Teknologi.id - Dua siswi kelas 11 Jakarta Intercultural School, Alicia Chan (15 tahun) dan Aileen Bachtiar (16 tahun) manfaatkan teknologi nanopartikel untuk membuat material anti bocor dan bahan pengawet makanan.
Temuan hasil dari penelitian yang mereka lakukan saat mengikuti sekolah musim panas di Columbia University dan University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada Juli 2019 tersebut dipamerkan di pusat kebudayaan AS di @america, Mall Pacific Place, Jakarta Selatan pada Sabtu (8/2).
Baca juga: Samsung Galaxy S10 Lite Dijual Mulai 21 Februari 2020 di Indonesia, Ini Spek & Harganya
Teknologi nano merupakan teknologi yang menggunakan skala nano atau sepersemilyar dengan sifat material pada ukuran nano atau atom. Jika suatu material dibuat dalam ukuran nano, maka akan memungkinan terciptanya material dengan sifat-sifat baru yang luar biasa.
Alicia yang memang tertarik terhadap penelitian superhydrophobicity atau membuat sebuah benda agar permukaannya anti air mendorongnya membuat cairan spray superhydrophobicity.
“Jika disemprotkan ke suatu benda, maka akan memiliki tekstur nano seperti daun lotus, anti air,” ujarnya.
Baca juga: Diam-diam Sengaja Bikin ‘Lemot’ iPhone Lawas, Apple Didenda Rp 374 Miliar
Alicia menggunakan teknik biomimicry di mana karakteristik organisme ditiru untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Cairan spray superhydrophobicity yang dihasilkannya pun dapat diaplikasikan ke segala permukaan apapun. "Contohnya ke atap rumah biar anti bocor," katanya.
"Saya menggunakan konsep penelitian 'self-assembling monolayer', sebuah permukaan bisa dibuat sangat anti-air sehingga setetes airnya bisa menggumpal ke bentuk bola dan berlari ke bawah dengan mudah, sama seperti permukaan teflon. Tujuan saya bereksperimen dengan konsep ini agar dapat membantu masyarakat kurang mampu yang atap rumahnya bocor. Selain praktis dan efektif, teknologi ini bisa bertahan sangat lama," tambah Alicia.
Pengawet makanan
Berbeda dengan Alicia, Aileen Bachtiar justru memilih bidang pangan untuk penerapan teknologi nano. Ia menemukan bentuk alternatif lain pengawet makanan yaitu nanopartikel perak untuk pembuatan minuman anggur saat mempelajari teknologi nano di University of Pennsylvania.
Aileen mengaku telah banyak melakukan penelitian, tapi akhirnya dia berhasil menemukan pengawet untuk minuman anggur yang difermentasi. “Sulfit yang saat ini banyak digunakan untuk pengawet anggur memiliki efek jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan, seperti hipotensi dan bronkospasme,” katanya menuturkan.
Menurut Aileen, tujuan penelitian yang dilakukannya adalah menemukan bentuk alternatif pengawet yang efektif sebagai pengganti sulfit, sehingga dapat mengurangi efek berbahaya bagi kesehatan. Adapun partikel nano perak disebutnya mempunyai sifat anti bakteri untuk membunuh kuman pada proses fermentasi anggur.
Baca juga: Pakai 99 Ponsel, Pria Ini Berhasil Bikin Kemacetan Palsu di Google Maps
Solusi nanopartikel perak yang dibuat dari ion perak ini juga bisa diterapkan pada makanan atau minuman lain. Contohnya adalah pada kemasan makanan yang dapat meningkatkan umur simpan makanan, dan pada obat yang dapat memungkinkan penyerapan obat oleh tubuh manusia menjadi lebih maksimal.
Dari penelitian Alicia dan Aileen telah dibuktikan bahwa teknologi nano bermanfaat bagi kehidupan karena kemampuannya untuk meningkat efektivitas dalam berbagai bidang. Penerapan teknologi ini dinilai akan memberikan nilai lebih bagi kehidupan manusia di masa sekarang maupun yang akan datang.
(dwk)
Tinggalkan Komentar