Sumber : Pixabay.co.id
Membentuk Pola Pikir Orang Kaya
Lingkungan tempat kita tumbuh memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kebiasaan dan pola pikir.
Keluarga, terutama orang tua menjadi pembentuk pondasi yang menciptakan bagaimana kita berpikir, apa yang kita lakukan, dan kebiasaan, tidak terkecuali terkait dengan keuangan.
Seperti yang disampaikan oleh Robert T Kiyosaki dalam bukunya “Rich Dad, Poor Dad”. Dalam buku ini kita diarahkan untuk mencapai financial freedom dengan cara mempelajari cara uang bekerja, mengurus bisnis sendiri, dan membeli aset bukan liabilitas.
[Baca Juga: 5 Mindset Yang Salah Soal Keuangan & Kekayaan Dari Robert T. Kiyosaki]
Robert yang merupakan seorang entrepreneur, financial planner, investor, dan penulis dalam buku ini juga menceritakan bagaimana pola pikirnya mengenai uang terbentuk dari didikan kedua orang ayahnya.
Terdapat perbedaan pemikiran mengenai uang antara dua orang yang dalam buku ini Robert sebut sebagai ayah miskin dan ayah kaya.
Ayah miskin, yaitu ayah kandungnya yang pandai, bergelar PhD., dan bekerja untuk pemerintah.
Sedangkan ayah kaya adalah ayah dari sahabat Robert yang tidak menyelesaikan pendidikan SMP, namun menjadi salah satu orang kaya dengan profesi sebagai entrepreneur.
Ayo kita bahas lebih lanjut, bagaimana cara mencapai kebebasan finansial tersebut.
Enam Cara Mencapai Merdeka Finansial
Untuk mencapai kebebasan finansial, tentu memerlukan proses. Bukan hanya kerja keras namun yang utama adalah pembentukan pola pikir orang kaya sehingga pemikiran terhadap uang atau kekayaan juga akan berubah mengikuti pola pikir tersebut.
Terdapat enam pelajaran pokok yang Robert jelaskan dalam mencapai kebebasan finansial, yaitu:
Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang
Perbedaan mendasar yang membedakan antara pola pikir orang kaya dan miskin adalah alasan mereka dalam bekerja.
Pada orang miskin dan kalangan menengah seringkali tujuan dari bekerja adalah untuk mendapatkan uang guna membayar tagihan, sehingga mereka hanya berfokus menghasilkan uang yang bersumber dari penghasilan utama mereka.
Ada istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, seperti gaji numpang lewat atau gaji lima koma alias tanggal lima sudah koma.
Kebiasaan paycheck-to-paycheck atau dari gajian ke gajian ini tentu pada akhirnya membuat sobat finansialku menjadi sulit untuk menabung dan berinvestasi, karena fokus utama penghasilan adalah untuk membayar cicilan dan memenuhi kebutuhan hidup.
Memang tidak ada yang salah, karena memang untuk memenuhi kebutuhan tentu kita harus bekerja sehingga memperoleh penghasilan. Namun ada baiknya jika fokus tujuannya perlu segera diperbaiki, bukan hanya soal uang semata.
Berbeda dengan pola pikir orang kaya, di mana mereka cenderung membangun aset sehingga nantinya aset tersebut yang bekerja menghasilkan uang. Aset yang dibangun bisa beragam, bisa dalam bentuk properti maupun aset investasi.
Pada orang kaya, mereka umumnya memilih untuk menyewa tempat tinggal dan jika pun membeli rumah mereka akan pikirkan rencana ke depannya untuk menyewakan rumah tersebut dan mendapatkan uang dari hasil sewa sehingga cukup untuk menutup biaya cicilan KPR dan biaya perawatan.
Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan
Robert dalam bukunya menjelaskan betapa pentingnya untuk bisa membedakan antara aset dan liabilitas.
Aset, seperti contohnya properti yang disewakan, saham, obligasi, reksa dana adalah hal yang akan menghasilkan uang dengan sendirinya baik dalam bentuk kenaikan nilai (capital gain) dan pendapatan pasif (passive income).
Sedangkan liabilitas adalah kebalikan dari aset yaitu utang yang harus dilunasi, contohnya seperti KPR, tagihan kartu kredit, dan lain sebagainya.
Tidak ada yang salah dengan berutang, namun yang perlu diperhatikan adalah dalam mencapai financial freedom sobat finansialku harus memperhatikan bagaimana caranya mengelola keuangan dengan baik, yaitu dengan mengalokasikan penghasilan ke dalam aset dan bukannya menambah liabilitas.
[Baca Juga: Mom and Dad! Ketahui 15 Cara Jitu Mengajarkan Anak Tentang Keuangan]
Mulai Membangun Bisnis
Kebanyakan orang memilih untuk mengurusi bisnis orang lain, dengan jalan bekerja pada orang lain. Padahal untuk mencapai kebebasan finansial, dengan cara membangun aset bisnis kita sendiri.
Jika pada ayah miskin Robert diajarkan untuk belajar yang giat agar bisa bekerja di perusahaan yang bagus, maka ayah kaya mengajarkan untuk dapat menemukan perusahaan bagus untuk dibeli.
Bukan hanya membeli perusahaan dengan cara membeli sahamnya, namun ayah kaya Robert juga mengajarkan untuk menjadi boss bagi diri sendiri yaitu dengan membangun bisnis dan perusahaan sendiri.
Sumber : Pixabay.co.id
Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi
Dalam mencapai kebebasan finansial perlu diingat bahwa pengetahuan adalah kekuatan terbesar yang bisa miliki.
Dengan memiliki pengetahuan yang lebih maka kita bisa memiliki peluang yang juga lebih besar, termasuk pengetahuan terutama bidang finansial dan legal sehingga kita bisa melakukan perencanaan pajak secara legal.
Dengan kenaikan penghasilan pada kalangan menengah, tentu akan disertai dengan bertambahnya potongan pajak yang harus dibayar.
Sedangkan bagi orang kaya, mereka memiliki pengetahuan bagaimana caranya agar membayar pajak lebih murah dengan cara legal sehingga bisa menambah kekayaan yang dimiliki.
Orang Kaya Menciptakan Uang
Di saat ayah miskin Robert bekerja keras untuk memperoleh penghasilan, ayah kaya meluangkan waktu untuk mengembangkan kecerdasan finansial mereka.
Dengan ilmu yang dimiliki, ayah kaya menciptakan uang dengan jalan membangun bisnis dan membeli aset yang nantinya bisa memberikan pendapatan pasif kepada mereka.
Bukan hanya memperkaya diri sendiri, dengan membangun bisnis orang kaya juga membukakan kesempatan bagi orang lain mendapatkan pekerjaan dengan cara bekerja untuk mereka dalam perusahaan yang dibangun.
[Baca Juga: Mengenal 4 Sumber Pendapatan Menurut Robert T Kiyosaki]
Bekerja untuk Belajar, Jangan Bekerja untuk Uang
Mayoritas orang diajarkan, saat bekerja pada suatu perusahaan bisa memberikan yang terbaik demi kenaikan gaji atau jabatan. Tidak jarang yang kita pikirkan hanya terfokus dengan bidang pekerjaan kita saja, bukan pada gambaran bisnis perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Tujuan utama orang kaya bekerja adalah bukan untuk memperoleh uang, melainkan untuk belajar.
Saat orang kaya bekerja untuk bisnis orang lain, yaitu sebagai karyawan maka mereka akan mempelajari bisnis dari perusahaan tersebut. Sehingga mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat pda bisnis yang akan dibangunnya nanti.
Dari pelajaran finansial yang disampaikan Robert T. Kiyosaki tersebut bisa kita petik seperti apa pola pikir orang kaya yang akan membantu dalam menyusun target kapan kita mau mencapai kebebasan finansial.
Targetkan Impianmu untuk Bisa Merdeka Finansial Dari Sekarang
Memasukan financial freedom ke dalam tujuan keuangan bukan hanya sekedar mimpi yang tidak mungkin terealisasi.
Asal tahu bagaimana caranya, sobat finansialku bisa kok membuat target kapan kiranya mau mencapai kebebesan finansial tersebut.
Pentingnya Memiliki Literasi Keuangan
Mengutip hasil survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2019, dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) disebutkan tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan pada tahun tersebut masing-masing mencapai 38,03% dan 76,19%.
Untuk tingkat literasi keuangan terdiri dari indikator keuangan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara tingkat inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) produk/layanan keuangan dalam satu tahun terakhir.
Literasi dan inklusi keuangan menjadi fokus perhatian pemerintah, karena hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki pengetahuan tentang sektor keuangan.
Seperti masih ragu untuk memanfaatkan Lembaga keuangan serta masih belum mengakses produk/layanan keuangan, karena tidak tahu cara, fungsi dan manfaatnya.
Penting bagi sobat finansialku untuk memiliki pengetahuan terkait sektor keuangan, baik memahami benefit dari produk/layanan yang ditawarkan namun juga mengerti risiko yang ada sehingga tahu betul bagaimana cara memitigasi risiko tersebut.
Memiliki Keuangan yang Sehat
Kita bisa mengetahui kapan tubuh tidak sehat, karena biasanya ada gejala yang menyertai penyakit yang kita derita.
Demikian juga dengan kesehatan keuangan, ada gejala yang menyertai saat keuangan sobat finansialku dalam kondisi yang tidak sehat. Namun sayangnya, gejala tersebut seringkali tidak nampak mata sehingga tidak disadari.
Sama seperti memonitor kesehatan tubuh dengan cara melakukan medical check-up. Secara berkala, sobat finansialku perlu melakukan financial check-up untuk melihat kondisi keuangan saat ini.
Bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bukan berarti keuangan dalam kondisi yang sehat.
Ada beberapa indikator rasio keuangan yang digunakan Perencana Keuangan untuk melihat kondisi keuangan kliennya.
Untuk lebih detailnya, sobat finansialku bisa melakukan financial health check-up GRATIS di aplikasi Finansialku yang bisa diteruskan dengan konsultasi bersama perencana keuangan.
Layaknya dokter yang memeriksa laporan medical check-up, Perencana Keuangan juga akan membaca laporan financial health check-up sobat finansialku untuk dapat ditangani sesuai dengan kondisi keuangan sekaligus menyusun rencana untuk mencapai financial freedom.
Haus Ilmu Investasi
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, salah satu mindset orang kaya adalah tidak pernah berhenti belajar.
Rasa haus terhadap pengetahuan, membuat orang kaya terus berpikir untuk mengembangkan kekayaannya. Salah satu pengetahuan yang penting untuk dimiliki adalah ilmu investasi.
Melalui investasi, orang kaya mampu mengembangkan aset dan membuat agar asetnya bisa bekerja untuk menghasilkan uang, bukan hanya menjadi beban.
Dengan pengetahuan investasi juga, sobat finansialku bisa terhindar dari tawaran investasi bodong yang banyak dijumpai belakangan ini.
Jika sobat finansialku ingin tergabung dengan komunitas belajar yang aman dan update, kalian bisa ikut grup belajar saham atau grup belajar reksa dana Finansialku.
Sumber : Pixabay.co.id
Menargetkan Diri Menjadi Ahli Investasi
Membeli 1 lot saham memang menjadikan sobat finansialku sebagai investor, tapi belum tentu artinya sudah menjadi ahli investasi.
Menjadi ahli investasi bukan hanya soal kita memiliki aset investasi seperti saham, obligasi, properti dan sebagainya. Tapi sejauh mana kita sudah memahami produk investasi yang dimiliki, termasuk risiko yang ada di dalamnya.
Perlu pengalaman yang tidak sebentar untuk mendapatkan ilmu tersebut. Jangan hanya melihat portofolio hijau seseorang, karena dibaliknya bisa jadi dia sudah melewati masa dimana portofolio-nya merah dan merugi.
Seperti Warren Buffet yang sudah mulai berinvestasi sejak usia 11 tahun, namun baru bisa menikmati kekayaan sebagai orang terkaya di usia yang sudah tidak muda lagi.
Merdeka Secara Finansial
Tahun 2021, Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-76, jika diibaratkan dengan usia manusia tentu ini adalah usia yang sudah dewasa. Namun apakah kemerdekaan negara sama artinya dengan kemerdekaan finansial masyarakatnya?
Sama seperti kemerdekaan negara yang memerlukan perjuangan, demikian juga proses dalam mencapai kemerdekaan finansial. Musuh utama dalam hal ini bukanlah penjajah, melainkan diri sendiri dalam hal pembentukan pola pikir dan kebiasaan keuangan yang baik.
Tetap fokus dan tentukan target sobat finansialku untuk segera mencapai financial freedom versi diri sendiri. Saat berhasil mencapai, tentu segala perjuangan terbayar sudah
Sumber : Finansialku.com
Tinggalkan Komentar