Teknologi.id - Para peneliti dari Centre national de la recherche scientifique (CNRS) atau Pusat Penelitian Ilmiah Prancis berhasil menghidupkan kembali sejumlah virus dari daratan beku atau permafrost di Siberia. Salah satu virus yang berhasil dibangkitkan yang dinamai Pandoravirus yedoma bahkan diperkirakan telah berusia hampir 50 ribu tahun atau tepatnya sekitar 48.500 tahun.
Penelitian tersebut untuk mempelajari kemunculan mikroba baru seiring dengan pemanasan global yang menyebabkan daratan beku itu mencair hingga menghidupkan kembali berbagai mikroba yang selama ini membeku.
"Seperempat belahan Bumi utara ditopang oleh tanah beku permanen, yang disebut permafrost. Karena pemanasan global, permafrost yang mencair secara permanen melepaskan bahan organik yang membeku hingga jutaan tahun, yang sebagian besar terurai menjadi karbon dioksida dan metana," tulis para peneliti dalam makalah mereka, dikutip dari Science Alert, Minggu (27/11).
Ahli mikrobiologi Jean-Marie Alempic, yang merupakan pemimpin penelitian tersebut mengatakan, virus-virus yang kembali hidup itu dapat berpotensi menjadi ancaman signifikan bagi kesehatan manusia di masa depan. Sehingga diperlukan studi lebih lanjut untuk menilai sekaligus mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan oleh virus-virus itu jika akhirnya kembali hidup dalam jumlah banyak nantinya.
Baca juga: Penelitian Baru Ungkap Alasan Nyamuk 'Pilih-pilih' Orang untuk Digigit
Ada 13 sampel virus yang diteliti oleh Alempic dan timnya, dengan sembilan di antaranya diperkirakan berusia puluhan ribu tahun. Peneliti juga memastikan sampel tersebut memiliki perbedaan gen dari semua virus lain yang telah diketahui.
Salah satu sampel virus yang termasuk dalam kategori pandoravirus tersebut bertahan hidup dengan cara menginfeksi organisme bersel tunggal yang dikenal sebagai amuba. Pandoravirus sendiri merupakan virus yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bulu mammoth hingga usus serigala Siberia yang terkubur di bawah permafrost. Penemuan itu kemudian mendukung kesimpulan bahwa virus yang hidup masih berpotensi menjadi patogen menular.
Baca juga: Asal-Usul Kamera Pertama Kali Ditemukan oleh Seorang Muslim, Siapa Dia?
"Situasinya akan jauh lebih berbahaya jika tanaman, hewan, atau penyakit manusia disebabkan oleh kebangkitan virus kuno yang tidak diketahui," tulis para peneliti.
"Oleh karena itu sah untuk mendalami risiko partikel virus kuno tetap menular seiring dengan mencairnya lapisan permafrost kuno," lanjut pernyataan tersebut.
Penelitian mengenai virus berusia 50 ribu tahun tersebut hingga saat ini belum melalui proses peer-review, tetapi bisa diakses lewat situs bioRxiv. Para pengamat sepakat bahwa penelitian tentang virus raksasa tersebut merupakan permulaan untuk mengeksplorasi apa yang tersembunyi di bawah permafrost.
(dwk)
Tinggalkan Komentar