Baca juga: Lindungihakpilihmu.kpu.go.id, Cara Cek Nama dan Lokasi TPS via Online
Ada 16 pertanyaan dalam kuis
Pada halaman depan situs, pengguna akan diberikan beberapa instruksi sebelum menjawab 16 pertanyaan yang akan diajukan. Instruksi itu seperti menjawab opsi yang tersedia. Jika tidak yakin menjawab, bisa dilewati dan membaca penjelasan dari hasil akhir yang didapat. "Pertanyaan-pertanyaan awalnya mau 20 untuk cover berbagai isu, tapi sayangnya dalam berbagai isu ada yang pendirian paslonnya tidak konsisten atau terlalu mengawang-awang, jadi enggak bisa kami masukkan," ujar Asanilta seperti dikutip dari Kompas.com pada Selasa (16/4/2019). Misalnya, salah satu pertanyaan berisi, "Menurut Anda, langkah apa yang perlu diprioritaskan untuk mengurangi risiko korupsi oleh pejabat publik?" Maka ada sejumlah opsi jawaban yang merupakan solusi atau program yang ditawarkan paslon terkait masalah itu. Lalu dari mana sumber jawaban itu didapat? "Sumbernya sebagian besar dari debat dan berita, juga dari visi-misi kedua calon. Yang pasti sumbernya dari pernyataan capres/cawapres," kata dia. Setelah menjawab 16 pertanyaan yang diberikan, maka akan muncul penjelasan mengenai seberapa jauh pandangan dan preferensi kebijakan pengguna kuis dapat terwakili dalam Pilpres 2019. Selain itu, Tim PilahPilihPilres.com juga menyediakan penjelasan pada tiap pertanyaan dan jawaban.
Baca juga: Cara Cek Nama di DPT Pemilu 2019 Lewat Aplikasi
Terinspirasi golput
Situs PilahPilihPilpres.com dibentuk secara bersama oleh Asanilta Fahda (24), Audhina Nur Afifah (24), Eduard Lazarus (24), Feryandi Nurdianto (23), Fikri Khalqih Simeulue (24). Latar belakang dibuatnya situs ini adalah karena banyak yang tidak mau memilih dengan alasan tidak memahami capres-cawapres. Padahal, orang-orang yang tidak mau memilih itu sebenarnya punya preferensi akan figur yang mereka inginkan. "Alasannya sebenarnya karena teman saya ada yang nge-twit, kayaknya mau golput karena 'enggak ngikutin' dan 'enggak mengerti'. Lalu kayaknya sulit untuk mengejar semua info tentang kedua paslon dalam waktu singkat," ujar Asanilta. Asalnita mengatakan bahwa dirinya tidak anti-golput. Namun, menurut dia, paling tidak orang yang memilih golput bisa paham akan informasi pilihannya, bukan karena tidak paham. Oleh karena itu, Asanilta berharap bahwa kuis ini paling tidak membantu orang meningkatkan pemahaman terhadap substansi yang ditawarkan kedua paslon. Namun Asanilta menyarankan agar tidak menjadikan hasil kuis sebagai pertimbangan akhir ketika memilih. "Saya berharap melalui inisiatif seperti ini, akan muncul banyak inisiatif lain untuk meningkatkan pengalaman berdemokrasi di Indonesia," kata dia seperti dikutip dari Kompas.com pada Selasa (16/4/2019). (DWK)
Tinggalkan Komentar