Foto: VOI
Teknologi.id – Matahari
buatan China disebut memiliki kemampuan menyinari negara tersebut selama satu
dekade alias 1 dasawarsa (10 tahun).
Akan tetapi tentunya, ini bakal
terjadi jika proyek tersebut mendapatkan persetujuan akhir atau dukungan dari
pemerintah di bawah kendali Presiden Xi Jinping.
Dilansir South China Morning Post
(SCMP), pembangunan reaktor fusi nuklir
diperkirakan rampung pada awal 2030 mendatang, jika pemerintah Beijing
mendukungnya.
Hal tersebut dikemukakan Profesor
Song Yuntao kepada media lokal pada konferensi pengendalian karbon di Beijing.
Teknologi fusi, yang dikenal
sebagai matahari buatan, disebut dapat menyediakan pasokan energi bersih tanpa
akhir dengan mensimulasikan fusi nuklir di matahari.
Rencana ini membawa serta
tantangan yang ada yakni mengendalikan gas yang sangat panas, hidrogen, dengan
suhu di dalam reaktor yang diperkirakan mencapai atau melebihi 100 juta derajat
Celcius.
Reaktor fusi China bukan yang
pertama di dunia, ada pula konstruksi yang hampir selesai pada Reaktor
Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER) di Prancis selatan, yang dapat
menyala pada 2025.
Namun setelah beberapa kali
penundaan, setelah dimulai sejak dimulai pada tahun 2007, ITER menjadi proyek
ilmiah internasional termahal dalam sejarah.
Proyek ini menelan biaya antara US$ 45 miliar hingga US$ 65 miliar atau setara dengan Rp 644-929 triliun (kurs Rp 14.300/US$), dan China menjadi salah satu negara yang terlibat di dalamnya.
Baca juga: Seluruh Desa ini Dibangun dengan Printer Cetak 3D
Meskipun gagasan matahari buatan
membuahkan hasil untuk pertama kalinya, pembakaran yang dihasilkannya tidak
dapat menghasilkan energi yang cukup untuk produksi listrik, seperti yang
diinginkan oleh reaktor China.
Pada bulan Mei, perangkat
simulasi di Hefei menghasilkan plasma
yang menyala pada 150 juta derajat Celcius yang dipertahankan pada tingkat yang
stabil selama lebih dari 100 detik, dan menjadi sebuah rekor dunia.
Para ilmuwan membatasi gas panas
dengan medan magnet yang sangat kuat yang dihasilkan oleh superkonduktor.
Song mengatakan tujuan proyek
China berikutnya adalah meningkatkan waktu pembakaran menjadi 400 detik
kemudian 1.000 detik.
(fpk)