Balas Chat Cuma 'Oke' atau Telat? Mungkin Kamu Seorang Bad Replier

Amira Talida Ramadhina . July 03, 2025

Foto: Unspalsh

Teknologi.id – Pernah merasa bersalah karena tidak langsung membalas pesan atau mungkin kamu sering dicap tidak peduli hanya karena membalas “OK” setelah menerima chat panjang? Jangan buru-buru merasa bersalah, bisa jadi kamu adalah seorang Bad Replier. Istilah ini menggambarkan fenomena psikologis yang semakin umum di era komunikasi digital yang serba instan.

Ternyata, hal tersebut menjadi salah satu fenomena psikologis mengapa seseorang hanya membalas pesan secara singkat atau lama, dengan hanya menjawab “oke”, “maaf chatnya tenggelam”, “maaf, baru bales”. Balasan tersebut bukan karena mereka malas atau tidak sopan, tetapi karena ada alasan psikologisnya.

Penasaran alasan psikologis seseorang menjadi bad replier? Yuk, simak selengkapnya disini!

Apa Itu “Bad Replier” dan Mengapa Banyak dari Kita Mengalaminya?

Istilah Bad Replier merujuk pada orang-orang yang kesulitan membalas pesan dengan cepat, atau sering kali membalas secara sangat singkat seperti “oke”, “nanti ya”, atau bahkan tidak membalas sama sekali. Alasan mengapa seseorang lupa membalas pesan adalah tekanan mental, rasa cemas atau kebiasaan yang sulit diubah. Misalnya, kebiasaan yang membalas pesan “nanti”, hingga berujung lupa membalas.

Melansir dari Stylist.co.uk, seseorang yang disebut sebagai ‘Bad replier’ terkadang merasa bersalah karena tidak merespon secara ideal, meski kesannya tidak sopan santun, terkadang memiliki kecemasan dan ketakutan dalam membalas sebuah pesan. Fenomena ini ternyata sering di jumpai di sekitar kita, bahkan terkadang kita sendiri yang mengalaminya.

Baca juga: Kenapa Kamera iPhone Sering Terlihat Lebih Bagus Ketimbang Android? Ini Rahasianya

Benarkah Tidak Membalas Chat Itu Egois? Ini Sudut Pandang Psikologis yang Jarang Diketahui

Kita hidup dalam budaya “selalu online” yang menuntut respons cepat. Jika seseorang membaca pesan tapi tidak langsung membalas, kita langsung berasumsi: “Dia tidak peduli”, “Aku diabaikan”, atau “Dia marah?”. Padahal, kenyataannya bisa sangat berbeda. Bad Replier merasa bersalah tapi tidak bisa keluar dari lingkaran rasa cemas itu. Beberapa bahkan menulis draf panjang tapi tidak jadi mengirim, atau merasa terjebak antara ingin merespons dan takut salah ucap.

Hal ini bukan sekadar soal manajemen waktu, tapi kesehatan mental. Otak kita tidak dirancang untuk terus menjawab banyak obrolan dalam waktu bersamaan. Sayangnya, fitur seperti centang biru dan status “online” memperparah tekanan itu. Sering dilupakan adalah bahwa semua orang punya kapasitas sosial dan emosional yang berbeda. Ada yang mampu membalas 20 chat sehari tanpa lelah, tapi ada pula yang butuh ruang untuk sekadar bernapas sebelum menjawab satu pesan panjang.

Menurut Dr. Elena Touroni, sebagai Psikologi dan pendiri My Online Therapy, mengatakan bahwa Banyak orang sulit membalas pesan bukan karena malas, tapi karena merasa kewalahan secara emosional, Ketika merasa cemas atau tidak siap secara mental, sebagian orang memilih untuk menunda membalas pesan sebagai bentuk kontrol atas waktu dan energi mereka sendiri.

Dr. Elena Touroni juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa cemas atau tidak siap secara mental, sebagian orang memilih untuk menunda membalas pesan sebagai bentuk kontrol atas waktu dan energi mereka sendiri, Ini adalah mekanisme bertahan saat seseorang merasa “dipaksa” terhubung ketika mereka belum siap.

Baca juga: Kenapa Kamera iPhone Sering Terlihat Lebih Bagus Ketimbang Android? Ini Rahasianya

Cara Jadi Pribadi yang Lebih Responsif

Ingin menjadi pribadi yang lebih responsif dalam membalas pesan bukan berarti harus selalu cepat merespons. Menurut psikolog Dr. Elena Touroni, perubahan dimulai dari kesadaran diri dan tanggung jawab pribadi. Kita perlu mengakui jika kebiasaan membalas pesan dengan lambat membuat tidak nyaman, lalu mengaitkannya dengan nilai yang ingin kita perbaiki, seperti menjadi orang yang hadir dan bisa diandalkan.

Tidak semua pesan harus dibalas seketika. Yang terpenting adalah membalas dengan niat dan kesadaran. Menjadi replier yang baik berarti tahu kapan harus hadir secara emosional, bukan sekadar cepat membalas demi memenuhi ekspektasi digital yang melelahkan.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News.

(atr)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar