Ilmuwan Oxford Bikin Panel Surya Setipis Silet, Energi Terbarukan yang Fleksibel!

Bunga Melssa Maurelia . August 12, 2024
Ilmuwan Oxford Bikin Panel Surya Setipis Silet
Foto: The Business Magazine

Teknologi.id - Dalam era modern ini, kebutuhan akan energi terbarukan semakin mendesak. Terbatasnya lahan untuk pembangunan ladang panel surya telah mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi alternatif yang lebih efisien dan fleksibel.

Baru-baru ini, para ilmuwan dari Departemen Fisika Universitas Oxford telah mengembangkan sebuah terobosan yang menjanjikan: panel surya mikro yang sangat tipis dan dapat disematkan di berbagai objek sehari-hari seperti ponsel, ransel, dan atap mobil.

Teknologi Perovskit

Panel surya inovatif ini terbuat dari bahan yang disebut perovskit, yang telah menarik perhatian komunitas ilmiah karena kemampuannya yang luar biasa dalam menyerap energi matahari. Perovskit mampu menangkap rentang cahaya yang lebih luas dari spektrum matahari dibandingkan dengan panel surya berbasis silikon konvensional. Ini berarti bahwa lebih banyak energi matahari dapat diserap dan diubah menjadi listrik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan Oxford, lapisan perovskit ini mampu mengubah sekitar 27 persen energi sinar matahari menjadi listrik. Sebagai perbandingan, panel surya berbasis silikon yang ada saat ini hanya mampu mencapai efisiensi hingga 22 persen.

Ini merupakan pencapaian yang signifikan, mengingat teknologi perovskit ini baru dikembangkan dalam lima tahun terakhir. Bahkan, para peneliti percaya bahwa efisiensi ini bisa meningkat hingga lebih dari 45 persen seiring dengan kemajuan teknologi di masa depan.


Foto: Oxford PV


Baca juga: Studi Baru: Semaglutide Bisa Hentikan Kecanduan Rokok Sekaligus Turunkan Berat Badan

Aplikasi yang Luas dan Potensial

Salah satu keunggulan utama dari panel surya perovskit ini adalah fleksibilitasnya dalam hal aplikasi. Dengan ketebalan yang lebih dari satu mikron—sekitar 100 kali lebih tipis dari rambut manusia—lapisan perovskit ini bisa diterapkan pada berbagai jenis permukaan, termasuk plastik dan kertas. Ini berbeda dengan panel surya berbasis silikon yang cenderung kaku dan membutuhkan struktur pendukung yang besar.

Bayangkan sebuah dunia di mana energi matahari dapat dihasilkan dari hampir semua permukaan yang terkena sinar matahari. Ransel yang dilengkapi dengan lapisan perovskit dapat mengisi daya ponsel saat Anda berjalan di bawah sinar matahari.

Atap mobil yang dilapisi dengan perovskit dapat memberikan daya tambahan yang signifikan untuk kendaraan listrik. Bahkan bagian belakang ponsel Anda bisa menjadi sumber energi tambahan berkat lapisan surya yang sangat tipis ini.

Tantangan dan Solusi

Meskipun potensinya besar, teknologi perovskit tidak tanpa tantangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh para peneliti adalah stabilitas material ini.

Beberapa lapisan perovskit yang diuji di laboratorium diketahui larut atau rusak dalam waktu singkat, yang membuatnya kurang tahan lama dibandingkan dengan panel surya silikon yang lebih konvensional. Stabilitas ini menjadi faktor kunci yang harus diatasi sebelum teknologi ini dapat diadopsi secara luas di pasar.

Namun, tim ilmuwan Oxford optimis bahwa dengan pengembangan lebih lanjut, masalah ini dapat diatasi. Mereka terus melakukan penelitian untuk meningkatkan masa pakai material perovskit, sehingga dapat digunakan dalam aplikasi nyata tanpa khawatir akan kerusakan yang cepat.

Dampak Terhadap Industri Energi Terbarukan

Inovasi ini tidak hanya berdampak pada cara kita menggunakan energi surya, tetapi juga berpotensi merubah industri energi terbarukan secara keseluruhan. Menurut Wood Mackenzie, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam data dan analitik untuk transisi energi bersih, pemasangan panel surya global telah tumbuh sebesar 80 persen pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022.

Salah satu pendorong utama peningkatan ini adalah turunnya biaya produksi tenaga surya, yang kini lebih murah daripada bentuk energi lainnya, termasuk bahan bakar fosil.

Namun, panel surya berbasis darat sering kali membutuhkan lahan yang luas dan mahal, yang bisa menjadi sumber konflik antara industri pertanian dan pemerintah, serta perusahaan di balik instalasi energi terbarukan.

Dengan adanya teknologi perovskit ini, diharapkan masalah tersebut dapat diatasi. Teknologi ini memungkinkan penggunaan energi surya pada permukaan yang sebelumnya tidak terpikirkan, seperti gedung, kendaraan, dan objek sehari-hari lainnya, tanpa memerlukan lahan tambahan.

Henry Snaith, peneliti utama tim Oxford, menyatakan bahwa inovasi ini berpotensi untuk dikomersialkan dan dapat digunakan dalam berbagai industri, termasuk konstruksi dan manufaktur mobil.

"Inovasi terbaru dalam bahan dan teknik surya yang didemonstrasikan di laboratorium kami dapat menjadi landasan bagi industri baru, yaitu memproduksi bahan untuk menghasilkan energi surya secara lebih berkelanjutan dan murah dengan memanfaatkan bangunan, kendaraan, dan objek yang sudah ada," katanya.

Baca juga: Peneliti Berhasil Temukan DNA yang Bisa Sembuhkan Kanker Pankreas

Masa Depan Energi Surya

Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, kita dapat berharap bahwa panel surya berbasis perovskit akan menjadi lebih umum dalam beberapa tahun ke depan.

Kemampuannya untuk diterapkan pada berbagai jenis permukaan, serta efisiensi yang tinggi dalam menyerap energi matahari, menjadikan teknologi ini sebagai kandidat kuat untuk menjadi solusi utama dalam memenuhi kebutuhan energi terbarukan di masa depan.

Meskipun masih ada tantangan yang harus diatasi, seperti stabilitas material dan komersialisasi teknologi, potensi manfaat dari panel surya perovskit ini sangat besar. Ini bukan hanya tentang mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, tetapi juga tentang menciptakan dunia di mana energi surya bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Teknologi ini membuka peluang baru bagi inovasi di berbagai sektor, mulai dari teknologi konsumen hingga infrastruktur skala besar.

Inovasi ini menunjukkan bahwa masa depan energi terbarukan sangatlah cerah, dan kita mungkin tidak perlu menunggu terlalu lama sebelum panel surya setipis silet ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita.

Baca Berita dan Artikel lain di Google News. 

(bmm)

Share :