Teknologi.id – Saat ini, teknologi Artificial Intelligence atau AI telah menjalar pada hampir seluruh aspek kehidupan. Teknologi tersebut memberikan kemudahan pada umat manusia untuk menyelesaikan pekerjaan. Salah satunya seperti teknologi AI Generatif yang dapat memberikan ide untuk membuat konten, termasuk percakapan, cerita, gambar, video, dan musik.
Kini, teknologi tersebut dapat dipakai di semua lini pekerjaan, mulai dari pekerja kreatif, teknik, pemasaran, pelayanan, keuangan, hingga penjualan. AI Generatif dapat meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan produktivitas dalam bekerja.
Melihat kinerja yang mampu dilakukan oleh teknologi itu, membuat perkembangan teknologi AI sudah terdengar hebat dan canggih di kala ini. Namun, Co-Founder dari DeepMind, Mustafa Suleyman mengungkapkan bahwa ini semua (teknologi AI Generatif) hanyalah sebuah fase. Di masa mendatang akan muncul teknologi AI Interaktif.
Pada wawancara yang dilakukannya bersama MIT Technology Review, sang Co-Founder DeepMind mengatakan bahwa dirinya ingin membangun sebuah chatbot yang lebih dari apa yang sudah bisa dikerjakan sekarang. Fase selanjutnya adalah teknologi AI Interaktif dimana bot dapat melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan melalui software yang kemudian diselesaikan oleh bot tersebut.
Baca Juga: Tidak Lagi Jadi Ibu Kota Negara, 8 Juta Warga DKI Harus Cetak Ulang KTP Mulai 2024
Teknologi AI Memberikan Perubahan Baik
Meskipun teknologi memiliki sisi baik dan buruk di baliknya, Suleyman merupakan sosok yang optimis jika teknologi dapat memberikan dampak yang baik untuk umat manusia. Pemikirannya tentang AI Interaktif bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia.
Bahkan setelah tujuh tahun berlalu, dalam wawancaranya bersama MIT Technology Review, Suleyman masih memiliki misi yang sama mengenai teknologi, yaitu untuk membawa kebaikan pada dunia. Suleyman melihat bahwa AI mewakili cara yang adil dan akurat dalam memberikan pelayanan.
Co-Founder DeepMind itu juga mengamati jika perkembangan model bahasa besar yang digunakan pada teknologi AI dapat semakin terkontrol. Seperti pada dua tahun lalu, teknologi kecerdasan buatan ini masih menghasilkan pernyataan yang bias, rasis, dan menebarkan sesuatu yang negatif. Namun kini, teknologi AI seperti Pi telah membuktikan jika teknologi tersebut sudah semakin baik dan dapat dikendalikan.
Pi sendiri merupakan AI yang berfungsi sebagai asisten pribadi. AI ini dirancang untuk memberikan dukungan emosional para penggunanya, sekaligus mendorong pengguna untuk membicarakan apapun yang ada dalam pikiran mereka. Pi berguna untuk menawarkan saran atau jawaban kepada penggunanya, dan Pi tidak akan memberikan pernyataan yang menebarkan sesuatu negatif, baik itu rasis, seksis, dan sebagainya.
Baca Juga: Coca Cola Luncurkan Minuman yang Diciptakan oleh AI
Masa Depan Teknologi AI
Suleyman kemudian menjelaskan fase-fase yang terjadi dalam perkembangan teknologi AI. Fase pertama dimulai dari klasifikasi dimana AI melatih komputer untuk mengklasifikasikan berbagai variasi data seperti gambar, video, audio, dan bahasa.
Selanjutnya, ada fase kedua yaitu fase AI Generatif atau fase yang sedang kita jalani pada saat ini, dimana kita dapat memasukkan dan menghasilkan data dengan teknologi itu.
Lalu, terdapat fase ketiga yang merupakan fase interaktif. Untuk menggunakan bantuan AI, pengguna tidak hanya mengklik dan mengetik sesuatu, tetapi juga dapat berbicara langsung dengan teknologi AI. Perkembangan teknologi ini akan menghasilkan perubahan yang besar terhadap masa depan. Bahkan dampak ini sudah dapat dilihat sebelum fase AI interaktif itu terealisasi.
Bagi sejumlah pihak, teknologi AI memberikan kekhawatiran, karena tak sedikit pula orang yang kehilangan pekerjaan karena telah digantikan oleh teknologi tersebut. Kemajuan teknologi ini, mau tidak mau mendorong masyarakat untuk bekerja lebih pintar agar tidak tertinggal dan tergantikan.
Mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan, Suleyman juga mengungkapkan jika manusia akan tetap menjadi sosok yang memegang kendali penuh atas perintah dalam mengendalikan teknologi kecerdasan buatan ini. Tetap akan ada regulasi mengenai batasan-batasan yang tidak dapat dilewati oleh AI itu sendiri, sehingga bukan berarti teknologi AI yang akan menguasai maupun mengatur dunia. AI hanya menjadi sebuah alat untuk mengatur sesuatu.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(NRA)