Foto: Ripple Coin News
Teknologi.id - Jika mata uang biasanya diterbitkan oleh bank
sentral, Bitcoin biasanya diterbitkan
melalui block reward kepada penambang (miners) saat mereka memecahkan
sebuah blok.
Untuk menjalankan praktiknya,
penambang akan menggunakan hardware dan software khusus agar dapat memecahkan
permasalahan komputasional kompleks hingga menghasilkan
output 64 karakter yang susunannya terlihat acak.
Output inilah yang dinamakan hash. Apa itu hash? Melansir dari
Bitocto, secara garis besar, istilah
tersebut merujuk pada proses matematis atau fungsi yang terdiri atas data
berbagai ukuran yang disimpan ke dalam serangkaian operasi.
Ukuran data-data tersebut
bersifat tetap dan penting, terutama kalau berkaitan dengan transaksi dalam
jumlah besar.
Bagaimana dengan fungsi hash? Dalam ilmu kriptografi, hash adalah
algoritma yang dipakai untuk mengubah informasi.
Data yang dimasukkan nantinya
diolah menjadi angka, huruf, atau karakter lain menjadi karakter terenkripsi
tanpa mengubah ukuran.
Data yang terenkripsi lewat
fungsi hash tak bisa lagi Anda kembalikan. Hal ini pula yang membuat algoritma
tersebut dikenal sebagai One Way Function atau encryption satu arah.
Hash rate yang tinggi menyulitkan
koordinasi logistik jumlah komputer yang dibutuhkan untuk melakukan serangan
tersebut, dengan asumsi tidak ada satu entitas yang mengendalikan atau menguasai
mayoritas hash rate dari jaringan Bitcoin.
Hash rate diukur menggunakan satuan hash per second, atau disingkat
H/s. Saat ini, hash rate jaringan Bitcoin adalah sebesar 74 EH/s.
Seiring bertumbuhnya jaringan
Bitcoin sehingga mampu melakukan lebih banyak hash per detik, meningkat pula
hash rate-nya.
Selain itu, hash rate jaringan blockchain juga umum ditulis menggunakan ukuran kH/s
(seribu hash per detik), MH/s (satu juta hash per detik), GH/s (satu miliar
hash per detik), TH/s (satu triliun hash per detik), PH/s (satu quadrillion
hash per detik) dan ZH/s (satu sextillion hash per detik).
Dalam Bitcoin, penambang
menggunakan SHA-256 Cryptographic Hash Algorithm. Data yang diinput oleh para
penambang tersebut ke dalam fungsi hash SHA-256.
Yang meliputi seluruh transaksi terkini yang dapat masuk dalam limit ukuran block, hasil hash block terdahulu, dan juga nonce.
Baca juga: WhatsApp, Instagram, dan Facebook Down, ini Sebabnya
Nonce merupakan nilai acak yang diubah oleh para penambang pada tiap
percobaan hash untuk mendapatkan hasil baru.
Sedikit saja perubahan pada input
akan mengakibatkan perubahan output yang sama sekali berbeda.
Penambang Bitcoin mencari output dengan jumlah angka nol tertentu.
Kini, para penambang Bitcoin harus menemukan hash yang diawali dengan sembilan
belas angka nol.
Untuk mendapatkan angka tersebut, diperlukan banyak sekali percobaan.
Ketika hash tersebut ditemukan, block akan ditutup dan ditambahkan ke dalam
blockchain.
Setelah sukses menambang sebuah block, penambang akan diberi imbal
balas dengan Bitcoin baru dan biaya transaksi.
(fpk)
Tinggalkan Komentar