Foto: NASA Climate Change
Teknologi.id – Sudah sekitar dua tahun terakhir, Indonesia dan
negara lain di dunia berperang melawan virus Corona atau Covid-19.
Namun ternyata ada ancaman nyata
yang bisa lebih mengerikan dari itu. Yakni, perubahan iklim (climate change).
Butuh dana ribuan triliun rupiah
untuk mengatasi masalah ini. Indonesia sendiri diperkirakan membutuhkan dana tak kurang
dari Rp3.700 triliun untuk mengatasi perubahan iklim dan efek buruknya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani
mengungkapkan untuk menurunkan karbon dioksida (CO2) dibutuhkan dana sebesar
US$479 miliar.
Karbondioksida dihasilkan dari proses pembakaran mulai dari penggunaan energi fosil hingga kebakaran hutan.
Baca juga: Wilayah Hiroshima dan Nagasaki saat ini Masih Beradiasi?
"Bagaimana kita bisa
mendesain policy sehingga kerja sama bisa menerjemahkan sehingga financing gap
bisa dipenuhi DNA komitmen climate change bisa dicapai. Kalau kita mau
menurunkan CO2 40% maka kebutuhan US$ 479 billion.
“Jadi ini tantangan bagaimana
policy kita bisa menghasilkan platform kerja sama yang kredibel," kata Sri
Mulyani beberapa waktu lalu, dikutip dari CNBC Indonesia hari Selasa 10 Agustus
2021.
Dia juga menegaskan untuk tidak
menganggap remeh isu perubahan iklim ini. Menurutnya masalah tersebut nyata dan
sejumlah negara di dunia sudah merasakan dampaknya.
Sri Mulyani mengatakan sebelum
2045 akan menghadapi 2030 climate change yang menghasilkan Paris Agreement.
Di mana semua negara termasuk
Indonesia melakukan komitmen melakukan pengurangan Co2 sebab Bumi sudah mulai
hangat.
"Banjir yang tidak pernah
terjadi, terjadi. Di Jerman sampai terjadi banyak sekali korban. Kebakaran
hutan, kekeringan,”
“Ada juga turunnya es atau salju
di berbagai daerah yang belum menghadapi ini jadi climate change is real karena
dunia sudah menghangat di atas 1%. Kita menghindari untuk menghangat,"
ungkapnya.
Sementara itu, pemerintah China akan merilis rencana baru untuk mengurangi emisi karbon. Utusan China akan melakukan peluncuran ini jelang acara global United Nations (UN) Climate Change Conference (COP26) di Glasgow, Skotlandia bulan November 2021.
Baca juga: Dubai Pakai Drone Bikin Hujan Buatan, Berapa Harganya?
Sebagai informasi, acara CPO2
adalah langkah penting membuat negara di dunia menyetujui jenis pengurangan
emisi karbon agar mencegah perubahan iklim.
Dalam Perjanjian Paris,
negara-negara menyerahkan target iklim 2030 yang diperbarui sebelum pertemuan
CPO2.
Namun sebagian negara belum
melakukan, termasuk China dan India yang dikenal sebagai penghasil emisi global
utama.
PBB mendorong komitmen untuk
menghasilkan nol emisi karbon tahun 2050. Sementara China memiliki tujuan untuk
netraltas karbon tahun 2060 mendatang.
China diketahui sempat menolak
berkomitmen dalam Perjanjian Paris. Sebab China menyebutkan negara industri termasuk
wilayah barat dapat menjadi kaya sebelum kontrol pengurangan karbon disahkan.
(fpk)