
Teknologi.id – Inovasi teknologi keamanan kini makin berwarna. Bukan hanya kamera CCTV atau patroli polisi berseragam, Korea Selatan menghadirkan sesuatu yang benar-benar futuristik: polisi hologram.
Proyek uji coba ini pertama kali diluncurkan di Seoul, tepatnya di Distrik Jung-gu, dan langsung mencuri perhatian publik. Namun, alih-alih merasa lebih aman, banyak warga justru mengira kehadiran sosok setinggi 1,7 meter itu sebagai “penampakan hantu digital”. Reaksi publik yang unik ini pun menimbulkan diskusi ramai di media sosial.
Polisi Hologram: Teknologi Futuristik di Ruang Publik
Kepolisian Metropolitan Seoul mulai menguji coba polisi hologram sejak Oktober lalu. Teknologi ini dikembangkan oleh perusahaan Hologrammica dengan tujuan sederhana: meningkatkan rasa aman masyarakat sekaligus menekan angka kejahatan.
Polisi hologram ditampilkan seukuran manusia dewasa dengan tinggi lebih dari 1,7 meter. Mereka tidak hanya berdiri diam, tetapi juga menyiarkan pesan-pesan peringatan, seperti:
-
“Jika terjadi keadaan darurat, polisi akan segera merespons.”
-
“Seperti ada kamera pengawas di mana-mana.”
Kehadiran pesan tersebut diharapkan memberi efek psikologis ganda: warga merasa lebih terlindungi, sementara pelaku kejahatan berpikir dua kali sebelum beraksi.
Baca Juga: YouTube Terapkan AI untuk Deteksi Usia Otomatis, Lindungi Anak dari Konten Berisiko
Patroli Malam di Taman Seoul

Polisi hologram berpatroli setiap malam dari pukul 19.00 hingga 22.00 di Taman Judong No. 3, Distrik Jung-gu. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu area publik yang sering dikunjungi warga.
Hasilnya cukup mengejutkan. Dalam beberapa bulan sejak uji coba, angka kejahatan turun hingga 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Kantor Polisi Jungbu, Ahn Dong-hyun, menyatakan pihaknya akan terus mengembangkan strategi pencegahan kejahatan berbasis teknologi. “Kami ingin menciptakan lingkungan yang aman di taman-taman dengan bantuan teknologi AI,” ujarnya.
Efek Psikologis yang Tak Terduga
Meski tujuan awalnya serius, reaksi masyarakat justru beragam bahkan cenderung kocak. Banyak warga Korea Selatan mengira sosok hologram ini sebagai penampakan hantu.
Di media sosial, komentar-komentar lucu pun bermunculan. Ada yang menyebut polisi hologram sebagai “orang-orangan sawah digital”, ada pula yang bercanda bahwa penurunan angka kejahatan bukan karena teknologi, melainkan karena warga takut melihat “hantu polisi” berkeliaran di taman.
Salah satu pengguna menulis di platform X: “Ada polisi hantu berpatroli di taman. Apa yang dipikirkan orang-orang saat melihatnya?”
Candaan semacam ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi sering kali menghadirkan dampak sosial yang tak terduga.
Bukan untuk Menangkap, Tapi untuk Mencegah
Perlu digarisbawahi, polisi hologram tidak bisa menangkap penjahat. Mereka hanyalah proyeksi visual yang diprogram untuk menyiarkan pesan dan menambah kehadiran “simbolis” aparat di ruang publik.
Meski begitu, peran mereka cukup signifikan. Dengan adanya proyeksi yang terlihat seperti polisi sungguhan, pelaku kejahatan potensial merasa diawasi. Efek ini mirip dengan teori “efek kehadiran polisi” yang selama ini digunakan dalam strategi keamanan.
Baca Juga: QRIS Resmi Bisa Dipakai di Jepang, Transaksi Jadi Lebih Mudah!
Teknologi AI dan Masa Depan Keamanan
Polisi hologram di Seoul hanyalah salah satu contoh bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital mulai dipadukan dalam dunia keamanan publik. Korea Selatan memang dikenal sebagai negara dengan tingkat adopsi teknologi tinggi.
Mulai dari transportasi, pembayaran digital, hingga sistem keamanan, hampir semua sektor telah disentuh oleh inovasi. Jika uji coba ini terbukti sukses, kepolisian berencana memperluas penggunaan polisi hologram ke berbagai area publik lain, termasuk stasiun kereta, terminal bus, dan pusat perbelanjaan.
Antara Serius dan Hiburan
Fenomena polisi hologram memperlihatkan sisi menarik dari hubungan masyarakat dengan teknologi.
-
Di satu sisi, inovasi ini mampu menurunkan angka kejahatan secara nyata.
-
Namun di sisi lain, masyarakat justru terhibur dan menganggapnya sebagai “atraksi digital”.
Hal ini menegaskan bahwa penerapan teknologi di ruang publik tidak hanya soal fungsi teknis, tetapi juga penerimaan sosial. Jika masyarakat tidak memahami teknologi baru, reaksi yang muncul bisa tak terduga—mulai dari rasa takut hingga bahan candaan.
Tantangan yang Harus Diantisipasi
Meski terlihat menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
-
Literasi teknologi – masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa polisi hologram bukan “hantu” atau “simbol mistis”, melainkan bagian dari strategi keamanan.
-
Efektivitas jangka panjang – apakah penurunan kejahatan 22 persen akan berlanjut atau hanya sementara?
-
Biaya implementasi – penggunaan teknologi hologram tentu memerlukan investasi besar. Efisiensi biaya perlu dipertimbangkan jika ingin diperluas ke seluruh kota.
-
Privasi warga – kehadiran sistem AI biasanya disertai dengan kamera pengawas. Regulasi ketat diperlukan agar tidak menimbulkan isu pelanggaran privasi.
Baca Juga: Claude Kini Hadir di Android: Akses AI Canggih dari Mana Saja
Respon Dunia Internasional
Langkah Korea Selatan ini tentu menarik perhatian dunia. Negara-negara lain bisa jadi ikut memantau keberhasilan atau kegagalan proyek ini. Jika terbukti efektif, bukan tidak mungkin konsep serupa diadaptasi oleh kota-kota besar lain seperti Tokyo, Singapura, atau bahkan New York.
Di era modern, di mana keamanan publik semakin kompleks, teknologi seperti ini bisa menjadi solusi inovatif. Namun, tetap diperlukan keseimbangan antara inovasi, regulasi, dan penerimaan masyarakat.
Kesimpulan
Uji coba polisi hologram di Seoul adalah bukti nyata bagaimana teknologi futuristik mulai masuk ke ruang publik. Dengan ukuran seukuran manusia dan pesan-pesan keamanan yang ditampilkan, teknologi ini berhasil menurunkan angka kejahatan hingga 22 persen di area uji coba.
Namun, keberhasilan itu diiringi dengan reaksi unik masyarakat yang justru mengira polisi hologram sebagai hantu. Fenomena ini memperlihatkan bahwa setiap inovasi teknologi akan selalu membawa dinamika sosial tersendiri.
Apa pun respon masyarakat, satu hal jelas: Korea Selatan kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu negara pionir dalam pemanfaatan teknologi canggih untuk kehidupan sehari-hari. Jika proyek ini diperluas, mungkin saja kita akan segera melihat era baru di mana “polisi digital” berpatroli berdampingan dengan aparat sungguhan di kota-kota modern.
(fnf)

Tinggalkan Komentar