Foto: Rama Raditya
Teknologi.id - Dalam era digital saat ini, teknologi telah memainkan peran yang penting dalam memperbaiki kehidupan sehari-hari kita.
Salah satu contoh nyata adalah Rama Raditya, CEO PT Qlue Performa Indonesia, yang telah menciptakan dan mengembangkan aplikasi ponsel bernama Qlue. Aplikasi ini menjadi sarana bagi warga untuk melaporkan keluhan terkait kondisi sarana dan prasarana publik.
Namun, apa yang membuat Qlue begitu istimewa adalah penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam merumuskan permasalahan yang ada dalam berbagai bidang.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan Rama Raditya dalam menciptakan Qlue, bagaimana aplikasi ini berdampak positif bagi perkembangan kota, dan bagaimana kecerdasan buatan telah mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Latar Belakang Rama Raditya
Rama Raditya, seorang pria berusia 35 tahun, adalah salah satu pendiri PT Qlue Performa Indonesia.
Ia adalah seorang lulusan Strayer University di Virginia, AS, yang memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang teknologi informasi.
Dalam perjalanan hidupnya, Rama terinspirasi untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat memfasilitasi keluhan warga terkait dengan kondisi sarana dan prasarana publik.
Baca Juga: Hermanto Wie dan Henry Wirawan, 2 Bersaudara yang Sukses Dirikan Topremit
Munculnya Aplikasi Qlue
Foto: Kompas/ Herlambang Jaluardi
Pada tahun 2014, Rama bersama dengan Andre Hutagalung, mendirikan PT Qlue Performa Indonesia dan meluncurkan aplikasi Qlue.
Aplikasi ini segera mendapatkan popularitas di kalangan warga DKI Jakarta sejak tahun 2015. Warga dapat dengan mudah melaporkan masalah terkait kebersihan, kemacetan, jalan rusak, atau parkir liar melalui aplikasi ini.
Pemerintah DKI Jakarta, di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dengan cepat merespons laporan-laporan tersebut untuk memberikan solusi yang tepat waktu.
Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Qlue
Seiring berjalannya waktu, Rama dan timnya memutuskan untuk mengembangkan Qlue dengan menggunakan kecerdasan buatan atau AI.
Dengan bantuan AI, aplikasi ini dapat secara otomatis merumuskan permasalahan yang teridentifikasi melalui laporan-laporan dari warga.
Dalam beberapa tahun terakhir, Qlue telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta unduhan aplikasi dan memproses sekitar 500.000 laporan dari warga terkait berbagai masalah.
Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Qlue dalam perjalanannya. Pada tahun 2017, ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ahok, cuti untuk mengikuti kontestasi Pilkada, jumlah pengguna aplikasi ini menurun drastis.
Banyak yang menganggap bahwa laporan-laporan dari warga tidak akan ditindaklanjuti lagi. Namun, Rama menyatakan bahwa Qlue tetap beroperasi dan meneruskan penanganan terhadap keluhan-keluhan yang masuk.
Setelah Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta, jumlah pelapor juga mengalami penurunan. Banyak yang mengira bahwa program Jakarta Smart City telah dihentikan. Namun, Anies kemudian mengklarifikasi bahwa program ini masih berjalan dan mengimbau warga DKI Jakarta untuk tetap melaporkan keluhan melalui Qlue.
Penggunaan Aplikasi Qlue di Kota Lain
Keberhasilan Qlue di DKI Jakarta menginspirasi Rama dan timnya untuk memperluas cakupan aplikasi ini ke kota-kota lain di Indonesia.
Saat ini, sudah ada 16 pemerintah kabupaten/kota yang menerapkan sistem smart city hasil pengembangan Qlue, seperti di Bengkulu, Sibolga, Manado, Probolinggo, Cilegon, dan Pare-pare.
Rama bermitra dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk menjadikan 100 kota di Indonesia menerapkan sistem smart city sebelum tahun 2020.
Selain digunakan dalam kondisi normal, aplikasi Qlue juga telah terbukti efektif dalam situasi darurat seperti bencana.
Contohnya adalah saat gempa bumi melanda Bima, NTB, dan Palu, Sulawesi Tengah. Tim relawan BPBD dan lembaga bantuan dapat dengan cepat memetakan kebutuhan warga di daerah terdampak bencana melalui Qlue.
Penggunaan Aplikasi Qlue oleh Presiden
Foto: Web Qlue
Prestasi Qlue tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga menarik perhatian Presiden Joko Widodo. Presiden menggunakan aplikasi Qlue untuk memantau permasalahan dan pencapaian pembangunan infrastruktur di berbagai tempat di Indonesia.
Dengan bantuan kecerdasan buatan, aplikasi ini dapat memberikan saran kunjungan kerja bagi presiden untuk menangani permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus.
Qlue Vision: Mengawasi Kota dengan Kecerdasan Buatan
Selain aplikasi Qlue, Rama dan timnya juga mengembangkan Qlue Vision. Qlue Vision adalah sistem pelaporan kepada instansi terkait yang menggunakan data dari kamera CCTV yang telah dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Sistem ini dapat memantau masalah seperti parkir liar, keberadaan orang tak dikenal, dan bahkan membantu pengejaran pelaku kejahatan.
Mewujudkan Masyarakat yang Beradab dengan Teknologi
Rama dan tim Qlue memiliki visi untuk menciptakan masyarakat yang lebih beradab melalui pemanfaatan teknologi.
Untuk mencapai tujuan ini, ada tiga unsur yang harus bergerak secara bersama-sama: kepemerintahan yang efisien, infrastruktur teknologi yang ramah pengguna, dan regulasi yang memayungi kedua unsur sebelumnya.
Dengan mendukung ketiga unsur ini, diharapkan perilaku warga juga akan berubah menjadi lebih bertanggung jawab.
Baca Juga: Kisah Ghufron Mustaqim Dirikan Evermos Hingga Kontribusi Evermos untuk UMKM
Pada kesimpulannya, Dalam perjalanan yang panjang, Rama Raditya telah berhasil menciptakan sebuah aplikasi yang dapat merubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Qlue dan Qlue Vision adalah contoh nyata bagaimana teknologi, seperti kecerdasan buatan, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.
Dengan terus mengembangkan aplikasi ini dan meluaskannya ke lebih banyak kota di Indonesia, Rama dan tim Qlue akan terus menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(anta)
Tinggalkan Komentar