Foto: Alodokter
Teknologi.id – Alodokter
mengumumkan peluncuran teknologi terobosan terbaru pada aplikasinya yaitu dapat
mendiagnosis kesehatan paru-paru dengan mendeteksi
suara batuk.
Aplikasi ini dapat mendiagnosis
enam kondisi paru-paru yang berbeda, antara lain infeksi paru, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ISPA, batuk
rejan, dan bronkitis.
Tingkat akurasi diagnosisnya
berkisar dari 87-97 persen, atau
seperti dengan pemeriksaan konvensional.
Presiden Direktur Alodokter Suci
Arumsari menyebut, teknologi tersebut tidak
memerlukan gadget tambahan, cukup menggunakan smartphone.
Cara penggunaannya, pasien
tinggal batuk di dekat smartphone, kemudian dalam beberapa detik, dokter bisa
langsung mengetahui diagnosis secara otomatis dari sistem.
"Dengan adanya teknologi
ini, dokter jadi lebih mudah untuk mendiagnosis lebih banyak penyakit dan
memberikan perawatan secara lebih efisien dari jarak jauh,”
“Serta membantu pasien menangani
permasalahan kesehatan dengan lebih cepat tanpa perlu keluar rumah,” ujarnya
dalam siaran pers, Selasa (5/4/2022).
Teknologi ini juga telah
disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan terakreditasi
untuk digunakan di Eropa dan Australia. Fitur ini dapat diakses di Indonesia
hanya lewat aplikasi Alodokter.
Namun cara ini menuai kritik, salah satunya Associate Professor SEB Telkom University
Andry Alamsyah.
Dia menyebut diagnosis kesehatan
paru-paru yang dilakukan Alodokter menggunakan voice recognition sangat
bergantung pada kualitas mikrofon
yang ada di perangkatnya. Hal ini bisa menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat.
Baca juga: Kelemahan Fitur Deteksi Batuk via Ponsel Menurut Pakar
Menanggapi kritik tersebut, Head
of Medical Community Alodokter, Alni Magdalena mengatakan sejumlah kriteria
perlu dipenuhi agar suara rekaman yang menjadi bahan diagnosis bisa diproses.
"Enggak langsung di semua
handphone bisa. Kalau misal [perangkat] pasiennya ga kompatibel, enggak
bisa," katanya dikutip dri CNN Indonesia.
Hasil diagnosis sampel suara dari
machine learning tidak langsung dikirim ke pasien, melainkan dikirim ke dokter terlebih dahulu. Sehingga
keputusan mengenai diagnosis berada di tangan dokter.
(fpk)