Demi Roblox, Warga Siberia Berani Protes Kremlin: Jangan Sentuh Game Kami!

Wildan Nur Alif Kurniawan . December 16, 2025

Foto: Reuters

Teknologi.id – Di tengah dinginnya suhu musim dingin Siberia, puluhan warga Rusia memilih turun ke jalan dengan hati yang panas. Pemicunya bukan kenaikan harga pangan atau isu politik tingkat tinggi, melainkan hilangnya akses ke dunia kotak-kotak imajinatif yang dicintai jutaan anak di seluruh dunia: Roblox.

Peristiwa ini menandai babak baru dalam ketegangan antara kebebasan digital warga sipil dan kontrol ketat pemerintah Rusia di era konflik global saat ini. Apa yang terjadi di Siberia akhir pekan lalu bukan sekadar protes soal game, melainkan jeritan frustrasi terhadap isolasi digital yang kian mencekik.

Berdasarkan laporan CNBC Indonesia, Senin (15/12/2025), gelombang protes ini terjadi di lokasi yang jauh dari pusat kekuasaan Kremlin. "Puluhan orang berkumpul pada Minggu (14/12) waktu setempat di Tomsk, Siberia. Mereka berdemo untuk melawan larangan Rusia yang memblokir platform game populer Roblox asal Amerika Serikat (AS)."

Alasan Pemblokiran: Moralitas atau Politik?

Keputusan untuk mematikan akses Roblox tidak terjadi secara mendadak. Pemerintah Rusia, melalui badan pengawas komunikasinya, telah mengeluarkan vonis mati bagi platform tersebut awal bulan ini.

"Pengawas komunikasi Rusia Roskomnadzor pada 3 Desember lalu mengumumkan pemblokiran Roblox karena dinilai konten-kontennya tak pantas dan bisa berdampak negatif terhadap pengembangan moral anak," tulis laporan tersebut. 

Narasi "perlindungan anak" menjadi senjata utama pemerintah. Ada kekhawatiran nyata di kalangan orang dewasa mengenai keamanan platform tersebut. Laporan itu mencatat bahwa, "Beberapa orang tua dan guru Rusia mengatakan mereka khawatir Roblox memungkinkan anak-anak untuk mengakses konten seksual dan berkomunikasi dengan orang dewasa."

Kekhawatiran ini sebenarnya bukan hal baru dan tidak eksklusif terjadi di Rusia. Faktanya, "Roblox, yang berkantor pusat di San Mateo, California, telah dilarang oleh beberapa negara termasuk Irak dan Turki karena kekhawatiran tentang predator yang mengeksploitasi platform tersebut untuk melecehkan anak-anak."

Namun, di mata para pengunjuk rasa dan pengamat internasional, langkah Rusia ini memiliki aroma politis yang lebih menyengat dibandingkan sekadar kepedulian pada keselamatan anak.

Baca juga: Roblox Diblokir Rusia, Gara-gara Konten LGBT dan Isu Ekstremis

"Jangan Sentuh Roblox Kami"

Aksi di Tomsk menjadi simbol perlawanan yang unik. Kota pendidikan dan riset ini berani bersuara lantang. "Tomsk yang berjarak 2.900 km di timur Moskow, menunjukkan perlawanan. Puluhan orang dengan berani berkumpul sembari membawa poster yang menunjukkan dukungan untuk Roblox."

Di tengah hamparan salju, pesan-pesan protes mereka tertangkap kamera. Salah satu slogan yang paling menohok menyinggung isolasi digital yang sedang dibangun pemerintah Vladimir Putin. "'Jangan sentuh Roblox' dan 'Roblox adalah korban Tirai Besi digital' terpampang di poster yang dibawa para pendemo di Taman Vladimir Vysotsky, menurut foto-foto yang diberikan oleh penyelenggara protes."

Istilah "Tirai Besi Digital" menggambarkan situasi di mana internet Rusia semakin terputus dari jaringan global, menciptakan ekosistem tertutup yang mudah dikontrol. Rasa frustrasi warga terhadap ketidakberdayaan mereka melawan kebijakan negara juga tumpah dalam tulisan di poster lainnya. "'Larangan dan pemblokiran adalah satu-satunya yang dapat Anda lakukan,' bunyi salah satu poster."

Suasana protes digambarkan cukup damai namun penuh simbolisme. "Foto-foto tersebut menunjukkan sekitar 25 orang berdiri melingkar di salju, sambil memegang plakat."

Foto: Reuters

Perang Informasi dan Budaya Barat

Pemblokiran Roblox tidak bisa dilihat sebagai kasus yang berdiri sendiri. Ini adalah bagian dari strategi besar Moskow dalam mengendalikan arus informasi selama masa konflik. Platform asing sering kali dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.

Laporan CNBC Indonesia menjelaskan konteks ini dengan gamblang: "Para pejabat Rusia mengatakan mereka membutuhkan sensor untuk membela diri terhadap 'perang informasi' canggih yang dilancarkan oleh kekuatan Barat, dan apa yang mereka anggap sebagai budaya Barat yang dekaden yang merusak nilai-nilai 'tradisional' Rusia."

Roblox, sebagai produk budaya pop Amerika Serikat, otomatis masuk dalam radar target. Sebelumnya, raksasa media sosial lain sudah lebih dulu tumbang. "Moskow telah memblokir dan membatasi banyak platform media sosial seperti Snapchat, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan YouTube, sembari mendistribusikan narasi yang sejalan dengan kepetingan negara melalui jaringan media sosial dan media konvensional Rusia."

Baca juga: Roblox Lolos dari Ancaman Blokir, Komitmen Lindungi Anak di Indonesia

Efektivitas Blokir Dipertanyakan

Ironisnya, di era digital, upaya memblokir akses sering kali menjadi permainan kucing-kucingan yang sia-sia. Generasi muda Rusia yang melek teknologi dengan cepat menemukan jalan tikus untuk kembali bermain.

"Di Rusia, larangan terhadap Roblox telah memicu perdebatan tentang sensor, keselamatan anak dalam kaitannya dengan teknologi, dan bahkan efektivitas sensor di dunia digital di mana anak-anak dapat melewati banyak larangan hanya dengan beberapa klik."

Alat utamanya adalah VPN (Virtual Private Network). "Banyak warga Rusia hanya menghindari larangan dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network), meskipun beberapa anak muda Rusia mempertanyakan logika larangan jika dapat dengan mudah dilewati."

Hal ini memunculkan pertanyaan kritis: jika anak-anak masih bisa mengaksesnya lewat jalur belakang, apakah larangan ini efektif melindungi mereka? Atau justru hanya mematikan industri kreatif lokal dan membatasi kebebasan berekspresi? Para demonstran juga menyoroti minimnya substitusi lokal yang memadai, dengan "mempertanyakan mengapa hanya ada sedikit alternatif Rusia untuk aplikasi yang telah dilarang oleh negara."

Respon Roblox

Pihak Roblox sendiri telah berupaya menangkis tuduhan bahwa platform mereka tidak aman. Meskipun belum memberikan komentar langsung pasca-demo terbaru ini, posisi mereka sudah jelas sejak awal pelarangan.

"Perusahaan tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar. Ketika larangan Rusia diberlakukan, Roblox mengatakan bahwa mereka memiliki 'komitmen yang mendalam terhadap keselamatan' dan menyediakan 'perlindungan bawaan yang ketat untuk membantu menjaga keamanan pengguna'."

Protes di Siberia adalah mikrokosmos dari ketegangan yang lebih besar di Rusia. Di satu sisi, ada pemerintah yang ingin membentengi warganya dari pengaruh "Barat" dan bahaya daring. Di sisi lain, ada warga yang merasa hak digitalnya dirampas satu per satu, mengubah internet yang seharusnya bebas menjadi penjara digital. Apakah suara dari salju Siberia ini akan didengar oleh Kremlin? Sejarah mencatat bahwa Rusia jarang melunak soal sensor, namun keberanian warga untuk "ngamuk" demi sebuah game menunjukkan bahwa batas kesabaran publik mulai diuji.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)


Share :