Tak Bergantung Impor, Pemerintah Kebut Vaksin Merah Putih

Teknologi.id . October 28, 2020

A Trend That Worries Health Experts: As U.S. Gets Closer to COVID-19 Vaccine,  Fewer People Say They'd Get One

Foto: Morning Consult


Teknologi.id - Pemerintah Indonesia berpacu dengan waktu untuk terus mengebut pengadaan vaksin Covid-19. Di samping menunggu impor vaksin dari luar negeri, pemerintah juga tengah mengembangkan vaksin buatan lokal yang dinamai vaksin Merah Putih.

Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 Erick Thohir memaparkan bahwa vaksin Merah Putih merupakan langkah penting bagi pemerintah Indonesia agar tidak melulu mengandalkan vaksin impor sebagai solusi jangka panjang terkait pandemi Covid-19.

"Pengembangan vaksin Merah Putih adalah sangat penting. Karena pengadaan vaksin impor tidak boleh menjadi kebiasaan. Kita harus mengadakan Vaksin Merah Putih sendiri agar di 2022 tidak beli lagi vaksin dari luar negeri, tapi lakukan sendiri," tegas Erick saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Pemda DIY yang digelar secara virtual pada Selasa (27/10).

Pengembangan vaksin Merah Putih ditargetkan bisa rampung akhir tahun 2020 dan siap diproduksi massal pada tahun 2022 mendatang. Sementara untuk tahun 2020 dan 2021 untuk mengatasi pandemi Covid-19, pemerintah akan terlebih dulu mengandalkan vaksin buatan luar.


Menteri BUMN Jamin Kualitas Vaksin di Indonesia Sesuai Standar dan Halal -  Voice of Indonesia
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19, Erick Thohir. Foto: Voi.id



Baca Juga: Riset Terbaru Temukan ASI Dapat Cegah dan Obati COVID-19

Senada dengan Erick Thohir, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro juga menyatakan bahwa vaksin Merah Putih adalah vaksin dari Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia, yang merupakan bentuk kemandirian agar tak mengimpor vaksin dari luar negeri.


Bambang membeberkan, saat ini ada enam versi vaksin Merah Putih yang sedang dalam proses penelitian. Keenam versi vaksin tersebut diteliti enam institusi dalam negeri dengan platform yang berbeda-beda, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung.

"Karena menggunakan platform yang berbeda-beda otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin," ujar Bambang dalam diskusi di YouTube BNPB, Selasa (27/10).


Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro. Foto: Beritabaru.co


Uji hewan

Sejauh ini, Bambang menyebut pengembangan vaksin Lembaga Eijkman-lah yang paling cepat, bahkan tak menutup kemungkinan vaksin Eijkman segera diuji coba ke hewan dalam waktu dekat.

"Kami bisa identifikasi kemungkinan yang paling cepat yang dilakukan Eijkman, di mana pengembangan vaksin COVID19-nya menggunakan platform sub unit protein rekombinan," ungkap Bambang.

"Saat ini prosesnya, di bulan Oktober ini, mereka sedang persiapkan untuk uji di hewan. Uji di hewan yang kita harapkan bisa selesai dan mudah-mudahan hasilnya memuaskan pada akhir tahun ini," lanjutnya.

Baca juga: Corona Belum Berakhir, Hadirlah Norovirus

Bila pengujian pada hewan telah selesai dan memiliki hasil yang baik, pihaknya akan menyerahkan bibit tersebut ke produsen, Bio Farma, untuk dimulai proses produksi skala kecil. Ditargetkan, seluruh proses ini selesai pada akhir tahun 2020.

Selain Bio Farma, nantinya terdapat 3 perusahaan farmasi besar lainnya yang siap membantu produksi vaksin Merah Putih.

"Kami sudah gandeng minimal 3 perusahaan yang sudah siap, pertama untuk investasi pengembangan vaksin manusia, kedua mereka sudah mulai mengurus izin ke BPOM atau cara pembuatan obat yang baik," ujar Bambang.

Meski begitu, Bambang belum menyebut nama 3 perusahaan tersebut. Yang jelas, Bambang memperkirakan gabungan 3 perusahaan tersebut bakal bisa memproduksi vaksin Merah Putih mencapai 1 miliar dosis per tahunnya.

(dwk)

Share :