Robodog: Robot Perang AI yang Mengikuti Perintah Telepati Tentara

Cahyaning Tyas Agpri . February 20, 2023

Robodog robot perang ai. Foto: New York Post

Teknologi.id - Sebuah terobosan dalam bidang artificial intelligence (AI) sedang diuji oleh militer Australia dan dilaporkan memiliki kemampuan yang akan memungkinkan tentara untuk mengendalikan robot anjing (robodog) hanya dengan pikiran mereka.

Teknologi ini mengandalkan headset biosensor berteknologi tinggi, sehingga mampu menganalisis pembacaan gelombang otak dan memasukkannya dari korteks visual seseorang ke dalam robodog. Melalui pelatihan, teknologi ini berhasil menavigasi medan yang keras dan cuaca buruk di medan perang darurat.

Baca juga: Upaya Solway dalam Menuju Net Zero Emission

Foto: New York Post

"Seluruh prosesnya tidak sulit untuk dikuasai. Ini sangat intuiti, Hanya butuh beberapa sesi," kata Combat Service Support Battalion Sergeant ke-5, Damian Robinson, yang menguji coba headset HoloLens, dikutip dari New York Post.

Robodog memiliki cahaya yang berkedip di bagian tubuhnya yang berfungsi sebagai penanda bahwa ia bekerja dengan baik dan mampu melakukan aksi atau perintah yang diinginkan pemiliknya. "Anda tidak perlu memikirkan sesuatu yang spesifik untuk mengoperasikan robot, tetapi Anda harus fokus pada kedipan itu, ini lebih merupakan konsentrasi visual." kata Robinson.

Baca juga: WhatsApp Rilis Mode Picture in Picture Video Call untuk iPhone, Begini Cara Pakainya

Foto: The Sun

Teknologi robodog hasil produksi Ghost Robotics yang didukung oleh investasi militer sebesar $1,2 juta ini, sudah dikerjakan selama tiga tahun terakhir dalam kolaborasinya bersama University of Technology Sydney dan Robotic and Autonomous Implementation and Coordination Office (RICO) Angkatan Darat. Dan sejauh ini, telah mampu melakukan sembilan perintah berbeda dalam waktu yang sudah ditentukan.

Dalam proses pengembangan dan pelatihan robodog, Profesor Chin-Teng Lin menemukan cara meminimalkan kebisingan dari tubuh dan lingkungan untuk mendapatkan sinyal yang lebih jelas dari otak operator saat nantinya berada di meda perang yang sesungguhnya. "Kami telah dapat menggabungkan graphene terbaik yang sangat biokompatibel juga konduktif dengan teknologi silikon terbaik, sehingga membuat biosensor kami sangat tangguh dan kuat untuk digunakan." katanya, dikutip dari The Sun.

(cta)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar