas pompa dan mengedukasi masyarakat melalui simulasi evakuasi dan pelatihan tanggap darurat.
Baca berita dan artikel yang lain di Google News.
(aia)