Solusi Lahan Sulit Tanam, Berikut Pemanfaatan Teknologi Pertanian

Nurul Afifah . March 25, 2022


Foto: pixinio


Teknologi id – Pada kamis kemarin, 24 Maret, Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan penanaman perdana jagung di lahan food estate di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Dalam melakukan penanaman jagung itu, Jokowi dan Mentan SYL menggunakan teknologi pertanian modern.


Penanaman jagung itu untuk mendukung mempercepat peningkatan perekonomian masyarakat pelosok perbatasan lintas negara serta mendukung ketahanan pangan.


Presiden mendorong pemanfaatan teknologi dalam sistem pertanian, khususnya pada lahan sulit seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut beliau, keberanian menggunakan teknologi akan menghasilkan solusi terbaik dalam penanganan lahan-lahan pertanian yang sulit.


Baca juga: Tanidev: Maksimalkan Pertanian melalui Teknologi


“Saya rasa kalau kita berani menggunakan teknologi, berani mencoba di lahan-lahan yang sulit seperti yang di NTT ini, nanti akan kelihatan semuanya, apa yang perlu diperbaiki, apa yang perlu dikoreksi, dan apa alsintan (alat dan mesin pertanian) yang pas untuk digunakan di daerah seperti NTT ini,” ungkap Presiden.


Dengan dimanfaatkannya teknologi alsintan tersebut, Presiden juga meyakini dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Belu secara khusus dan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional secara lebih luas. Kegiatan tersebut juga dapat mendukung mempercepat peningkatan perekonomian masyarakat pelosok perbatasan lintas negara serta mendukung ketahanan pangan.


“Saya meyakini ini akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat di NTT khususnya di Kabupaten Belu, tetapi juga akan memperkuat ketahanan pangan nasional kita karena ada lahan-lahan baru yang dibuka seperti di Provinsi NTT, Kabupaten Belu seperti yang kita lihat sore hari ini,” ungkap beliau yang dikutip dari okezone.


Baca juga: Jokowi Dorong Pemuda Papua Jadi Petani Milenial nan Inovatif


Pada kesempatan tersebut, Presiden bersama masyarakat sekitar melakukan penanaman jagung dengan menggunakan mesin tanam jagung atau planter di lahan seluas 53 hektar. Apabila produksi yang dihasilkan di lahan tersebut bagus, Presiden menyebut pembukaan lahan serupa akan kembali dilakukan di daerah lain.


“Dari sinilah nanti kita akan perluas sampai seluas 500 hektar. Kalau itu nanti berhasil dan produksinya bagus, kita akan melompat ke daerah yang lain yang juga ada lahan datar seperti ini seluas 15 ribu hektare,” tambahnya.


Untuk diketahui, kawasan lumbung pangan atau food estate di Desa Fatuketi, Kabupaten Belu memiliki luas efektif 53 hektar yang terbagi menjadi empat blok. Untuk jaringan irigasi sprinkler, kawasan ini memanfaatkan sumur air tanah dan aliran air dari Bendungan Rotiklot yang telah diresmikan oleh Presiden pada tahun 2018 lalu.


Jokowi mengungkapkan salah satu terobosan dalam membangun kemajuan pertanian adalah dengan membangun food estate dalam satu hamparan luas dengan menggunakan teknologi modern. Dengan dilakukan kegiatan dengan mencoba menggunakan teknologi di lahan-lahan seperti NTT ini, nanti akan terlihat dan akan dilakukan evaluasi, apa yang perlu diperbaiki dikoreksi dan alat mesin pertanian apa yang cocok digunakan di lahan kering.


Hadir mendampingi Presiden yaitu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, dan Bupati Belu Agustinus Taolin.


Baca juga: Sipindo, Mudahkan Petani untuk Akses Informasi Pertanian


Mentan Syahrul berujar Jokowi mengapresiasi pengembangan kawasan food estate di Kabupaten Belu dan sesuai perintah Presiden Jokowi perluasan areal harus terus diupayakan pada tahun ini.


Dengan mengintegrasikan laju pertanian dari hulu hingga hilir, food estate Belu diharapkan mampu meningkatkan ketahanan pangan, gizi serta kesejahteraan petani.


"Presiden Jokowi ingin kehidupan masyarakat NTT mengalami peningkatan perekonomian, rakyat makin sejahtera. Salah satunya melalui bidang pertanian," ungkapannya.


Dengan usaha pertanian yang terintegrasi hulu-hilir berbasis kawasan dan klaster menurut kesesuaian agro - ekosistem, SYL berharap dapat tercipta dan dikembangkan pada kawasan tersebut. Dengan demikian, tata kelola mulai dari pra hingga setelah panen ke depannya terus meningkat.


"Pertanian NTT harus mampu bersaing dengan di daerah lain seperti Jawa, Sulawesi, Sumatera dan kawasan ini harus menjadi percontohan untuk dikembangkan di lahan pertanian kering yang lain," tutup Mentan SYL.


(na)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar