Foto: Onmanorama
Teknologi.id - Rubel Rusia
turun drastis dalam perdagangan akibat dari sanksi yang belum pernah terjadi
sebelumnya yang dikenakan di Moskow
oleh UE dan AS atas invasinya ke Ukraina.
Rubel Rusia jatuh ke rekor terendah terhadap dolar pada Senin pagi. Salah
satu sanksi paling keras adalah memblokir Rusia dari SWIFt, jaringan sistem keuangan dunia, sehingga bank federal Rusia
tak bisa mengakses cadangan mata uang negara itu.
Departemen Keuangan AS dan Uni
Eropa juga membekukan aset Bank Sentral Rusia di luar negeri.
Nilai Rubel turun drastis pada
hari Senin menjadi 0,00997 per dolar AS
- turun jauh dari 0,0118 per dolar pada Jumat (25/2/2022).
Hancurnya nilai Ruble membuat inflasi bakal meroket di Rusia. Kondisi
ini membuat semua penduduk Rusia terimbas, tidak hanya segelintir kaum elite
yang menjadi target sanksi ini.
Antrean di ATM Rusia seperti pada
sekitar gedung-gedung di Moskow dan di bank-bank Rusia di Eropa terlihat sangat
padat.
Baca juga: Ukraina Terima Donasi Kripto Guna Perkuat Militernya Hadapi Rusia
Terjadi rush penarikan uang
karena para deposan bergegas menarik uang tunai. Sberbank Europe, yang dimiliki
oleh Sberbank yang dikelola negara Rusia, mengatakan telah mengalami “aliran
keluar simpanan yang signifikan dalam waktu yang sangat singkat.”
Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan negara itu
menjadi 20% dari 9,5% , sebagai upaya untuk menopang rubel dan mencegah
keruntuhan total.
Nilai Rubel diyakini masih akan
merosot seiring tindakan Rusia yang masih dilakukan serta sanksi dari berbagai
negara yang masih berlaku.
(fpk)