Mengapa Pengawasan Karyawan Melalui Pengenalan Wajah Menjadi Tren di Tempat Kerja

Elysa Magrisia Herdiani . September 23, 2024

Mengapa Pengawasan Karyawan Melalui Pengenalan Wajah Menjadi Tren di Tempat Kerja

 

Teknologi.id -  Di era digital yang semakin maju, pengawasan karyawan di tempat kerja telah mengalami transformasi signifikan. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan pengenalan wajah sebagai alat untuk mengawasi karyawan. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan keamanan siber, tetapi juga menciptakan tantangan baru terkait privasi pekerja. Artikel ini akan membahas alasan di balik tren ini, manfaat dan risiko yang menyertainya, serta dampaknya terhadap budaya kerja.

Meningkatnya Ancaman Keamanan Siber

Salah satu alasan utama perusahaan beralih ke sistem pengawasan karyawan berbasis pengenalan wajah adalah meningkatnya ancaman keamanan siber. Data menunjukkan bahwa penjahat dunia maya semakin canggih, dengan perusahaan seperti BT melaporkan deteksi 2.000 sinyal potensi serangan siber setiap detik. Dengan memanfaatkan autentikasi wajah berkelanjutan, perusahaan dapat memastikan hanya karyawan yang terotorisasi yang memiliki akses ke sistem sensitif. Ini mengurangi risiko akses tidak sah dan melindungi data pribadi.

Baca juga: Waspada Serangan Phishing, Menarget Email Karyawan Perusahaan!

Teknologi Pemantauan Karyawan yang Canggih

Perangkat lunak pengenalan wajah berkelanjutan tidak hanya memverifikasi identitas pengguna saat mereka masuk, tetapi juga memantau mereka secara real-time. Ini berarti bahwa jika seorang karyawan meninggalkan meja mereka, sistem dapat secara otomatis mengunci perangkat jika wajah yang dikenali tidak sesuai dengan pengguna yang terotorisasi. Selain itu, teknologi ini dapat membantu dalam analisis emosi AI, yang dapat memberikan peringatan jika karyawan tampak stres atau lelah. Meskipun ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan, ada pertanyaan tentang etika dari pengawasan yang terus menerus ini.


Dampak terhadap Privasi Pekerja

Meskipun manfaat keamanan yang ditawarkan oleh teknologi biometrik sangat besar, banyak pekerja merasa cemas tentang privasi mereka. Serikat pekerja dan kelompok hak asasi manusia telah mengungkapkan keberatan terhadap penggunaan pengawasan elektronik yang meluas, yang mereka anggap sebagai pelanggaran privasi. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini memperlakukan pekerja sebagai "calon penjahat," menciptakan budaya ketakutan di tempat kerja.

Kekhawatiran ini semakin meningkat ketika mempertimbangkan bahwa pengawasan dapat memengaruhi perilaku karyawan. Misalnya, pengetahuan bahwa mereka sedang difilmkan dapat membuat karyawan merasa canggung untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan camilan atau menguap. Ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Baca juga: Australia Bakal Denda Perusahaan yang Hubungi Karyawan di Luar Jam Kerja

Keuntungan dan Kerugian Teknologi

Dalam pandangan perusahaan, teknologi ini memberikan beberapa keuntungan. Misalnya, autentikasi berkelanjutan dapat mengurangi ketergantungan pada karyawan untuk mengunci perangkat mereka secara manual, mengurangi risiko pencurian data. Dengan demikian, perusahaan dapat melindungi informasi sensitif tanpa mengandalkan kepatuhan individu.

Namun, ada kerugian yang tidak bisa diabaikan. Selain potensi diskriminasi yang dapat muncul dari analisis emosi AI, ada juga kekhawatiran tentang ketidakakuratan sistem. Kesalahan dalam pengenalan wajah atau interpretasi emosi dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil terhadap karyawan tertentu. Ini menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam tentang penggunaan teknologi dalam konteks pengawasan di tempat kerja.

Baca juga: Karyawan Supermarket AEON di Jepang Dipantau AI, Wajib Senyum Saat Layani Pelanggan

Sebagai kesimpulan, pengawasan karyawan melalui pengenalan wajah semakin menjadi tren di dunia kerja modern. Meskipun ada banyak manfaat, termasuk peningkatan keamanan siber dan perlindungan data, tantangan terkait privasi pekerja dan dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan juga perlu diperhatikan. Perusahaan harus menemukan keseimbangan antara melindungi data sensitif dan menjaga hak-hak individu.

Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, penting bagi perusahaan dan pemangku kepentingan untuk berdiskusi tentang implikasi etis dari pengawasan yang lebih ketat. Sebuah pendekatan yang berfokus pada transparansi dan komunikasi terbuka antara manajemen dan karyawan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan lebih aman, di mana teknologi berfungsi untuk mendukung, bukan mengawasi.

Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu berpikir kritis tentang bagaimana mereka menerapkan teknologi biometrik dan menjaga budaya kerja yang positif. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa inovasi tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keamanan, tetapi juga pada kesejahteraan dan hak-hak pekerja.

Baca Berita dan Artikel lain di Google News

(emh)

Share :