Foto: Mashable India
Teknologi.id - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Technical University of Denmark (DTU), Northeastern University, University of Copenhagen, dan IT University of Copenhagen tengah mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat memprediksi waktu kematian manusia.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Sune Lehmann dan telah dipublikasikan di Journal Nature Computational Science dengan judul "Using Sequences of Life-events to Predict Human Lives". Model AI yang sedang dikembangkan tersebut bernama life2vec, yang menggunakan sistem serupa dengan ChatGPT. Bedanya, life2vec menggunakan data yang berupa data kesehatan, sehingga model AI tersebut dapat memprediksi kematian.
Dilaporkan dari New York Post, data yang digunakan oleh Lehmann dan tim peneliti yang terlibat dalam proyek tersebut menggunakan data dari sekelompok besar orang Denmark pada rentang tahun antara 2008 hingga 2020, dengan jenis kelamin dan usia yang berbeda. Metode tersebut digunakan para peneliti untuk memprediksi orang-orang yang memiliki kemungkinan hidup setidaknya empat tahun setelah 1 Januari 2016.
Baca juga: Emang Boleh Pakai AI untuk Kampanye? Simak Potensi Kelemahannya
Pada fase awal, model AI ini dilatih dalam mempelajari berbagai pola dalam data. Para peneliti memberikan informasi terkait peserta studi secara spesifik serta menggunakan bahasa yang sederhana ke dalam model AI tersebut. Contohnya, "Pada bulan September 2012, Francisco menerima 20.000 kroner Denmark sebagai penjaga di sebuah kastil di Elsinore" atau "Selama tahun ketiga di sekolah menengah atas, Hermione mengikuti lima kelas pilihan."
Kemudian, setiap informasi tersebut akan diberikan token digital yang berbeda oleh para peneliti, yang semuanya dikategorikan dengan sangat spesifik. Misalnya, bekerja di toko tembakau diberi kode IND4726; "perdarahan postpartum" direpresentasikan dengan O72; patah tulang lengan diberi kode S52; dan pendapatan direpresentasikan oleh 100 token digital yang berbeda.
Life2vec menggunakan detail-detail tertentu dalam kehidupan seseorang, termasuk pendapatan, profesi, tempat tinggal dan riwayat kesehatan. Dengan informasi yang telah tersedia, life2vec dapat memprediksi siapa yang telah meninggal pada tahun 2020 dengan hampir sempurna.
Baca juga: AI Generatif Jadi Salah Satu Tools Kebutuhan Kerja di Tahun 2024
Menurut penelitian tersebut, ada beberapa faktor yang memiliki resiko kematian yang lebih tinggi, yaitu jenis kelamin laki-laki, memiliki diagnosa masalah kesehatan mental, atau berada dalam profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Sedangkan, faktor yang membuat seseorang dapat berumur lebih panjang yaitu ketika seseorang berada dalam posisi suatu kepemimpinan atau memiliki pendapatan yang lebih tinggi.
Kepada New York Post, Lehmann mengatakan bahwa peserta penelitian tidak diberikan prediksi terkait kematian mereka. Menurutnya, hal tersebut sangatlah tidak bertanggung jawab. Namun, ia bersama tim penelitinya berharap agar dapat membagikan lebih banyak detail informasi terkait penelitian mereka, sambil tetap melindungi privasi orang-orang yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Bot tersebut saat ini tidak tersedia secara umum untuk masyarakat atau perusahaan. Meskipun nantinya model AI tersebut digunakan secara luas, kemungkinan besar tidak akan digunakan untuk memberitahukan informasi secara spesifik kepada individu. Lehmann menegaskan bahwa tujuan dari life2vec yaitu untuk memahami segala sesuatu yang bisa dan tidak bisa diprediksi.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(sza)