Foto: eurasiantimes.com
Teknologi.id – China sedang mengembangkan pesawat hipersonik yang mampu mengangkut 10 penumpang ke mana saja di dunia dalam waktu kurang dari satu jam. Pesawat sepanjang 148 kaki atau 45 meter berukuran sekitar sepertiga ukuran Boeing 737 dan memiliki sayap delta yang identik dengan Concorde, pesawat supersonik pertama di dunia, namun dengan tips point yang mengarah ke langit.
Para official berharap untuk dapat membangun armada jet pada akhir tahun 2035 dan meningkatkan kapasitasnya menjadi 100 orang pada tahun 2045, meski tujuan pastinya belum terungkap. Karena konstruksi yang rumit, pesawat akan dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan Mach 5 atau lebih dari lima kali kecepatan suara.
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan luar angkasa China yang berpartisipasi dalam misi Mars dan bulan di negara itu, meluncurkan prototipe pesawat yang desainnya terinspirasi oleh Boeing Manta X-47C, yakni sebuah proyek NASA yang dihentikan pada tahun 2000 karena biayanya yang tinggi.
The EurAsian Times sebelumnya telah melaporkan bahwa terowongan angin (wind tunnel) yang baru sedang dikembangkan oleh Aerodynamics Research Institute of the state, milik Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
Terowongan angin (wind tunnel), yang dikenal sebagai FL-64, telah lulus uji kalibrasi distribusi aliran udara (airflow) pada angka Mach yang tinggi dan dapat mensimulasikan kecepatan dan suhu yang dihadapi oleh senjata hipersonik.
Terowongan angin (wind tunnel), dapat berjalan selama lebih dari 30 detik, memungkinkannya untuk menguji kemampuan hipersonik pesawat, seperti pemisahan dan penyebaran senjata.
FL-64 dirancang untuk mengatasi masalah aerodinamis penting yang dihadapi oleh berbagai pesawat, dan akan berfungsi sebagai alat penting lainnya dalam pengembangan senjata dan peralatan hipersonik, serta memberikan dasar langkah (foothold) untuk mendukung aspirasi aerospace China.
China telah menjadi berita karena kemajuan pesatnya dalam teknologi hipersonik. Pada bulan Juli tahun ini, mereka telah menguji sistem senjata luncur hipersonik yang dilaporkan melakukan perjalanan mengelilingi Bumi dalam prestasi luar biasa yang dicapai oleh China.
Namun, beberapa minggu sebelumnya muncul berita mengejutkan lain bahwa, rudal kedua ditembakkan dari kendaraan luncur hipersonik ini ke Laut China Selatan. Baik Amerika Serikat maupun Rusia tidak pernah mencapai prestasi seperti itu. Saat itu diyakini bahwa kemampuan hipersonik China mungkin jauh melebihi AS dan Rusia.
China Mengadopsi Proyek “Junked” Milik NASA?
Berdasarkan desain yang bold oleh seorang ilmuwan NASA lebih dari dua dekade lalu, tim peneliti China dilaporkan membangun dan menguji prototipe mesin terbang hipersonik. Pesawat X Two-Stage Vehicle (TSV) yang dirancang oleh Ming Han Tang. Ming Han Tang merupakan kepala insinyur program hipersonik NASA saat itu pada akhir 1990-an. Tidak seperti kebanyakan pesawat hipersonik dengan mesin di bagian perut, pesawat ini dirancang dengan ditenagai oleh dua mesin terpisah di sisi samping.
Pada kecepatan yang lebih rendah, mesin dapat beroperasi sebagai mesin jet turbin biasa dan beralih ke mode kecepatan tinggi tanpa komponen yang bergerak saat pesawat berakselerasi hingga lima kali kecepatan suara atau lebih tinggi.
Pemerintah AS membatalkan pengujian desain milik Ming yakni Boeing Manta X-47C, yang merupakan program pesawat hipersonik asli, pada awal 2000-an karena tantangan teknis dan biaya.
Tetapi, Profesor Tan Huijun dan rekan-rekannya di Universitas Nanjing, Aeronautics and Astronautics, di China telah membangun mesin prototipe dengan sepasang lubang udara bukaan samping, dengan berdasarkan blue print konsep milik Ming yang tidak diklasifikasikan.
Tan, yang telah menerima penghargaan dari pemerintah China atas kontribusinya pada program senjata hipersonik negara itu, menempatkan prototipe melalui langkahnya di terowongan angin (wind tunnel) yang dapat mensimulasikan kondisi penerbangan dari 4 Mach hingga 8 Mach selama beberapa detik.
Selain itu, Tan dan timnya menemukan bahwa mesin dapat menyala bahkan dalam kondisi penerbangan yang paling sulit, seperti yang telah diprediksi Ming di NASA, seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh SCMP.
Bisakah Manusia Mencapai 1 Persen Kecepatan Cahaya?
Pesawat Hipersonik China
China telah mengeluarkan pernyataan yang dapat dilihat sebagai bantahan tajam kepada Amerika, dan pesan yang kuat kepada saingan baratnya, mengenai kemampuan hipersonik buatannya sendiri.
Tan dan rekannya menjelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan di China yakni Journal of Propulsion Technology bahwa “Pemerintah AS sebagian besar mengabaikan ide Ming, tetapi di China, desainnya mendapatkan daya tarik karena “memahami mekanisme kerjanya dapat memberikan panduan penting untuk pengembangan pesawat dan mesin hipersonik.”
Sementara prototipe tidak dapat untuk segera diproduksi, tim mengklaim bahwa "mengetahui mekanisme kerjanya dapat memberikan arahan penting untuk pesawat hipersonik dan pengembangan mesin"
Para insinyur menguji seberapa baik pesawat akan beroperasi di ketinggian menggunakan model aerodinamis baru yang telah terbukti bermanfaat dalam misi luar angkasa China baru-baru ini. Karena panas dan tekanan berkecepatan tinggi, mereka juga menemukan bagian-bagian dari pesawat yang perlu diperkuat.
Menurut beberapa ilmuwan China, program senjata hipersonik China dimulai segera setelah Ming keluar dari NASA. Ini juga merupakan masa ketika banyak ilmuwan dan fisikawan asal Tiongkok dikeluarkan dari organisasi penting Amerika karena ketidakpercayaan yang besar terhadap etnis Tionghoa di Amerika Serikat.
Menurut Tan dan rekan-rekannya, desain Ming tidak ideal. Turbulensi yang kuat dapat terjadi di sekitaran beberapa sudut saluran masuk udara, yang dapat membahayakan stabilitas terbang. Hal ini menurut simulasi komputer dan hasil eksperimen.
Tahap penerbangan paling awal, senjata hipersonik China umumnya menggunakan roket. Roket akan mati (shuts down) setelah mencapai ketinggian dan kecepatan tinggi yang memungkinkan mesin penghisap udara mengambil alih.
Disamping itu, Yin Zeyong, Direktur sains dan teknologi di Aero Engine Corporation of China di Beijing, mengatakan China juga sedang dalam proses pengembangan cepat dan pengujian mesin turbojet yang mampu terbang dengan kecepatan 3-4 Mach untuk melengkapi atau menggantikan roket di penerbangan hipersonik.
Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Aeroengine pada awal tahun ini, mesin turbin berbasis mixed cycle engines mungkin menjadi alternatif yang lebih layak dan ideal. Pada ada tahun 2035, pejabat antariksa China berharap memiliki jet yang dapat mengangkut 10 penumpang di mana saja di bumi dalam satu jam.
(fnj)
Tinggalkan Komentar