Foto: Salon
Teknologi.id – Banyaknya kegiatan luar angkasa yang dilakukan
manusia tentunya berjalan beriringan dengan sampah satelit serta benda lain yang dikirim manusia ke luar angkasa.
Menurut perkiraan NASA,
setidaknya terdapat 23 ribu unit
muatan yang dibuang, terdiri dari badan roket, dan puing-puing lainnya yang
panjangnya lebih dari 10 cm mengelilingi planet ini.
Benda serta sampah luar angkasa
tersebut tentunya berisiko bertabrakan dengan objek lain di orbit Bumi.
Selain itu, ada 500 ribu benda kecil lainnya dengan
panjang antara 1 cm hingga 10 cm. Semua benda ini bergerak setidaknya 18.000
mil per jam.
Serta dapat bertahan selama
beberapa dekade sebelum masuk kembali ke atmosfer Bumi dan terbakar.
Saat berada di orbit, mereka
menimbulkan risiko bagi satelit komunikasi komersial, pengorbit ilmiah dan
cuaca, dan tentu saja Stasiun Luar Angkasa Internasional yang saat ini menjadi
rumah bagi para astronaut yang sedang bertugas.
Lisa Ruth Rand, seorang ahli sejarah teknologi dari Caltech mengatakan sampah antariksa yang makin menumpuk akan membuat mimpi manusia untuk membangun kehidupan di planet lain semakin sulit diwujudkan.
Baca juga: Mengenal Alat Pemusnah Sampah Tanpa Asap Buatan PT Pindad
"Bahwa akhir dari era ruang
angkasa bukanlah manusia yang menjadi kosmopolitan, menjadi multi-planet,
menjadi bagian dari alam semesta, melainkan membuat kita tidak bisa pergi
lagi," imbuhnya.
Untungnya sudah ada beberapa
program yang diluncurkan untuk mengatasi
masalah sampah antariksa.
Misalnya SpaceLogistics dan
Astroscale, dua perusahaan yang secara eksklusif didedikasikan untuk keberlanjutan
lingkungan luar angkasa, siap membuat “truk sampah antariksa”.
Selain itu, Sky Perfect JSAT Corp, sebuah perusahaan satelit komunikasi asal
Jepang juga siap mengatasi masalah yang sama.
(fpk)