Upaya Solway dalam Menuju Net Zero Emission

Teknologi.id . February 20, 2023
Foto: Medium


Teknologi.id - Indonesia sudah mulai menjalankan road mapnya untuk mencapai Net Zero Emission (NRE) di tahun 2060 yang akan datang. Net Zero Emission menjadi penting untuk menghentikan perubahan iklim yang semakin tidak stabil dan menjaga satu satunya planet yang dapat kita tinggali. 

Efek Pemanasan Global yang Semakin Nyata

Pemanasan global telah menyebabkan meningkatnya suhu Bumi secara signifikan. Menurut NOAA, rata-rata suhu global meningkat sekitar 0,8 °C selama 100 tahun terakhir. Faktanya, 10 tahun terhangat menurut sejarah terjadi setelah tahun 2005. Enam tahun terpanas sejauh ini dimulai dari urutan paling panas adalah 2020, 2019. 2015, 2017, dan 2021.

Peningkatan suhu global juga memicu permasalahan serius lainnya. Pola cuaca ikut berubah dan kondisi cuaca ekstrem semakin sering terjadi. Para pakar percaya bahwa frekuensi topan akan meningkat karena sumber energinya memang berasal dari adanya perbedaan antara temperatur samudera tropis yang hangat dengan atmosfer yang dingin. Contohnya saja, baru-baru ini Selandia Baru dihantam oleh topan Gabrielle. Badai menghantam wilayah paling atas North Island pada Minggu lalu dan menyusuri pantai timur, menyebabkan kerusakan yang meluas.

Dampak lainnya juga mengakibatkan mencairnya es dari sejumlah tempat di Bumi. Ini pun sudah bukan berita baru, riset di tahun 2016 menyatakan bahwa area permafrost sudah 10 persen lebih sedikit daripada awal 1900an. Bayangkan saja bagaimana penurunan jumlah es di awal tahun 2023 ini, dimana perkembangan teknologi semakin ekspansif, namun begitu juga dengan dampak negatifnya yang merugikan seisi bumi.

Penerapan New Renewable Energi Pada Sektor Industri Tambang

Industri tambang menjadi salah satu penyumbang besar materi materi berbahaya yang berkontribusi terhadap krisis iklim. Mengutip data Global Energy Monitor, tambang batu bara di Indonesia menghasilkan emisi metana sebanyak 58 juta ton CO2e20 per tahun.

Hal ini membuat Indonesia menjadi negara penghasil metana terbesar ke-8 di dunia, meskipun produksi batu bara Indonesia adalah yang terbesar ke-3 di skala global.

Padahal, industri tambang merupakan peluang besar bagi Indonesia karena bahan tambang akan selalu dibutuhkan manusia. Sektor ini pun merupakan garda terdepan dalam meningkatkan perekonomian Negara Indonesia. Karena itu, perusahaan tambang besar pun sudah menerapkan gerakan New Renewable Energy dalam menjalankan proyeknya.

Perusahaan Tambang Solway merupakan salah satu yang telah menerapkan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalkan jejak karbon dan pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan. 

Sudah berdiri di Indonesia sejak 2011, project Aquila yang berfokus di pertambangan nikel dan kobalt sudah menjalankan perannya dalam pertumbuhan pasar bijih nikel dan pertumbuhan kendaraan elektrik di Indonesia.

Baca Juga: 5 Teknologi Terbaik untuk Perangi Perubahan Iklim


Hubungan Perusahaan Tambang Solway dengan Kendaraan Listrik

Seperti yang kamu ketahui, kendaraan listrik merupakan salah satu solusi sektor transportasi untuk mengurangi emisi karbon. Penggunaan kendaraan elektrik pun menjadi salah satu prinsip inti dalam mencapai target Net Zero Emision 2060.

Pasalnya, Nikel merupakan bahan baku untuk produksi baterai peralatan elektronik, termasuk untuk kendaraan listrik yang trennya kian menguat di skala global. Sebagai perusahaan penambang Nikel dan kobalt, Solway ikut berperan aktif dalam mendukung perkembangan kendaraan listrik di Indonesia.

Karena itu, Solway bukan hanya memproduksi tambang dengan renewable energy dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, tetapi juga mendukung prinsip inti penggunaan kendaraan elektrik dalam sektor transportasi.

Kerjasamanya dengan PLN di Tahun 2021


Foto: Solway


Dalam upaya mewujudkan Net Zero Emission, Solway, perusahaan asal Swiss tersebut telah menandatangani perjanjian dengan PT. PLN pada proyek PT. Aquila Cobalt Nickel (ACN) di Indonesia sejak tahun 2021 lalu. Perjanjian ini memungkinkan ACN untuk mendapatkan listrik dari sumber energi terbarukan hingga 100% sebagai bagian dari komitmen Solway untuk menjaga lingkungan dan mengurangi dampak gas karbonnya.

Selain itu, Solway juga sedang membangun pabrik peleburan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk mendukung rencana pemerintah dalam membuat Indonesia menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik global.

Proyek Aquila akan memproses bijih nikel menjadi besi nikel dan produk hidroksida campuran melalui teknologi pengasaman tekanan tinggi, dengan sumber daya bijih nikel sekitar 50 juta ton untuk jenis saprolit dan 40 juta ton untuk jenis limonit.

Solway Group fokus pada menambah nilai di seluruh rantai nilai, siklus hidup, dan aplikasi untuk logam nikel, tembaga, emas, dan perak yang penting untuk transisi global ke energi bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.

(ak)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar