
Sumber: boutiquehotelnews
Teknologi.id – Masa depan pemerintahan tak lagi hanya soal pemilu lima tahunan atau debat panas antar politisi manusia. Dunia kini menyaksikan gebrakan luar biasa: hadirnya sebuah “negara” yang seluruh presiden dan kabinetnya adalah kecerdasan buatan (AI).
Kenalkan, Pulau Sensay—pulau eksperimental di lepas pantai Filipina yang menjadi negara pertama di dunia dengan pemerintahan berbasis AI. Uniknya, para pemimpinnya adalah replika digital tokoh-tokoh besar sejarah, mulai dari Marcus Aurelius hingga Winston Churchill.
Baca juga: Google Gratiskan AI Gemini 2.5 Pro & Veo 3 untuk Mahasiswa Indonesia, Begini Caranya
Kabinet Digital dari Tokoh Dunia
Welcome to $Sensay Island - the world’s first AI-governed island located off the Philippines.
The AI government consists of 17 replicas of historical figures, trained to emulate their decision-making.https://t.co/w9Mkf5tXO7 pic.twitter.com/HqzTga4khc
Proyek ini lahir dari gagasan startup AI asal London, Sensay. Marcus Aurelius menjabat sebagai presiden, Winston Churchill sebagai perdana menteri, Nelson Mandela sebagai menteri kehakiman, Eleanor Roosevelt untuk urusan luar negeri, dan Florence Nightingale memimpin bidang kesehatan.
Para tokoh ini “dihidupkan” kembali dalam bentuk AI dengan data sejarah seperti pidato, buku, dan tulisan pribadi mereka. Hasilnya, setiap interaksi dengan “Churchill” atau “Mandela” terasa autentik, meski sepenuhnya berbasis algoritma.
Pemerintahan Bebas Ego dan Politik
Visi Pulau Sensay adalah menciptakan sistem pemerintahan yang bebas dari bias manusia, ego politik, dan birokrasi lambat. Penduduk dan pengunjung bisa berdialog langsung dengan kabinet AI melalui situs resmi, mengajukan ide, bahkan memberikan masukan kebijakan.
AI mengevaluasi setiap argumen berdasarkan logika dan nilai historis, bukan kepentingan pribadi atau tekanan politik.
Teknologi Bertemu Ekologi
Pulau Sensay berlokasi di Provinsi Palawan Barat, Filipina, dengan luas 3,4 km². Lingkungannya indah—laguna jernih, hutan tropis, dan angin sepoi-sepoi.
Tahun 2025–2026, pulau ini akan beroperasi dengan energi terbarukan 100%, tanpa bahan bakar fosil dan tanpa polusi. Infrastruktur dirancang selaras dengan alam, dengan 60% wilayah menjadi suaka lingkungan permanen.
Pusat Inovasi dan Diplomasi AI
Pada 2028, Sensay akan menjadi tuan rumah Global AI-Governance Symposium pertama di dunia. Acara ini akan mengundang ilmuwan, pembuat kebijakan, dan tokoh teknologi untuk membahas masa depan pemerintahan berbasis AI.
E-Residency: Ikut Memimpin dari Mana Saja
Pulau Sensay menawarkan program E-Residency untuk warga global. Siapa pun bisa mendaftar sebagai warga digital, berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, mengikuti diskusi publik, hingga memberikan suara dalam keputusan penting—semuanya transparan dan berbasis data.
Baca juga: Gemini Luncurkan Storybook: Fitur AI untuk Ubah Teks Jadi Buku Cerita Bergambar
Masa Depan Pemerintahan Dunia?
Menurut Dan Thomson, pendiri Sensay, ini adalah langkah besar untuk menguji apakah AI bisa menjadi pemimpin yang lebih baik dari manusia. Dengan investasi awal sebesar 2,5 juta poundsterling, Sensay siap membangun ekosistem digital-hijau yang bisa menjadi model tata kelola masa depan.
Jika rencana berjalan lancar, pengunjung pertama akan disambut pada pertengahan 2026, dan kewarganegaraan permanen AI-land bisa menjadi kenyataan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)

Tinggalkan Komentar