foto: riaumandiri
Teknologi.id - Beberapa waktu belakangan ini masyarakat dihebohkan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, yaitu Pertalite. Harga bensin Pertalite yang semua seharga Rp7.650 per-liter, kini meningkat menjadi Rp10.000 per-liter. Kenaikan harga yang cukup drastis ini mengakibatkan masyarakat berbondong-bondong mengantre di SPBU untuk memenuhi tanki kendaraan masing-masing. Sampai saat ini, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengeluarkan beberapa daftar kendaraan yang tetap boleh menggunakan bensin Pertalite, khususnya adalah kendaraan roda empat yang memiliki tenaga di bawah 1.400 cc. Namun, beberapa kendaraan mobil mewah ini ternyata memiliki kapasitas di bawah 1.400 cc dan boleh memakai Pertalite, loh! Simak artikel di bawah ini untuk informasi lebih lengkap.
Dalam daftar yang dirilis oleh badan Migas untuk penerima bensin Pertalie, terdapat beberapa merk jenis mobil mewah yang masuk ke dalam data tersebut. Mobil-mobil mewah tersebut adalah Mercedes Benz, Volkswagen Tiguan Allspace, Peugeot 2008, Polo, dan T-Cross. Merk-merk mobil mewah tersebut termasuk dalam bagian daftar yang masih boleh menggunakan bensin Pertalie karena memiliki kapasitas tenaga mesin di bawah 1.400 cc. Kendati demikian, yang membuat mobil-mobil ini mahal di pasaran adalah biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pemilik kendaraan. Misalnya, pajak kendaraan, izin pembelian, BPKB, STNK, dan masih banyak lagi. Biaya-biaya inilah yang membuat harga mobil-mobil tersebut mencapai harga Rp1 Miliyar.
Walaupun mobil-mobil mewah di atas tetap diperizinkan untuk menggunakan bensin Pertalite, jenis bensin tersebut tidak cocok untuk performa kendaraan. Dilansir dari CNN Indonesia, hal ini disebabkan karena Pertalite memiliki kandungan RON 90, berwarna hijau, kandungan sulfur maksimal 500 ppm, kandungan logam mangan maksimal 1 miligram per liter, kandungan logam besi maksimal 1 miligram per liter, dan tanpa timbal. Kandungan-kandungan yang terdapat dalam bahan bakar Pertalite ini tidak cocok untuk kendaraan bermesin Eropa tersebut. Kendaraan yang dapat mengonsumsi bensin Pertalite merupakan kendaraan yang memang ditujukan penjualannya khusus ke Indonesia. Peraturan dan ketetapan ini sudah dibuat sejak tahun 2018. Walau nyatanya tetap masuk ke dalam daftar list, mobil-mobil mewah ini tidak dapat menggunakan bensin Pertalite.
Baca juga: Menkominfo Minta Masyarakat Jaga NIK dan Rutin Ganti Password
Mobil-mobil mewah tersebut bisa saja tetap menggunakan Pertalite sebagai bahan bakar utama. Akan tetapi, efek yang dirasakan pun akan timbul apabila masih menggunakan bahan bakar yang tidak direkomendasikan. Bahan bakar harus disesuaikan dengan spesifikasi mesinnya. Pusat pabrik kendaraan sudah merekomendasikan minimal oktan bahan bakar yang bisa digunakan. Misalnya, sebuah mesin seharusnya menggunakan bahan bakar dengan oktan 92, tetapi justru diisi menggunakan oktan 90. Tentu hal ini akan berdampak kepada kesehatan kendaraan yang akan terasa cepat atau lambat Dilansir dari Kompas, rekomendasi untuk memakai BBM dengan kadar oktan tertentu menyesuaikan dengan tekanan kompresi di mesin. Suhu dalam mesin pun harus dipertimbangkan karena harus berbanding lurus dengan kompresinya. Apabila kendaraan dengan suhu yang sudah tinggi dengan oktan bahan bakar yang lebih rendah dari seharusnya, akan terjadi pembakaran awal. Hal ini disebabkan oktan rendah lebih mudah terbakar di suhu yang tinggi sehingga akan membuat tarikan mobil menjadi lebih berat.
Memilih bahan bakar yang tepat merupakan salah satu strategi utama untuk menjaga kondisi dan performa kendaraan. Apabila kalian salah satu pemiliki mobil mewah yang sudah disebutkan di atas, pastikan kalian menggunakan bahan bakar sesuai yang direkomendasikan. Biaya perawatan dan perbaikan akan jauh lebih mahal dibandingkan harus memilih jenis bahan bakar yang tepat di awal pemakaian. Dengan adanya kebijakan pembatasan penggunaan bahan bakar Pertalite khusus untuk kendaraan di bawah 1.400 cc, diharapkan target BBM bersubsidi ini tepat pada sasaran. BBM bersubsidi ini ditujukan untuk mengganti performa bahan bakar premium yang sebelumnya juga sudah tidak cocok untuk kendaraan yang beredar di Indonesia. Maka dari itu, terciptalah Pertalite yang bertujuan untuk membuat produk dengan harga sesuai dengan kapasitas masyrakat dan tidak lebih mahal dari jenis Premium. Pertalite yang sudah diproduksi sejak 2015 ini memberikan hasil yang positif bagi peredaran bahan bakar di masyarakat Indonesia.
(LA)