Di Masa Depan, Vanila Akan Terbuat dari Plastik

Muhammad Iqbal Mawardi . June 20, 2021

Foto: Unsplash

Teknologi.id – Di masa depan nanti, kue vanila yang kita nikmati mungkin akan terbuat dari botol plastik. Saat ini, para ilmuwan sudah menemukan cara untuk mengubah sampah plastik menjadi perasa vanila dengan bakteri rekayasa genetika.

Senyawa yang membawa sebagian besar bau dan rasa vanila, Vanilin, dapat diekstraksi dengan alami dari biji vanili atau dibuat secara sintetis. Terdapat 85% vanillin saat ini yang terbuat dari bahan kimia dan diambil dari bahan bakar fosil.

Melansir dari Live Science, vanilin ditemukan di berbagai macam produk makanan, kosmetik, farmasi, pembersih dan herbisida, dan permintaannya berkembang pesat

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan 10 Juni di jurnal Green Chemistry, pada tahun 2018, permintaan global untuk vanilin adalah sekitar 40.800 ton, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 65.000 ton pada tahun 2025.

Baca juga: Plastik yang Dapat Hancur Sendiri: Solusi Masalah Lingkungan

Permintaan akan vanilin jauh melebihi pasokan biji vanili. Ini membuat para ilmuwan terpaksa memproduksi vanilin secara sintetis. Dalam studi terbarunya, para peneliti mencoba metode baru untuk mengubah sampah plastik menjadi vanilin sebagai cara untuk memasok vanilin sekaligus mengurangi polusi plastik.

Mengutio dari The Guardian, Para peneliti mencampur bakteri rekayasa genetika mereka dengan asam tereftalat dan menyimpannya pada suhu 37 derajat celcius selama sehari. Sekitar 79% asam tereftalat kemudian diubah menjadi vanilin.

"Krisis limbah plastik global sekarang diakui sebagai salah satu masalah lingkungan paling mendesak yang dihadapi planet kita," ucap para penulis dalam penelitian tersebut.

Sekitar 1 juta botol plastik terjual setiap menit di seluruh dunia. Dari jumlah itu, hanya 14% yang didaur ulang. Plastik yang didaur ulang hanya bisa diubah menjadi serat untuk pakaian atau karpet.

"Pekerjaan kami menantang persepsi plastik sebagai limbah bermasalah dan malah menunjukkan penggunaannya sebagai sumber karbon baru dari mana produk bernilai tinggi dapat dibuat," ucap salah satu penulis studi Stephen Wallace, dosen senior bioteknologi di The University of Edinburgh.

(MIM)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar