
Teknologi.id - Elon Musk tengah menghadapi tekanan besar. Bisnisnya, mulai dari Tesla hingga Starlink, mendapat boikot dari berbagai pihak. Gelombang protes makin meluas seiring dengan meningkatnya sentimen negatif terhadapnya.
Showroom Tesla di berbagai negara bagian AS diserbu demonstran sebagai bagian dari gerakan "Tesla Takedown." Protes ini dipicu kebijakan pemangkasan anggaran federal di bawah kepemimpinan Musk di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang menyebabkan pemecatan pegawai dan penghapusan program penting.
Selain itu, dukungan politik Musk terhadap kelompok sayap kanan di Jerman serta tuduhannya terhadap politisi Inggris tanpa bukti turut memperburuk citranya. Aksi Musk yang menyerupai salam Nazi dalam pelantikan Trump pun menambah kontroversi.
Baca juga juga: Elon Musk Gantikan Pegawai yang Di-PHK dengan Chatbot AI GSAi
Boikot terhadap Tesla awalnya terbatas, tetapi semakin besar setelah Presiden AS Donald Trump menyebut aksi ini sebagai "terorisme domestik" dan "ilegal." Saham Tesla pun anjlok, sementara banyak pemilik Tesla menempelkan stiker protes terhadap Musk.
Gerakan "Tesla Takedown" yang dipelopori aktor Alex Winter dan akademisi Joan Donovan mendorong orang-orang menjual mobil Tesla, menarik investasi, dan ikut demonstrasi. Lebih dari 150 aksi protes telah dijadwalkan hingga akhir April.
Di beberapa kota besar seperti Baltimore dan Washington DC, ratusan demonstran turun ke jalan membawa spanduk dan bernyanyi sebagai bentuk perlawanan terhadap Musk.
Starlink Ikut Terdampak
Tak hanya Tesla, Starlink juga mulai ditinggalkan pengguna. Banyak pelanggan kecewa dengan pandangan politik Musk, terutama setelah ia menunjukkan gestur kontroversial dalam pelantikan Trump.
Di Eropa, boikot Starlink membuka peluang bagi penyedia internet satelit lain seperti Eutelsat dari Prancis dan Viasat dari Inggris. CEO Eutelsat bahkan menyebut layanannya siap menggantikan Starlink di Ukraina dalam waktu dekat.
Di Inggris, pengguna Starlink mulai mempertimbangkan alternatif meski belum ada layanan sebaik Starlink. "Kami ingin mencari opsi lain, tetapi saat ini masih terjebak dengan Starlink," ujar salah satu pelanggan.
Baca juga: X Tiba-tiba Down! Elon Musk Sebut Ada Serangan Siber Besar-besaran dari Ukraina
Eksodus Pengguna X
Sebelum Tesla dan Starlink terimbas, X (sebelumnya Twitter) lebih dulu mengalami penurunan pengguna. Banyak yang meninggalkan platform tersebut karena dinilai menjadi alat Musk untuk mendukung Trump dalam Pemilu AS.
Pesaing X, Bluesky, mendapat lonjakan pengguna baru hingga 2,5 juta dalam seminggu setelah kemenangan Trump. Banyak organisasi besar, termasuk Guardian dan mantan jurnalis CNN Don Lemon, secara terbuka meninggalkan X karena kebijakan kontennya yang kontroversial.
Krisis yang dihadapi Musk terus berkembang. Opini negatif terhadapnya tak hanya memengaruhi bisnisnya, tetapi juga mengubah lanskap teknologi dan politik global.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News