Konsep IKIGAI dan Cara Survive di Masa Quarter Life Crisis

Muhammad Iqbal Mawardi . February 18, 2021

Foto: Beaslouise

Teknologi.id – Quarter life crisis atau QLC adalah keadaan psikologi yang biasanya dialami oleh orang-orang di rentang usia usia 20-an, atau yang saat ini disebut sebagai kaum milenial. Menurut Alexandra Robbins and Abby Wilner dalam bukunya yang berjudul Quarter-life Crisis: The Unique Challenges of Life in your Twenties, ada 9 ciri-ciri seseorang tengah mengalami keadaan quarter-life crisis, di antaranya adalah:

  1. Memiliki perasaan minder karena tidak bekerja pada bidang yang diinginkan.
  2. Memiliki perasaan bingung atas banyaknya pilihan yang ada.
  3. Merasa “insecure” akan masa depan.
  4. Meragukan semua hal, seperti karir dan kemampuan diri.
  5. Merasa kecewa dengan berbagai kesempatan kerja yang ada, adanya perasaan bahwa semua usaha dan pendidikan yang ditempuh tidak memberikan dampak apa-apa.
  6. Merasa tidak punya rencana.
  7. Membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain, lalu merasa masih sangat jauh.
  8. Merasa terlalu stress, atau terisolasi
  9. Tidak merasa senang dengan proses yang sedang berjalan

Baca juga: Toilet di Jepang Gunakan Tombol Holografik, Canggih Banget!

Berada di fase QLC membuat kita tersesat dalam mencari nilai kehidupan. Jika kamu berada di usia 20-an dan mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, tidak perlu gengsi untuk mengakui bahwa mungkin kamu tengah mengalami fase QLC.

Menurut Noveri Maulana, dosen Pengembangan Diri di PPM Manajemen, ada beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan agar tak terjebak di fase QLC. Pertama adalah bagaimana cara kita mengevaluasi diri hingga menemukan “nilai” dari hidup.

Badai dahsyatnya terjadi di usia 25 sampai 35 tahun. Terkadang orang cemas dengan pekerjaannya, keadaan finansialnya, lalu menjadi korban dari QLC ini dikarenakan value yang ia rasakan tidak sesuai atau bahkan tidak ada.

Soal menentukan nilai hidup, Noveri menjelaskan tentang konsep IKIGAI orang Jepang. Secara harfiah dalam bahasa Jepang, istilah IKIGAI sendiri berasal dari ‘Iki’ yang artinya kehidupan dan ‘Gai’ yang berarti adalah nilai. Jika diartikan, ikigai merupakan tujuan dan nilai hidup untuk siap menghadapi hari.

Foto: Pinterest

Konsep dasar kehidupan tentang bahwa hidup enggak selamanya selalu lancar dan bahagia, bahwa kehidupan selalu memiliki 2 sisi koin yang berdampingan, antara yang bahagia dan menderita adalah hal yang mutlak harus kita terima.

Namun, sebagai manusia, tentunya kita harus hidup secara mandiri, yang dalam konteks ini seperti halnya konsep ikigai, tentang hal buruk akan selalu datang, namun itu semua tergantung bagaimana kita sebagai manusia bisa menyikapinya.

Dalam konsep IKIGAI, ada tiga hal yang seharusnya terhubung satu sama lain, yakni profesi, hobi, dan karir. Setidaknya tiga dari dua aspek tersebut haruslah saling beririsan. Konsep IKIGAI pun diyakini bisa membantu kita menyeimbangkan antara kebahagiaan dengan kesenangan di dunia pekerjaan.

“Ada profesi yang sekaligus hobi, tapi enggak dapet duit. Ada profesi dan karir, tetapi bukan hobi kita dan kita enggak senang di situ,” ucap Noveri.

Jadi, penting bagi kita untuk menyeimbangkan ketiga unsur tadi dalam kehidupan. Keseimbangan antara pekerjaan yang kita jalani dengan hobi/passion serta keberlangsungan karir kedepannya akan membuat kita perlahan terlepas dari fase QLC tersebut.

Percuma mendapatkan uang banyak jika kita tidak menyukai pekerjaan kita tersebut. Namun rasanya kurang bijak apabila kita mengerjakan sesuatu yang kita senangi namun tidak memberikan dampak dan pengaruh positif baik untuk diri kita maupun orang disekitar.

Hal lain yang harus diperhatikan, yakni membangun support system dan dikelilingi orang-orang yang positif. Dengan berada di lingkungan yang suportif dan positif tentunya akan mengurangi berbagai perasaan yang dialami selama berada di fase QLC dan memaksimalkan konsep IKIGAI kita.

(MIM)

Share :