Teknologi.id - Dulu, nama Intel identik dengan keunggulan teknologi. Sebagai produsen chip komputer terbesar di dunia, Intel pernah mendominasi pasar PC global dengan teknologi yang tak tertandingi. Namun, seiring waktu, Intel mulai kehilangan cengkeramannya di industri yang terus berkembang. Di era kecerdasan buatan (AI) dan perangkat mobile, Intel menghadapi tantangan besar dari pesaing seperti ARM, AMD, dan Nvidia. Bagaimana raja teknologi ini bisa terpuruk, dan apa yang dapat dilakukan untuk kembali bangkit?
Baca juga: Raksasa Chip Dunia Terpuruk, CEO Intel Pat Gelsinger Mundur
Dominasi Intel yang Mulai Runtuh
Pada puncak kejayaannya, Intel memimpin industri chip
komputer dengan inovasi yang tak tertandingi. Saham Intel mencapai titik
tertinggi sepanjang masa pada 31 Agustus 2000. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, nilai saham Intel telah merosot hingga 68% dari rekornya. Pada
Agustus lalu, perusahaan ini mengumumkan rencana untuk memangkas biaya hingga
USD 10 miliar, termasuk pemberhentian 15% stafnya.
Kemunduran ini menunjukkan betapa besarnya tantangan yang
dihadapi Intel di tengah perubahan lanskap teknologi global. CEO Intel, Pat
Gelsinger, yang mengambil alih kepemimpinan pada tahun 2021, berupaya keras
mengembalikan kejayaan perusahaan dengan fokus pada peningkatan manufaktur
chip. Namun, fokus tersebut belum cukup untuk menghadapi pergeseran teknologi
mendasar yang terjadi.
Bangkitnya Teknologi Mobile dan AI
Dominasi Intel mulai terkikis pada tahun 2010, saat Apple
memperkenalkan iPhone pertama dengan chip berbasis ARM. Pilihan Apple untuk
menggunakan teknologi ARM yang lebih efisien menandai awal runtuhnya dominasi
Intel. ARM, perusahaan asal Inggris, dengan cepat menguasai pasar chip seluler
karena menawarkan efisiensi daya yang lebih baik dibandingkan prosesor Intel.
Tak hanya di pasar mobile, ARM juga mulai menembus pasar PC.
Apple, salah satu pelanggan utama Intel, mengganti prosesor di beberapa lini
produknya dengan chip berbasis ARM. Hal ini menjadi pukulan telak bagi Intel,
yang sebelumnya mendominasi pasar prosesor untuk PC.
Selain itu, kemunculan AMD sebagai pesaing kuat semakin
memperburuk posisi Intel. AMD berhasil merebut pangsa pasar dengan prosesor
yang menawarkan performa tinggi dengan harga lebih kompetitif. Di tengah
persaingan sengit ini, Intel juga kehilangan peluang besar di sektor AI, di
mana Nvidia telah menjadi pemimpin pasar.
Nvidia: Raja Baru di Era AI
Dalam dekade terakhir, Nvidia telah mengalami pertumbuhan
luar biasa. Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai produsen unit pemrosesan
grafis (GPU) kini menjadi pemain utama di bidang AI. Chip Nvidia menjadi tulang
punggung berbagai aplikasi AI modern, mulai dari pemrosesan data besar hingga
pengembangan model AI canggih.
Saat ini, nilai pasar Nvidia mencapai USD 3,4 triliun, jauh
melampaui Intel yang hanya bernilai USD 104 miliar. Ketertinggalan Intel dalam
mengembangkan chip akselerator AI menjadi salah satu penyebab utama penurunan
ini. Chip Gaudi yang dirilis Intel tahun ini gagal menarik perhatian pasar dan
tidak mampu bersaing dengan produk Nvidia.
Tantangan dan Kesempatan
Sementara itu, Intel berupaya memanfaatkan fasilitas
manufakturnya untuk memproduksi chip bagi perusahaan lain, termasuk pesaing
seperti Apple. Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan daya saing Intel di
pasar global. Namun, strategi ini menghadapi tantangan besar, terutama dengan
adanya keterlambatan dalam produksi dan persaingan langsung dengan raksasa
manufaktur seperti TSMC.
Masa depan Intel sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk berinovasi dan merespons tren teknologi. Di era AI dan mobile, kecepatan dan efisiensi menjadi kunci. Intel perlu menciptakan produk yang tidak hanya kompetitif dalam hal performa tetapi juga efisien dari sisi konsumsi daya.
Mencari Jalan Kembali ke Puncak
Meskipun situasi Intel saat ini terlihat suram, masih ada
harapan bagi perusahaan ikonik ini untuk bangkit. Langkah pertama adalah
mempercepat pengembangan teknologi manufaktur mereka. Selain itu, Intel perlu
memperluas portofolio produk yang mendukung kebutuhan teknologi masa depan,
seperti AI dan komputasi awan.
Kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi lainnya juga
dapat membantu Intel kembali ke jalur yang benar. Investasi dalam riset dan
pengembangan (R&D) harus ditingkatkan untuk menciptakan solusi inovatif
yang dapat bersaing dengan ARM, AMD, dan Nvidia. Selain itu, Intel harus berani
mengambil risiko untuk memasuki pasar baru yang memiliki potensi pertumbuhan
tinggi.
Intel, yang pernah menjadi penguasa teknologi dunia, kini menghadapi tantangan berat untuk bertahan di era AI dan mobile. Dengan persaingan ketat dari ARM, AMD, dan Nvidia, masa depan Intel tampak penuh ketidakpastian. Namun, dengan strategi yang tepat dan fokus pada inovasi, Intel masih memiliki peluang untuk bangkit dan kembali menjadi pemain utama di industri teknologi global. Saat ini, semua mata tertuju pada langkah Intel selanjutnya dalam menghadapi era perubahan yang begitu cepat.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google
News
(emh)