Foto: AP (Fotografer), Peluncuran Malligyong-1 Oleh Rezim Korea Utara.
Teknologi.id - Korea Utara telah mengukir sejarah baru dengan peluncuran sukses satelit mata-mata pertama mereka, Malligyong-1. Satelit ini dirancang untuk memantau aktivitas militer Amerika Serikat dan Korea Selatan, seperti yang disebutkan oleh pihak otoritas Korea Utara.
Sejak peluncurannya, media negara secara aktif melaporkan bahwa satelit tersebut telah mengambil gambar dari berbagai kota serta pangkalan militer di beberapa lokasi strategis, termasuk Korea Selatan, Guam, Italia, dan Washington. Namun, verifikasi independen terhadap keaslian gambar-gambar tersebut masih dalam tahap belum dilakukan.
Chad O'Carroll, pendiri NK News, sebuah situs yang memfokuskan diri pada berita terkait Korea Utara, menggambarkan laporan yang dikeluarkan oleh KCNA dengan analogi yang menarik. Ia membandingkannya dengan rasa antusias seperti saat seseorang mendapatkan hadiah yang selalu didambakan di Hari Natal dan ingin berbagi kebahagiaannya kepada semua orang.
Korea Selatan Ragu akan Kemampuan Satelit Korut
Namun, para ahli mengingatkan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk menilai apakah Malligyong-1 beroperasi sesuai dengan tujuannya. Korea Selatan mengumumkan penundaan peluncuran satelit mata-mata pertama mereka dengan roket Falcon 9 dari Amerika Serikat karena kondisi cuaca. Mereka juga menyatakan keraguan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh satelit Korea Utara.
Pihak Pentagon Amerika Serikat menyebutkan bahwa satelit Korea Utara berhasil masuk ke orbit, namun mereka enggan memberikan tanggapan terkait klaim Pyongyang terkait gambar yang telah diambil oleh satelit tersebut.
Meskipun satelit dengan resolusi menengah secara teknis mampu menghasilkan gambar-gambar yang mencakup area besar atau bahkan kapal perang, para ahli menekankan bahwa manfaat sebenarnya dari gambar-gambar ini sangat bergantung pada tujuan penggunaannya dalam konteks konflik.
Baca juga: Elon Musk Batalkan Akses Starlink di Gaza
Ahli citra satelit, Dave Schmerler, dari James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS) menyatakan bahwa untuk membuat satelit dengan resolusi menengah menjadi berguna dalam konflik, Korea Utara perlu meluncurkan lebih banyak satelit agar dapat melintasi lokasi strategis dengan lebih sering.
Menurut Schmerler, "Ini merupakan kemajuan besar bagi mereka, dari nol menjadi sesuatu, tetapi sampai kita dapat melihat gambar yang dikumpulkan, kita hanya bisa berspekulasi tentang penggunaannya."
Jeffrey Lewis, seorang peneliti di CNS, menyoroti bahwa foto-foto yang dipublikasikan oleh media negara menunjukkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sedang memeriksa gambar-gambar satelit bersama putrinya. Ini menunjukkan kemungkinan bahwa gambar tersebut bersifat panchromatik, jenis fotografi hitam-putih yang sensitif terhadap semua panjang gelombang cahaya terlihat.
Sebelumnya, Korea Utara telah merilis gambar-gambar panchromatik dari pusat kota Seoul setelah peluncuran roket pada Desember 2022 sebagai bagian dari uji coba kontrol satelit, pengambilan gambar, dan pengiriman data untuk satelit mata-mata militer yang akan datang.
Gambar-gambar terbaru yang dirilis oleh KCNA menunjukkan bahwa satelit tersebut berhasil memperoleh foto-foto dari wilayah-wilayah strategis yang disebut sebagai "wilayah target utama".
Baca juga: Layanan Internet Starlink Punya Elon Musk Masuk Indonesia, Tapi..
Terkait dengan hal ini, KCNA juga melaporkan bahwa Kim Jong-un memeriksa foto satelit dari Pangkalan Udara Andersen di Guam serta pangkalan-pangkalan udara Amerika Serikat di Norfolk dan Newport, di mana terlihat empat kapal induk bertenaga nuklir Amerika dan sebuah kapal induk dari Britania Raya.
Penting untuk dicatat bahwa gambar-gambar komersial dari kota-kota tersebut pada tanggal 27 November, yang merupakan hari yang disebut oleh Korea Utara sebagai tanggal pengambilan foto, belum dapat diakses secara langsung.
Peluncuran satelit Malligyong-1 telah menuai kritik dari Amerika Serikat dan Korea Selatan sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi balistik. Kedua negara tersebut menegaskan keprihatinan atas penggunaan teknologi ini oleh Korea Utara.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(tqhf)
Tinggalkan Komentar