Teknologi.id - Kejadian peretasan yang menimpa situs Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI kembali menambah daftar panjang insiden kebocoran data yang menimpa berbagai institusi penting di Indonesia.
Setelah sebelumnya Pusat Data Nasional Sementara (PDN Sementara) dan situs INAFIS milik Polri menjadi korban serangan siber, kini giliran BAIS yang dikabarkan mengalami kebocoran data oleh kelompok hacker yang dikenal dengan nama MoonzHaxor.
Dalam cuitan di akun X (dulu Twitter) @FalconFeedsio pada Senin, 25 Juni 2024, diumumkan bahwa kelompok hacker MoonzHaxor, yang sebelumnya berhasil membobol situs INAFIS, kini telah mengunggah data dari BAIS TNI.
🚨🚨Indonesian Intelligence Agency Data Breach
Leaked by: MoonzHaxor on BreachForums
Summary:
MoonzHaxor, a prominent member of BreachForums, has uploaded files from the Badan Intelijen Strategis (Indonesian Military Strategic Intelligence Agency). The leak includes sample… pic.twitter.com/73doXJDYG1
FalconFeedsio menyatakan, "MoonzHaxor, hacker terkemuka BreachForums telah mengunggah data dari Badan Intelijen Strategis Indonesia." Dari tangkapan layar yang dibagikan, terlihat bahwa MoonzHaxor memberikan beberapa data sample dan akan menjual keseluruhan datanya kepada pihak yang berminat.
“Hari ini saya mengunggah data (sample) Badan Intelijen Strategis untuk diunduh dan menjual keseluruhan data-datanya. Terimakasih,” tulis MoonzHaxor dalam unggahannya. Namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti data apa saja yang telah dicuri oleh MoonzHaxor dan berapa harga jual data-data tersebut.
Menanggapi dugaan kebocoran data ini, pihak TNI melalui Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar menyebutkan bahwa pihaknya sedang melakukan pemeriksaan dan pendalaman terkait dugaan peretasan ini.
"Terkait (informasi) akun dari X FalconFeedsio yang menyiarkan data BAIS TNI diretas, sampai saat ini (kami) masih dalam pengecekan mendalam oleh Tim Siber TNI," kata Kapuspen TNI, dikutip dari Antaranews.
Rentetan Serangan Siber terhadap Institusi Pemerintahan
Kejadian peretasan terhadap situs BAIS TNI ini merupakan bagian dari rangkaian serangan siber yang terus menargetkan institusi pemerintah di Indonesia. Sebelumnya, PDN Sementara berhasil diserang oleh ransomware Brain Cipher, yang mengakibatkan kerusakan dan kebocoran data penting. Tidak lama setelah itu, situs INAFIS milik Polri juga menjadi korban serangan hacker dan data-datanya dijual di dark web.
Insiden ini menunjukkan betapa rentannya sistem keamanan siber di berbagai institusi penting di Indonesia. Keamanan siber menjadi isu krusial yang perlu segera ditangani secara serius oleh pemerintah dan seluruh lembaga terkait. Serangan siber tidak hanya mengancam kerahasiaan data, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas dan keamanan nasional.
Dampak Kebocoran Data dan Langkah Mitigasi
Kebocoran data yang menimpa BAIS TNI tentu saja membawa dampak yang serius. BAIS merupakan lembaga intelijen strategis yang menangani berbagai informasi sensitif dan krusial bagi keamanan negara. Jika data-data ini jatuh ke tangan yang salah, bisa jadi ancaman serius bagi keamanan nasional. Untuk mengatasi dan mencegah kejadian serupa di masa depan, ada beberapa langkah mitigasi yang bisa diambil oleh pemerintah dan lembaga terkait.
Pertama, peningkatan sistem keamanan siber di seluruh institusi pemerintah menjadi hal yang mutlak. Pemerintah perlu menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk memperkuat infrastruktur siber dan mengadopsi teknologi terbaru dalam perlindungan data.
Kedua, pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM di bidang keamanan siber perlu ditingkatkan. Tenaga ahli yang kompeten dan terlatih akan mampu mendeteksi dan merespons serangan siber dengan lebih cepat dan efektif. Selain itu, kerjasama dengan pihak swasta dan komunitas siber juga penting untuk memperkuat pertahanan siber nasional.
Baca juga: Ini Alasan PDN Belum Normal Setelah 6 Hari Diserang Hacker
Ketiga, penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan siber harus ditingkatkan. Para pelaku serangan siber harus dihukum seberat-beratnya untuk memberikan efek jera dan mencegah tindakan serupa di masa depan.
Selain itu, pemerintah juga perlu bekerja sama dengan negara lain dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan siber yang beroperasi lintas negara. Insiden peretasan situs BAIS TNI oleh kelompok hacker MoonzHaxor menambah deretan panjang kasus kebocoran data yang menimpa institusi penting di Indonesia.
Kejadian ini menyoroti pentingnya keamanan siber yang kuat dan terintegrasi untuk melindungi data-data penting dari ancaman serangan siber. Langkah-langkah mitigasi seperti peningkatan sistem keamanan, pelatihan SDM, dan penegakan hukum yang tegas perlu segera diimplementasikan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Keamanan siber bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan stabilitas nasional.
Baca Berita dan Artikel lain di Google News.
(bmm)