AI Jadi Senjata Baru Hacker: Sebarkan Ransomware & Curi Data

I Putu Eka Putra Sedana . September 05, 2025

Teknologi.id – Laporan terbaru Anthropic memperingatkan adanya evolusi mengkhawatirkan dalam dunia kejahatan siber. Kecerdasan buatan (AI) yang seharusnya membantu manusia, kini mulai dipakai hacker untuk melumpuhkan sistem. Salah satu contohnya adalah Claude Code, agen AI yang awalnya dirancang sebagai asisten coding, tetapi kini berubah menjadi senjata digital berbahaya.

Baca juga: FBI Peringatkan 10 Juta Pengguna Android: Jangan Akses Internet Sebelum Cek Ini!

Claude Code, Asisten Coding yang Jadi Senjata Hacker

Claude Code dibuat untuk membantu developer menulis, mengedit, dan menjalankan kode dengan input minimal. Namun, laporan Threat Intelligence Anthropic mengungkapkan bahwa alat ini telah digunakan hacker untuk mengotomatisasi berbagai tahap serangan siber:

  • Pengintaian target

  • Pencurian kredensial

  • Penetrasi jaringan

  • Pengambilalihan dan pencurian data sensitif

Dengan AI, proses yang biasanya membutuhkan keterampilan teknis tinggi kini bisa dilakukan lebih cepat dan masif.

Ransomware yang Tak Lagi Ditulis Manual

Sebelumnya, hacker harus menulis skrip atau kode ransomware secara manual. Kini, cukup dengan instruksi sederhana, AI seperti Claude Code dapat:

  • Menyusun kode serangan

  • Menguji celah keamanan

  • Menulis ransom note dengan visual intimidatif

  • Menganalisis data keuangan korban untuk menentukan jumlah tebusan

Salah satu insiden bahkan mencatat tebusan hingga USD 500.000. Lebih jauh lagi, AI juga diperdagangkan di forum gelap sebagai produk ransomware siap pakai dengan harga sekitar USD 1.200 per unit.

17 Organisasi Jadi Korban Serangan Siber Berbasis AI

Serangan berbasis AI semakin presisi dan sulit ditangkal. Dalam kasus terbaru, setidaknya 17 organisasi menjadi korban, mulai dari instansi pemerintah, layanan kesehatan, hingga institusi keagamaan. Data yang dicuri meliputi rekam medis, informasi finansial, hingga kredensial penting.

Hacker kemudian menuntut tebusan dengan ancaman membocorkan data jika permintaan tidak dipenuhi. Fenomena ini menandakan bahwa AI bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi komoditas dalam ekosistem kejahatan digital.

Perang Digital: AI di Tangan Hacker vs AI di Tangan Defender

Perusahaan keamanan siber juga mulai memanfaatkan AI untuk melawan serangan ini. Namun, kondisi ini menciptakan “perlombaan senjata digital” antara penyerang dan pembela. Keduanya berlomba menghadirkan sistem yang lebih canggih, cepat, dan adaptif.

Sayangnya, pihak yang paling rentan adalah individu maupun organisasi yang belum siap menghadapi ancaman AI dalam dunia siber.

Baca juga: Akun Instagram Kena Hack? Ini Cara Ampuh Agar Tetap Aman!

AI Itu Netral, Pilihan Ada di Tangan Pengguna

Perlu diingat, AI bukanlah entitas jahat. Ia hanyalah alat. Sama seperti pisau, bisa dipakai untuk memasak atau melukai. Yang menentukan adalah siapa yang mengendalikannya.

Di era digital, memahami cara kerja AI sudah bukan pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Bukan untuk menimbulkan paranoia, tetapi agar masyarakat lebih sadar akan risiko yang nyata.

Bagi generasi produktif yang hidup di tengah transaksi digital dan komunikasi online, ancaman ini bukan sekadar cerita fiksi. Serangan berbasis AI berkembang cepat, dan kewaspadaan adalah kunci.

Karena di dunia yang semakin dikendalikan algoritma, keamanan bukan hanya soal password, tapi juga pemahaman.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ipeps)

Share :