Startup AS Kembangkan Bayi Rekayasa Genetika: Bebas Penyakit Keturunan & Lebih Cerdas

Teknologi.id . November 11, 2025
Foto: Yahoo


Teknologi.id – Sebuah startup bioteknologi asal Silicon Valley, Amerika Serikat, tengah menjadi sorotan dunia. Perusahaan bernama Preventive dilaporkan sedang meneliti dan mengembangkan teknologi rekayasa genetik pada embrio manusia — langkah yang disebut bisa melahirkan “bayi hasil rekayasa” yang bebas penyakit keturunan dan berpotensi lebih cerdas.

Proyek ini disebut-sebut sebagai salah satu penelitian paling ambisius di bidang genetika modern, namun juga paling kontroversial. Sebab, praktik penyuntingan gen pada embrio manusia untuk kehamilan saat ini dilarang di AS dan sebagian besar negara dunia.

Baca juga: China Kembangkan Robot Hamil dengan Rahim Buatan, Bisa Lahirkan Bayi

Dibalik Startup Misterius Bernama Preventive

Preventive didirikan awal tahun 2025 oleh Lucas Harrington, seorang ilmuwan lulusan program doktoral di bawah bimbingan Jennifer Doudna — peraih Nobel dan pelopor teknologi CRISPR.

Perusahaan ini telah mengumpulkan dana sebesar USD 30 juta (sekitar Rp480 miliar) dan bermarkas di San Francisco. Menurut laporan Wall Street Journal, Preventive tengah fokus melakukan penelitian pra-klinis untuk memastikan apakah pengeditan gen pada embrio manusia bisa dilakukan dengan aman dan transparan sebelum benar-benar diterapkan pada kehamilan.

CEO OpenAI Sam Altman dan pendiri Coinbase Brian Armstrong tercatat sebagai investor awal dalam proyek ini. Menurut laporan, investasi Altman bahkan dipimpin oleh suaminya, Oliver Mulherin, yang menyebut tujuan utama proyek ini adalah membantu keluarga menghindari risiko penyakit genetik serius.

Tujuan Mulia atau Bahaya Etika?

Preventive mengklaim misinya adalah “mengakhiri penyakit keturunan dengan mengedit gen embrio manusia sebelum lahir.” Harrington menegaskan, pihaknya belum berencana menciptakan bayi rekayasa dalam waktu dekat.

“Kami tidak terburu-buru. Kami ingin penelitian ini transparan dan akan mempublikasikan hasilnya, baik positif maupun negatif,” ujar Harrington kepada Wall Street Journal.

Namun, para kritikus memperingatkan bahwa langkah ini bisa membuka jalan menuju praktik eugenika modern — gagasan tentang “menyempurnakan manusia” lewat manipulasi genetik.

Fyodor Urnov, direktur Innovative Genomics Institute di UC Berkeley, bahkan menilai langkah startup ini berisiko:

“Mereka seperti bermain-main dengan uang besar untuk proyek peningkatan bayi. Ini bisa berbahaya,” katanya.

Regulasi Ketat dan Pencarian Jalur Alternatif

Karena hukum federal AS melarang Food and Drug Administration (FDA) untuk meninjau uji coba kehamilan dengan embrio hasil rekayasa genetik, Preventive dilaporkan tengah mempertimbangkan melakukan riset di luar negeri.

Beberapa sumber menyebut perusahaan ini melirik Uni Emirat Arab (UEA) sebagai lokasi potensial, karena negara tersebut memiliki regulasi yang lebih longgar terkait riset embrio.

Harrington membantah bahwa Preventive ingin menghindari pengawasan pemerintah, tetapi mengaku mempertimbangkan opsi di luar AS karena keterbatasan hukum domestik.

Didukung Tokoh Teknologi Dunia

Dukungan Altman dan Armstrong membuat proyek ini makin menarik perhatian publik. Armstrong, yang dikenal vokal soal masa depan bioteknologi, menyebut bahwa “lebih mudah memperbaiki cacat genetik pada embrio daripada mengobati penyakit setelah lahir.”

Sementara itu, Altman — tokoh di balik kemajuan kecerdasan buatan (AI) — dinilai melihat rekayasa genetika sebagai langkah logis berikutnya dalam evolusi manusia berbasis teknologi.

Startup Preventive juga merekrut sejumlah penasihat di bidang genetika dan reproduksi medis, dan terdaftar sebagai public-benefit corporation, yang berarti perusahaan dapat secara hukum menyeimbangkan antara keuntungan finansial dan manfaat sosial.

Mengulang Bayang-Bayang Kasus “Bayi Genetika” China

Proyek Preventive mengingatkan publik pada kasus He Jiankui, ilmuwan asal China yang pada 2018 menciptakan bayi kembar pertama di dunia yang gennya dimodifikasi agar tahan terhadap HIV. Eksperimen itu memicu kemarahan global, dan He dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena melanggar etika medis.

Kini, enam tahun kemudian, Silicon Valley tampaknya ingin melanjutkan eksperimen yang dulu dianggap mustahil — namun dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan “terbuka”.

Baca juga: Dosen IPB Kembangkan "Madsaz", Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi

Era Baru Rekayasa Manusia?

Para pendukung Preventive menegaskan bahwa tujuannya bukan menciptakan manusia super, melainkan mencegah penyakit genetik parah seperti cystic fibrosis dan sickle cell disease, yang membuat banyak pasangan tak bisa melahirkan anak sehat secara alami.

Namun, seiring semakin banyaknya dana dan dukungan dari raksasa teknologi, dunia kini dihadapkan pada pertanyaan besar:
Apakah manusia siap menyambut era “bayi desain” (designer babies) — atau justru membuka bab baru dari dilema etika yang tak pernah bisa ditutup?

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar