Foto: GNFI
Teknologi.id - Beberapa tahun yang lalu, sebagian besar kawasan penduduk di Asia Tenggara belum memiliki akses ke layanan keuangan dasar. Namun, berkat perpaduan antara teknologi dan layanan keuangan berupa fintech, kini dapat menjangkau masyarakat yang belum memiliki akses ke perbankan konvensional.
Salah satu startup fintech yang berfokus pada perbaikan akses layanan keuangan di Indonesia yakni Payfazz. Hendra Kwik, Co-founder dan CEO Payfazz menjelaskan bahwa Payfazz merupakan layanan keuangan berbentuk aplikasi yang berbasis keagenan, serta menjadi solusi utama bagi masyarakat Indonesia yang belum memiliki rekening bank atau unbanked dalam hal pembayaran berbagai macam tagihan.
Startup fintech berbasis keagenan ini berdiri pada tahun 2016. Sebelum Hendra akhirnya memutuskan membuat dan mengembangkan Payfazz, ia pernah bergabung menjadi salah satu bagian dari startup yang juga bekerja dengan memanfaatkan agen bernama Kudo. Sistem kerja Kudo yakni dengan memaksimalkan pemilik usaha kecil menjual barang mereka di e-commerce, lalu mendapatkan komisi dari hasil penjualan tersebut.
Hendra melihat kekurangan terbesar saat bekerja di Kudo, yakni tidak adanya fasilitas layanan keuangan. Melihat hal tersebut, Hendra membangun Payfazz sebagai solusi atas kekurangan tersebut.
Baca juga: Kisah Steven Wongsoredjo Dirikan SuperApp: Platform Kulakan dengan Sertifikasi ISO
Motivasi dalam Mengembangkan Payfazz
Selain Hendra, Payfazz didirikan oleh dua sahabat masa kecilnya, yaitu Ricky Winata dan Jefriyanto. Berdirinya Payfazz berawal dari pengalaman ketiganya yang kesulitan mendapatkan akses keuangan saat mereka tumbuh di kota Jambi. Hendra yakin bahwa permasalahan tersebut tidak hanya dialami oleh dirinya dan dua sahabatnya, melainkan di daerah rural lain di Indonesia.
Dari permasalahan tersebut, mereka termotivasi untuk membuat layanan yang dapat membuka akses finansial secara digital kepada semua masyarakat, khususnya bagi mereka yang unbanked society, sebagaimana yang dilansir dari laman Youngster.id.
Hal yang menarik dari Payfazz yakni penggunaan sistem layanan dengan jaringan agen. Meskipun di Indonesia termasuk penduduk yang memiliki tingkat tinggi dalam penggunaan smartphone, belum banyak orang yang menggunakan layanan perbankan digital secara langsung. Di sanalah peran agen Payfazz yang membantu masyarakat membiasakan proses tersebut. Agen Payfazz sebagian besarnya berbasis di warung atau toko kelontong, sehingga orang-orang di pedesaan akan lebih mudah mengakses layanan tersebut.
Prestasi dan Pendanaan Startup
Dalam perkembangannya, Payfazz menjadi salah satu startup asal Indonesia yang lolos dalam Y Combinator. Y Combinator sendiri merupakan sebuah model pendanaan baru untuk startup yang masih dalam tahap awal pengembangan. Startup yang berhasil terpilih akan diberikan semacam pelatihan selama 3 bulan di Silicon Valley. Beberapa startup yang sukses dalam program ini di antaranya Airbnb, Dropbox dan Twitch.
Baca juga: CEO Janji Jiwa: Fokus dan Komitmen Jadi Kunci Kembangkan Bisnis
Kepada Tech in Asia, Hendra bercerita dengan terpilihnya Payfazz untuk mengikuti program tersebut, seperti halnya mendapatkan gelar MBA untuk pembuatan startup. Adapun startup yang terpilih untuk mengikuti program tersebut akan menerima pembiayaan sebesar US$ 120,000 dan menjadi alumni dari program tersebut. Y Combinator menerima sekitar 100 startup untuk setiap batch dan Payfazz menjadi salah satu yang berhasil lolos di antara ribuan peserta yang mendaftar.
Pada September 2018, Payfazz mendapatkan pendanaan seri A sejumlah US$ 21 juta yang dipimpin oleh Tiger Global. Kemudian pada tahun 2020, Payfazz mendapatkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh dua investor asal Singapura, B Capital dan Insignia Ventures Partners, senilai US$ 53 juta atau sekitar Rp 765 miliar. Investor sebelumnya seperti Tiger Global, Y Combinator dan ACE & Company, juga kembali ikut untuk putaran pendanaan ini bersama investor baru lokal, yakni BRI Ventures. Jika ditotal, pendanaan fintech telah mencapai lebih dari US$ 74 juta atau sekitar Rp 1,07 triliun.
Selain pendanaan, para founder Payfazz masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia di tahun 2019 pada kategori Finance & Venture Capital 2019.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(sza)
Tinggalkan Komentar