Cina Melarang Penggunaan Scratch, Bahasa Pemrograman untuk Anak

Indah Mutia Ayudita . September 08, 2020

Foto: Scratch

Teknologi.id - Entusiasme negara Cina untuk mengajarkan anak-anak tentang kode pemrograman sekarang menghadapi tantangan baru. Bahasa pemrograman untuk anak-anak, Scratch yang dikembangan oleh tim Lifelong Kindergaten Group di MIT sudah tidak bisa diakses pengguna internet berbasis di Cina.

Greatfire.org, organisasi yang memonitor sensor internet di Cina menujukan bahwa website tersebut sudah diblok seutuhnya bahkan sejak 20 Agustus lalu.

Setidaknya sudah 60 juta anak-anak di seluruh dunia menggunakan Scratch untuk membuat game, animasi, cerita, dan lain-lainnya. Jumlah ini termasuk murid-murid di Cina yang melihat kesempatan emas untuk mulai menerapkan pelajaran koding sedari dini.

Baca juga: Startup Teemyco Ciptakan 'Kantor' Virtual yang Terasa Seperti Kantor Sungguhan


Foto: Scratch

Setidaknya ada 3 juta pengguna user berbasis di Cina, meskipun jumlahnya sebenarnya jauh lebih tinggi karena banyak pengembang Cina yang membuat aplikasi turunan dari Scratch yang merupakan software open-source.

Projek pada Scratch mengandung banyak konten yang memalukan, palsu, dan yang mencemarkan nama baik negara Cina, termasuk Hong Kong, Macau, dan Taiwan.

Tiap layanan yang membagikan informasi di Cina harus menyetujui peraturan lokal, akibatnya website Scratch dan forum pengguna telah ditutup di negara tersebut.

Baca juga: Web Browser ini Punya Fitur Break Mode untuk 'Pause' dari Internet

Software editor Scratch adalah software yang bisa diunduh dan digunakan secara offline. Artinya, tiap pengguna di negara Cina yang sudah menginstall-nya masih bisa menggunakannya secara offline. Belum jelas apakah aturan yang berlaku akan berimbas juga pada update software tersebut di masa depan.

"Scratch jadi patokan untuk aplikasi software programming anak-anak. Kebanyakan orang tua mengetahui Scratch dari program ekskul," kata Yi Zhang, penemu Tangiplay, sebuah startup untuk mempelajari programming untuk anak-anak.

Anqi Zhou, CEO Dream Comes True, startup coding yang menargetkan anak-anak muda di Cina mengaku tidak keberatan untuk berhenti menyetop penggunaan Scratch jika penutupan ini bersifat permanen.

(im)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar