Ramal Internet Bakal "Terbelah Dua", Inilah Penjelasan Mantan Bos Google

Teknologi.id . September 27, 2018

Wired
Teknologi.id - Internet adalah penemuan era modern yang benar-benar mengubah dunia. Ditemukan pertama kali di Amerika, kini internet terus berkembang pesat dan menghubungkan miliaran penduduk bumi. Internet membuka berbagai peluang baru, meningkatkan ekonomi, mempermduah silaturahmi, sekaligus menimbulkan berbagai masalah sosial baru. Dari permulaannya sebagai penghubung antar komputer untuk penelitian, Internet sudah berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern di era digital. Seperti apa masa depan jaringan global yang menyambungkan jutaan perangkat dari berbagai jenis itu? Mantan bos Google, Eric Schmidt mengungkapkan ramalannya mengenai internet ke depan. Eric Schmidt memprediksi internet akan terbelah dua, salah satunya akan dipimpin Cina. Saat berbicara dalam sebuah acara tertutup yang digelar firma investasi Village Global VC di San Francisco, AS, Schmidt meramal bahwa internet dunia akan terbelah dua dalam satu dekade ke depan. Ramalan itu disampaikan Eric Schmidt saat menjawab pertanyaan tentang apakah ada peluang internet akan terpecah-pecah menjadi fragmen-fragmen sub-internet yang memiliki regulasi berbeda di masa depan. Schmidt menyoroti potensi ekonomi luar biasa yang dibangun oleh China lewat internet. Katanya Internet China, memberi contoh menyumbang persentase lebih besar terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) negera itu ketimbang kontribusi internet AS terhadap GDP AS. “Lihatlah BRI -Belt and Road Initiative- mereka yang menghubungkan 60-an negara. Negara-negara yang terlibat kemungkinan akan memakai infrastruktur yang dimiliki oleh China,” kata Schmidt. Belt and Road adalah inisiatif yang dijalankan oleh Beijing untuk meningkatkan pengaruh ekonomi dan politik China dengan menghubungkan serta mamfasilitasi segala jenis perdagangan, termasuk perdagangan digital, antara China dengan negara-negara Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Asia. China sendiri dikenal memiliki industri digital yang didominasi oleh pemain-pemain dalam negeri, seperti penyedia pesan instan WeChat, media sosial Weibo, search engine Baidu, publisher dan developer software Tencent, hingga raksasa e-commerce Alibaba. Berbeda dari jaringan internet di bagian dunia selebihnya, di China tak ada layanan online populer asal AS seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Google sendiri pun bahkan tidak beroperasi di sana. Para pemain global asal Negeri Paman Sam itu bukannya tak mau beroperasi di China. Kebanyakan dari mereka tersandung mekanisme kontrol ketat yang diterapkan oleh pemerintah China di internet. Google dikabarkan mengembangkan “Project Dragonfly”, yakni versi search engine besutannya yang khusus ditambahi fitur sensor, supaya bisa sejalan dengan kemauan pemerintah China. Schmidt khawatir bagian internet yang dipimpin China akan mengikuti perlakuan negeri tersebut. “Bahayanya, aneka produk dan layanan online itu bisa senada dengan kebijakan pemerintah (China), dengan sensor, kontrol, dan lain-lain,” lanjutnya. Schimdt menjabat sebagai CEO Google dari 2001 hingga 2011. Dia kemudian didapuk sebagai executive chairman Google, lalu di Alphabet -perusahaan induk Google- hingga awal tahun ini.
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar