Teknologi.id - Sektor pertambangan dan baterai kendaraan listrik (EV) Indonesia akan mendapatkan dorongan investasi sebesar $9 miliar. Konsorsium asal Inggris yang melibatkan perusahaan pertambangan ternama, Glencore, berkomitmen untuk melakukan investasi tersebut.
Investasi ini bertujuan untuk memanfaatkan cadangan nikel yang melimpah di Indonesia dan membangun pijakan kuat di industri kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat di negara ini. Dengan harapan dapat menarik perusahaan multinasional, kekayaan sumber daya alam Indonesia telah menjadi tujuan menarik bagi investor global.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, menjadikannya kandidat utama untuk pengembangan industri hilir. Tujuan utamanya adalah membangun fasilitas produksi baterai dan kendaraan untuk memenuhi kebutuhan produsen mobil listrik terkemuka di dunia.
Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia, mengumumkan rencana konsorsium ini pada hari Rabu, dan menjelaskan detail tentang proyek ambisius mereka.
Baca juga: Menaklukkan Dunia Bisnis dengan Bisnis Rental Mobil
Alokasi dana yang spesifik
Meskipun alokasi investasi sebesar $9 miliar tidak diungkapkan, Lahadalia mengungkapkan bahwa sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan Kawasan Industri di wilayah Bantaeng, Sulawesi Selatan. Kawasan Industri ini akan menggunakan energi angin sebagai sumber daya operasionalnya, sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan.
Konsorsium ini bertujuan untuk menyelesaikan proyek tersebut pada bulan September, yang menunjukkan urgensi dan determinasi mereka dalam menghadapi peluang ini.
Mengonfirmasi partisipasi Glencore, perusahaan tambang negara Indonesia Aneka Tambang (ANTAM, perusahaan material Umicore, dan perusahaan energi Envision Group, Kementerian Investasi menekankan komposisi yang kuat dari konsorsium ini.
Namun, Umicore, Envision, dan Aneka Tambang belum memberikan konfirmasi resmi terkait hal ini. Sementara itu, Glencore tetap bungkam, dengan juru bicara menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak berkomentar mengenai rumor.
Menteri Lahadalia menyampaikan antusiasmenya terhadap investasi ini, mengatakan, "Investasinya sekitar $9 miliar sesuai dengan rencana. Jika kita bisa mempercepatnya, kita akan melakukannya." Pemerintah Indonesia, yang berkeinginan untuk menjaga pasokan nikel bagi investor saat ini dan potensial, menerapkan larangan ekspor bijih nikel mentah pada tahun 2020. Langkah ini menunjukkan komitmen negara ini untuk menarik produsen mobil listrik global, termasuk Tesla dan BYD Group dari China.
Baca juga: Rata-Rata Pendapatan di Indonesia 2023 Segini! Ini 7 Perusahaan dengan Gaji Tinggi
Masuknya investasi yang signifikan ini menandakan kepercayaan yang semakin meningkat terhadap potensi Indonesia dan menyoroti tekad negara ini untuk menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik global. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan lingkungan investasi yang menguntungkan, Indonesia siap menjadi pusat produksi baterai dan kendaraan yang berperan dalam transisi global menuju transportasi yang berkelanjutan.
Komitmen konsorsium asal Inggris untuk berinvestasi sebesar $9 miliar di sektor pertambangan dan baterai EV di Indonesia merupakan langkah maju yang signifikan bagi kedua negara. Kemitraan ini tanpa diragukan lagi akan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi, dan masa depan yang lebih hijau.
Dengan menyambut perusahaan multinasional ke tanahnya, Indonesia menyiapkan panggung bagi era kerjasama dan inovasi yang menjanjikan dalam upaya global menuju transportasi yang berkelanjutan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)