5 Teknologi Terbaik untuk Perangi Perubahan Iklim

Cahyaning Tyas Agpri . February 09, 2023

Foto: Shutterstock

Teknologi.id - Perkiraan menunjukkan teknologi adalah salah satu kontributor terbesar peningkatan emisi karbon. Namun selain berkontribusi terhadap perubahan iklim, teknologi dapat menjadi senjata utama dalam perang melawan masalah tersebut. 

Berikut lima teknologi yang bisa menjadi mitigasi utama dan memperbaiki secara teknis perubahan iklim yang sedang terjadi menurut ZDNET.

1. Teknologi penangkapan, pemindahan, dan penyimpanan karbon

Foto: Shutterstock

Laporan Climate Change 2022: Mitigation of Climate Change — IPCC mencatat bahwa tingkat emisi yang terus tinggi berarti diperlukan adanya upaya penghilangan CO2 berlebih untuk mencapai emisi nol bersih dalam jangka waktu yang diperlukan. Menurut Center for Climate and Energy Solutions, setidaknya 26 proyek penangkapan karbon skala komersial beroperasi di seluruh dunia pada tahun 2020, dengan 21 lainnya dalam pengembangan awal dan 13 dalam pengembangan lanjutan. 

2. Teknologi energi terbarukan (renewable energy)

Foto: Shutterstock

Kebutuhan untuk beralih ke sumber energi terbarukan akan mendorong banyak inovasi di masa depan. Pada November 2021, perusahaan ilmu data/informasi StartUs Insight menganalisa 5.152 startup dan peningkatan untuk mendapatkan gambaran perkembangan utama. Dampak terbesar dari hasil analisa tersebut akan datang dari fotovoltaik canggih, AI dan big data, sistem penyimpanan energi terdistribusi dan tenaga air, diikuti oleh energi angin, bioenergi, integrasi jaringan, hidrogen hijau, robotika canggih, dan blockchain.

Baca juga: Mengenal Optical Character Recognition (OCR) & Intelligent Document Processing (IDP)

3. Teknologi baterai dan penyimpanan energi

Foto: Shutterstock

Baterai yang dapat diisi ulang akan memberikan cara yang efisien untuk menyimpan listrik terbarukan di jaringan dengan berbagai ukuran, serta memberi daya pada kendaraan listrik dan segala macam perangkat digital. Menurut Royal Society, baterai ion lithium baru akan memeberikan biaya yang lebih rendah, masa pakai yang lebih lama, kepadatan energi yang ditingkatkan, peningkatan keamanan, dan pengisian yang lebih cepat. Selain itu baterai ion lithium akan lebih mudah didaur ulang, dan bertahan lebih lama.

Penggunaan baterai generasi mendatang, seperti; ion natrium, ion multivalen, aliran redoks, logam-sulfur, dan logam-udara akan menghadirkan biaya lebih rendah dan kepadatan energi jauh lebih rendah yang tentunya berpengaruh untuk mengatasi perubahan iklim.

4. Rumah, bangunan, kota, jaringan, pertanian pintar

Foto: Shutterstock

Laporan Climate Change 2022: Mitigation of Climate Change — IPCC mencatat bahwa "Teknologi digital dapat berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan pencapaian beberapa Sustainable Development Goals (SDG). Sebagai contoh, sensor, internet of things, robotika, dan AI dapat meningkatkan manajemen energi di semua sektor, meningkatkan efisiensi energi, dan mempromosikan penerapan banyak teknologi rendah emisi, termasuk energi terbarukan, terdesentralisasi, sekaligus menciptakan peluang ekonomi".

Namun, laporan tersebut juga mencatat potensi aspek dari berbagai sektor 'pintar' (smart home, smart city, dll), termasuk pertumbuhan penggunaan perangkat digital, peningkatan limbah elektronik, hilangnya pekerjaan, dan kesenjangan digital yang semakin parah. Kesimpulannya adalah, penggunaan teknologi digital untuk smart home, smart city, smart agriculture akan mendukung dekarbonisasi hanya jika diatur dengan tepat.

Baca juga: Zomato Umumkan Tutup Layanan di Indonesia

5. Teknologi penginderaan jarak jauh emisi gas rumah kaca

Untuk mengidentifikasi prioritas dan merumuskan kebijakan, diperlukan informasi yang andal dan tepat waktu terkait emis gas rumah kaca. Disitulah projek seperti Climate TRACE, sebuah koalisi nirlama global yang didanai Google. Climate TRACE hadir untuk menerapkan AI dan machine learning guna menganalisa data lebih dari 300 satelit, lebih dari 11.000 sensor berbasis udara, darat, dan laut, serta sensor publik tambahan, dan informasi komersial untuk menyediakan inventaris emisi GRK global yang independen berdasarkan pengamatan langsung.

Pada November 2022, selama konferensi COP27, Climate TRACE merilis data emisi untuk lebih dari 70.000 lokasi, termasuk pembangkit listrik, pabrik baja, jaringan jalan perkotaan, serta ladang minyak dan gas. Situs-situs ini adalah sumber emisi teratas yang diketahui di sektor listrik, produksi dan penyulingan minyak dan gas, perkapalan, penerbangan, pertambangan, limbah, pertanian, transportasi jalan raya, dan produksi baja, semen, dan aluminium.

Di antara negara-negara teratas yang melaporkan emisi produksi minyak dan gas mereka ke PBB, Climate TRACE menemukan bahwa emisinya tiga kali lebih tinggi daripada data yang dilaporkan.

(cta)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar