Efek Kudeta, Facebook dan WhatsApp Diblokir Militer Myanmar

Fabian Pratama Kusumah . February 04, 2021

Foto: harianbisnis

Teknologi.id - Setelah terjadinya kudeta, pemerintah militer Myanmar membuat kebijakan agar operator telekomunikasi lokal untuk memblokir sementara Facebook, WhatsApp yang dikabarkan sampai 7 Februari mendatang.

Beberapa pengguna di subreddit Myanmar melaporkan bahwa Facebook tidak bisa di akses dari ponsel mereka yang artinya kebijakan tersebut telah diberlakukan.

Pemerintah baru Myanmar berpendapat bahwa Facebook dapat memicu  kondisi tidak stabil. Untuk memerintahkan pemblokiran ini, pemerintah Myanmar mengacu pada undang-undang telekomunikasi yang isinya membolehkan jika untuk kebaikan umum dan negara.

Baca juga: Awas! Ini 5 Aplikasi Selain WhatsApp GB yang Harus Dihindari

NetBlocks, situs yang melacak penggunaan internet global, melaporkan bahwa MPT, operator milik negara terbesar di Myanmar, telah memblokir Facebook, WhatsApp, Instagram dan Messenger di jaringannya.

Pihak Facebook mengatakan mereka telah mengetahui bahwa akses ke Facebook saat ini terputus untuk beberapa orang di negara Myanmar.

"Kami meminta otoritas untuk mengembalikan konektivitas agar orang-orang di Myanmar bisa berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka dan mengakses informasi penting," kata juru bicara Facebook seperti dikutip DetikInet dari TechCrunch, Kamis 04 Februari 2021.

Baca juga: HarmonyOS Ternyata Hasil Modifikasi dari Android 10?

Pemblokiran Facebook ini dilakukan selang beberapa hari setelah militer Myanmar mengambil alih kepemimpinan dan mengumumkan kondisi darurat selama satu tahun setelah menahan pemimpin sipil, Aung San Suu Kyi dan pemimpin partai National League of Democracy lainnya.

Setelah kudeta, warga di berbagai daerah di Myanmar melaporkan tidak ada jaringan internet dan telepon selama beberapa jam.

Warga yang sulit berkomunikasi kemudian memilih beralih ke aplikasi messaging offline seperti Bridgefy.

Di Myanmar, Facebook merupakan salah satu media sosial terpopuler. Aplikasi media sosial ini juga disebut sebagai penyebab banyak kekerasan di Myanmar karena maraknya hoax yang beredar.

Baca juga: Pengguna Tidak Bisa Unggah Instagram Feed di Stories Lagi?

Laporan dari kelompok hak asasi manusia pada tahun 2018 menemukan bahwa Facebook digunakan untuk memicu perpecahan dan menghasut kekerasan di Myanmar.

Setelah laporan tersebut dirilis, eksekutif Facebook setuju bahwa pihak mereka belum berhasil mengatasi persoalan tersebut.  Sebelum diblokir, Facebook sempat menandai Myanmar sebagai 'lokasi berisiko tinggi sementara'.

Dalam kudeta ini, Facebook mengambil sikap dengan mengatakan mereka akan menghapus postingan yang menyerukan angkat senjata dan melindungi postingan yang mengkritik militer Myanmar.

(fpk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar