AS Bongkar Skema Penyelundupan GPU Nvidia Senilai US$160 Juta ke Cina

Yasmin Najla Alfarisi . December 10, 2025

Foto: NVIDIA

Teknologi.id -  Pihak berwenang Amerika Serikat mengumumkan pada Selasa (9/12) atas keberhasilannya dalam membekuk jaringan penyelundupan terkait dengan Cina yang berusaha menyelundupkan chip AI Nvidia senilai lebih dari 160 juta dolar AS (Rp 2,6 triliun). Tindakan ini, yang disebut sebagai "Operation Gatekeeper"mengungkap usaha untuk menyalurkan chip AI canggih yang digunakan militer maupun sipil, ke pihak yang dapat melemahkan keamanan nasional AS, menurut Jaksa Agung AS Nicholas J. Ganjei dari Distrik Selatan Texas.

Kasus ini terjadi saat Washington memperketat penegakan kontrol ekspor yang bertujuan untuk membatasi akses Cina ke teknologi AI canggih, termasuk unit pemrosesan grafis (GPU) miliki Nvidia. Penyelidikan ini mengembangkan operasi penegak hukum dalam menargetkan arus ilegal teknologi AI canggih, yang semakin intens sejak kontrol ekspor diperketat pada 2023.

Baca juga: Investor Cabut Rp96 Triliun, Tapi Pendapatan Nvidia Tetap Naik 62% Kok Bisa?

Pernyataan Bersalah dan Rencana Utama

Pada dokumen terbuka yang baru, menunjukkan bahwa Alan Hao Hsu, 43 tahun, dari Missouri, Texas, dan perusahaannya yang berada di Houston, Hao Global LLC, mengaku bersalah atas penyelundupan dan kegiatan ekspor yang melanggar hukum pada 10 Oktober.

Pejabat mengungkapkan kalau Hsu dan rekan-rekannya telah mengekspor atau berusaha mengekspor setidaknya GPU Nvidia H100 senilai 160 juta dolar AS di antara Oktober 2024 dan Mei 2025. Walaupun ini bukan chip Nvidia yang tercanggih, model H200 dan H100 masih memerlukan lisensi khusus untuk dikirim ke Cina di bawah kendali AS sekarang.

Operasi Hsu diduga memalsukan dokumen pengiriman untuk mengklasifikasikan ulang GPU dan menyembuntikan tujuan aslinya, yaitu Cina, Hong Kong, dan lokasi lain yang dilarang. Penyelidik menemukan lebih dari 50 juta dolar AS (sekitar Rp 835 miliar) dana dari Cina yang digunakan untuk membantu rencana ini. Hsu, yang bebas bersyarat dihadapkan dengan hukuman sepuluh tahun penjara pada 18 Februari, sementara Hao Global akan menerima denda dua kali lipat dari keuntungan ilegalnya ditambah masa percobaan.

Strategi Penyelundupan dan Biaya Tambahan

Foto: NVIDIA Newsroom

Dengan semakin luasnya penyelidikan, pejabat AS juga menghukum dua orang lain: Fanyue Gong, 43 tahun, warga negara Cina yang tinggal di New York, dan Benlin Yuan, 58 tahun, warga negara Kanada yang tinggal di Ontario. Keduanya diduga bersekongkol secara mandiri dengan perusahaan logistik Hong Kong dan perusahaan AI yang berbasis di Cina untuk melewati kontrol chip.

Jaksa umum menuntut Gong, yang memiliki perusahaan teknologi di New York, menggunakan pembeli fiktif dan perantara untuk mendapatkan GPU. Ia diduga memalsukan informasi bahwa barang tersebut akan digunakan di AS atau negara lain yang tidak dibatasi, dan bukan di Cina. Pekerja di gudang AS lalu akan mengubah pengiriman dengan nama palsu dan memberi label sebagai suku cadang generik untuk diekspor ke Cina dan Hong Kong.

Sementara Yuan, yang merupakan CEO dari perusahaan IT Cina yang didirikan di AS, dituduh telah merekrut inspektur untuk perusahaan Hong Kong. Yuan menyuruhnya untuk menyembunyikan tujuan ke Cina. Ia juga mengarang cerita untuk membebaskan pengiriman yang ditahan, Di samping itu, ia memberikan informasi palsu ke pihak berwenang, dan diduga menangani penyimpanan ekspor GPU tambahan.

Jika dinyatakan bersalah, Yuan dapat menghadapi hukuman hingga 20 tahun penjara karena melanggar Peraturan Reformasi Pengendalian Ekspor. Sementara itu, Gong dapat dijatuhi hukuman hingga 10 tahun penjara atas penyelundupan barang.

Baca juga: Gokil! China Kembangkan Chip AI 1.000x Lebih Cepat dari Nvidia dan AMD

Pengendalian di Masa yang Akan Datang

Penyelidikan ini melibatkan Biro Industri dan Keamanan milik Departemen Perdagangan. Lembaga ini mengawasi dan menegakkan pengendalian ekspor AS. Banyaknya penangkapan ini menunjukkan pola penyelundupan GPU, yang melibatkan pembeli fiktif, perusahaan cangkang, dan logistik bayangan (pengiriman rahasia). Penegak hukum berusaha untuk memperketat kontrol chip AS, setelah banyaknya laporan mengenai celah dalam peraturan yang ada.

Kasus ini menekankan kalau GPU kini merupakan komoditas geopolitik yang bernilai tinggi. Seorang juru bicara Nvidia mengatakan kendali akan ekspor tetap ketat. Mereka akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan penyelundupan second-hand tidak terjadi.

Walau begitu, Presiden S Donald Trump memberi tanda kalau minggu ini, ia akan mengizinkan Nvidia untuk mengirim chip H200-nya ke "pelanggan yang telah disetujui" di Cina dan tempat lain. Hal ini bergantung pada Washington mendapatkan 25% dari penjualan. Walaupun H200 bukan model tercanggih Nvidia, namun itu merupakan model tercanggih yang dapaat diakses Cina. Kesepakatan ini dapat memudahkan kekurangan negara tersebut dalam komputasi AI. Di sisi lain, mengatur pengendalian politik Washington atas teknologi strategis.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Share :