Ilustrasi Unilever (Foto: Getty Images)
Teknologi.id - Perusahaan multinasional, Unilever menghentikan iklannya di Facebook, Instagram, dan Twitter hingga akhir 2020, sejak Jumat (26/6/2020).
Keputusan ini merupakan buntut dari kampanye "Stop Hate for Profit" yang digelorakan organisasi seperti NAACP, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik, Warna Perubahan, dan Free Press pada pekan lalu.
Padahal, Unilever yang yang memiliki puluhan merek rumah tangga yang begitu populer di masyarakat ini biasanya menghabiskan lebih dari USD 1 miliar untuk beriklan setiap tahunnya.
Baca juga: Cara Hide Akun Instagram Agar Tak Bisa Dilihat Orang lain
"Kami menginvestasikan miliaran dolar setiap tahun untuk menjaga komunitas kami aman dan terus bekerja dengan para ahli luar untuk meninjau dan memperbarui kebijakan kami," kata juru bicara Facebook kepada NBC News yang dilansir The Verge, Sabtu (27/6/2020).
"Kami tahu kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan kami akan terus bekerja dengan kelompok-kelompok hak-hak sipil, GARM, dan para ahli lainnya untuk mengembangkan lebih banyak alat, teknologi, dan kebijakan untuk melanjutkan perjuangan ini," imbuhnya.
Kampanye “Stop Hate for Profit” diluncurkan setelah diskusi yang dilakukan sejumlah organisasi dengan Facebook mengenai kebijakan seputar kebencian dan informasi paslu. Kelompok-kelompok itu mengeluarkan iklan satu halaman penuh di Los Angeles Times, pada Rabu lalu, yang mendesak pengiklan untuk berpartisipasi dalam boikot.
Kampanye "Hentikan Kebencian demi Keuntungan" itu mendesak pengiklan untuk menarik pengeluaran mereka di Facebook mulai bulan Juli sebagai protes terhadap kebrutalan polisi dan rasisme yang muncul di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Sejak itu, lebih dari 90 perusahaan telah menghentikan pengeluaran pada platform, termasuk Patagonia, Ben & Jerry's, dan Verizon.
Unilever mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan investasi periklanan yang direncanakan dengan mengalihkan pengeluarannya ke media lain.
"Kompleksitas lanskap budaya saat ini telah menempatkan tanggung jawab baru pada merek untuk belajar, merespons dan bertindak untuk mendorong ekosistem digital yang tepercaya dan aman," kata Unilever dalam sebuah pernyataan kepada The Verge.
Baca juga: Cara Membuka Facebook Lupa Kata Sandi, Bisa Tanpa Nomor HP dan Email!
“Terus beriklan di platform ini saat ini tidak akan menambah nilai bagi masyarakat. Kami akan terus memantau dan akan meninjau kembali posisi kami saat ini jika perlu,” jelas Unilever.
Menanggapi hal itu, VP solusi klien global Twitter, Sarah Personette, pihaknya telah mengembangkan kebijakan dan kemampuan platform yang dirancang untuk melindungi dan melayani percakapan publik.
"Dan seperti biasa, kami berkomitmen untuk memperkuat suara dari komunitas yang kurang terwakili dan kelompok yang terpinggirkan. Kami menghormati keputusan mitra kami dan akan terus bekerja dan berkomunikasi secara dekat dengan mereka selama waktu ini," kata Sarah.
(sz)