Grok AI Ungkap Elon Musk Sebagai Penyebar Misinformasi Terbesar di X

Elysa Magrisia Herdiani . November 21, 2024
Grok AI ELon Musk
Foto: Getty Images/Jaap Arriens/NurPhoto


Teknologi.id - Elon Musk, miliuner sekaligus pemilik platform media sosial X (sebelumnya Twitter), baru-baru ini menjadi sorotan tajam setelah sistem chatbot kecerdasan buatan (AI) bernama Grok, yang dikembangkan oleh Musk, mengidentifikasi dirinya sebagai penyebar misinformasi terbesar di platform tersebut. Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Musk adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia digital dan media sosial saat ini.

Baca juga: Apple Investasi Rp 1,5 Triliun demi Jual iPhone 16 di Indonesia, Ini Kata Menkomdigi

Grok AI Menilai Musk Sebagai Penyebar Misinformasi

Grok AI ELon Musk

Kejadian ini dimulai ketika salah satu pengguna X, Gary Koepnick, bertanya kepada Grok mengenai siapa yang paling sering menyebarkan informasi keliru di X. Tidak lama setelah pertanyaan tersebut diajukan, Grok memberikan jawaban yang cukup mengejutkan. Berdasarkan analisis data, Grok menyebut Elon Musk sebagai salah satu penyebar misinformasi yang paling signifikan di X sejak ia mengakuisisi platform tersebut pada tahun 2022.

Grok, yang dirancang untuk menganalisis pola data, sentimen media sosial, dan laporan-laporan terkait, menjelaskan bahwa Musk seringkali memposting konten yang mempromosikan atau mendukung informasi yang salah. Konten-konten tersebut banyak berfokus pada isu-isu sensitif seperti politik, pemilihan umum, teori konspirasi, dan masalah kesehatan seperti COVID-19. Grok menambahkan bahwa Musk juga pernah berinteraksi dengan akun-akun kontroversial yang dikenal memiliki sejarah penyebaran informasi keliru.

"Musk telah membuat banyak unggahan yang dikritik karena mempromosikan atau mendukung informasi yang salah," kata Grok, mengutip laporan dari Fortune pada 21 November 2024.

Dampak dari Penyebaran Misinformasi oleh Elon Musk

Dengan lebih dari 100 juta pengikut di X, setiap unggahan dari Elon Musk memiliki jangkauan yang sangat luas dan cepat menyebar ke audiens global. Grok menyoroti bahwa karena visibilitas Musk yang sangat tinggi, informasi keliru yang dia sebarkan sering kali mendapat legitimasi dan penguatan dari para pengikutnya. Hal ini berisiko menciptakan pengaruh yang sangat besar terhadap opini publik, terutama selama peristiwa penting seperti pemilihan umum.

Musk, yang dikenal sering mengkritik kebijakan pemerintah, sistem kesehatan, dan bahkan menyebarkan teori-teori yang tidak terbukti, tidak hanya menarik perhatian media besar tetapi juga mengarahkan pembicaraan di kalangan pengikutnya. Misalnya, pernyataan kontroversialnya tentang vaksin COVID-19 dan dugaan pengaruhnya terhadap hasil pemilu Amerika Serikat telah menambah ketegangan di dunia maya dan memperburuk polarisasi.

"Setiap informasi keliru yang dia posting segera memperkuat dan memberikan legitimasi kepada kelompok-kelompok yang sudah memiliki pandangan tertentu," kata Grok.

Penyebaran Misinformasi di Media Sosial

Fenomena penyebaran misinformasi di media sosial telah menjadi masalah besar dalam beberapa tahun terakhir, dengan platform seperti Facebook, Twitter (sekarang X), dan Instagram menjadi tempat subur bagi penyebaran hoaks dan teori konspirasi. Penelitian menunjukkan bahwa informasi yang salah cenderung lebih cepat tersebar di media sosial dibandingkan dengan informasi yang benar. Dalam hal ini, peran pemimpin opini seperti Elon Musk menjadi sangat penting, karena dapat mempengaruhi banyak orang hanya dengan satu unggahan.

Sistem AI seperti Grok mencoba untuk mengidentifikasi dan memberikan gambaran objektif mengenai siapa yang berperan besar dalam penyebaran informasi keliru. Walaupun demikian, penilaian semacam ini juga bisa menjadi kontroversial, mengingat definisi misinformasi sangat subjektif dan sering kali bergantung pada perspektif ideologis pembaca.

Namun, Grok menegaskan bahwa meskipun ada banyak aktor yang terlibat, termasuk bot dan akun anonim, Musk masih berada di garis depan penyebaran misinformasi di X. Hal ini penting, mengingat dampaknya terhadap opini publik, terutama dalam konteks demokrasi dan pemilihan umum.

Tanggapan Musk terhadap Kritikan Grok AI

Ironisnya, kritik ini datang tidak lama setelah Elon Musk sendiri memuji Grok kepada para pengikutnya. Melalui sebuah cuitan, Musk menyarankan agar para pengguna menggunakan Grok untuk mendapatkan jawaban berdasarkan informasi terkini, bahkan sebelum AI-nya memberikan tanggapan yang merugikan dirinya. "Gunakan Grok untuk mendapatkan jawaban yang didasarkan pada informasi terkini!" tulis Musk beberapa waktu lalu, yang kemudian diikuti oleh analisis mengejutkan tersebut.

Sebagai pengusaha yang berambisi untuk menyaingi OpenAI, Musk tampaknya ingin menciptakan alat yang tidak hanya cerdas tetapi juga dapat diterima oleh banyak pihak. Namun, ketergantungan pada algoritma untuk menilai informasi dapat menjadi pedang bermata dua, terutama ketika hasil analisisnya tidak sesuai dengan harapan.

Baca juga: Elon Musk Beli 100.000 Chip Nvidia Senilai 95 Miliar Rupiah, Untuk Apa ?

Kontroversi Seputar Grok dan Penyebaran Hoaks

Musk, yang sebelumnya terlibat dalam kontroversi dengan OpenAI—organisasi yang ia bantu dirikan sebelum meninggalkannya—juga pernah disorot karena penggunaan Grok dalam menyebarkan hoaks. Pada bulan Agustus 2024, Grok sempat dituduh menjadi alat untuk menyebarkan informasi yang salah terkait pemungutan suara, yang menyebabkan perusahaan membuat perubahan pada algoritmanya.

Namun, meskipun Grok mendapat kritik, ia tetap menjadi bagian dari upaya Musk untuk mengembangkan kecerdasan buatan yang dapat berfungsi lebih luas dalam masyarakat. Dalam persaingan antara perusahaan teknologi besar, seperti Meta yang mendukung sistem sumber terbuka dan OpenAI yang lebih tertutup, Grok berada di tengah perdebatan mengenai bagaimana teknologi AI seharusnya digunakan untuk mempengaruhi kebijakan publik dan opini massa.

 Kritik yang diberikan oleh Grok terhadap Elon Musk sebagai penyebar misinformasi terbesar di X membuka diskusi yang lebih luas mengenai peran media sosial dalam menyebarkan informasi yang salah. Mengingat kekuatan besar yang dimiliki oleh Musk dan platform X, penting bagi pengguna media sosial dan pengembang teknologi untuk lebih berhati-hati dalam membagikan informasi. Grok AI, meskipun dikembangkan oleh Musk sendiri, menunjukkan bahwa bahkan alat buatan sendiri pun dapat mengkritik tindakan sang pencipta, memberikan pesan yang mendalam mengenai tanggung jawab besar yang datang dengan kekuatan digital di era informasi ini.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(emh)


Share :